MALANG, Tugujatim.id – FEB Unisma terus berinovasi dalam dunia digital untuk memberikan kepedulian terhadap isu kesehatan mental yang kadang sering dipandang sebelah mata. Inovasi ini diungkap dalam acara Ngobas SME FEB Unisma pada episode 18 yang ditayangkan pada FEBUNISMAMALANG-TV.
FEB Unisma sengaja menghadirkan dosen dan mahasiswa yang berhasil menciptakan prototipe aplikasi berbasis kecerdasan buatan. Tujuannya untuk mendeteksi dini gangguan kesehatan mental mahasiswa.
Acara yang dipandu oleh Ketua SME Denny Chandra Kirana dan Erfan Effendy SPd MPd ini mengulas temuan inovasi dan kreatif berbasis Artificial Intelligence (AI) bertempat di Lounge FEB Unisma.
Berdasarkan data riset dari The Indonesia National Adolescent Mental Health Survey (I-NAMHS) dan Universitas Gadjah Mada menunjukkan sekitar 2,45 juta remaja Indonesia mengalami gangguan jiwa pada 2021. Faktanya, problem kesehatan mental sering dihadapi para remaja.
Selain itu, Survei Kesehatan Mental Remaja Nasional Indonesia juga mengungkapkan, 15,5 juta remaja (34,9 persen) menghadapi masalah kesehatan mental dan 2,45 juta remaja (5,5 persen) alami gangguan mental.
Mahasiswa sebagai remaja juga sangat rentan alami kesehatan mental. Kasus stres yang tinggi, membuat mahasiswa perlu diperhatikan karena dampaknya pada kesejahteraan fisik dan emosionalnya. Stres yang tinggi bisa mengganggu fokus dan konsentrasi dalam belajar. Akibatnya, mereka bisa mengalami penurunan prestasi akademik, keseimbangan emosional, dan hubungan sosial.
“Sayangnya, banyak yang kurang sadar soal menjaga kesehatan mental untuk remaja. Hanya sedikit remaja (2,6 persen) yang mencari bantuan melalui konseling emosi dan perilaku,” jelas Diva Mulki Bintang Aulia, mahasiswi FEB Unisma.
Sementara itu, Lutfia Fatma Ningrum dan Yulianda, mahasiswi program studi Perbankan Syariah FEB Unisma lainnya, mengatakan, biaya konsultasi yang mahal dan stigma soal mencari bantuan psikolog (sering dianggap pribadi yang lemah). Hal itu menghambat dalam mendeteksi dini gangguan kesehatan mental.
Menghadapi fenomena tersebut, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Malang (FEB Unisma) mengambil inisiatif dengan menciptakan prototipe aplikasi berbasis kecerdasan buatan untuk mendeteksi dini gangguan kesehatan mental siswa.
“Penggunaan kecerdasan buatan dan machine learning memungkinkan pengguna untuk melakukan deteksi dini dan prediksi potensi gangguan mental siswa pada masa depan,” jelas dosen pengampu mata kuliah Sistem Informasi Manajemen (SIM) Alfian B. Primanto SAB MBA CPM(A).
“Jujur saya terkejut dengan antusiasme mahasiswa dalam mempelajari ilmu praktikal (koding) dan pembuatan aplikasi, dikarenakan mayoritas mereka memang tidak memiliki latar belakang teknis pemrograman, cukup menyenangkan melihat mahasiswa/i FEB Unisma semangat keluar dari zona nyamannya,” tambah dosen berkacamata ini.
Firyal Hasna Salsabila, mahasiswi program studi Manajemen FEB Unisma pada sesi demo prototipe menjelaskan bahwa aplikasi yang mereka ciptakan memiliki berbagai fitur yang diyakini akan membantu para pengguna. Fitur-fitur tersebut meliputi fitur curhat bebas dengan asisten virtual berbasis kecerdasan buatan, grafik suasana hati bersejarah, lantunan ayat-ayat suci, sholawat, doa, dan zikir yang memberikan ketenangan dan kekuatan spiritual, serta pengingat harian sebagai penambah semangat. Selain itu, aplikasi ini juga menyediakan alat bantu akademik, seperti fitur paraphrase, terjemahan, dan pencarian ide riset untuk membantu mahasiswa menyelesaikan tugas-tugas akademik mereka.
“Dari penugasan mata kuliah ini, saya belajar tidak hanya teori, tetapi juga cara efektif dalam berkomunikasi dan berkolaborasi sebagai bagian tim,” lanjut mahasiswi asal Malang tersebut.
Lebih lanjut, kompleksitas dalam penggabungan teori ke dalam tugas riil juga dirasakan selama proses penugasan.
“Tugas ini benar-benar menantang bagi seseorang seperti saya yang tidak pernah mengenal bahasa pemrograman. Di satu sisi, saya bersemangat setiap minggu untuk belajar hal-hal baru, tetapi di sisi lain, ada ketakutan jika tugas ini gagal,” tambah Ivan Fachrur Kurniawan, mahasiswa program studi Manajemen FEB Unisma angkatan 2021.
Senada, Adi Setiyawan, mahasiswa program studi Akuntansi FEB Unisma angkatan 2021.
“Jujur saja, ini tidak mudah dan semuanya di luar ekspektasi saya. Saya tidak pernah membayangkan bahwa akan mendapatkan pemahaman nyata tentang pemrograman dalam mata kuliah SIM, mengingat latar belakang saya dari jurusan akuntansi,” katanya.
Selanjutnya, mahasiswa asal Blitar ini menjelaskan mengapa prototipe aplikasi ini dinamai Ume.
“Setelah berdiskusi dengan dosen, nama Ume terpilih karena memiliki makna yang luas. Pertama, bisa dibaca sebagai ‘umi’ (artinya ibu dalam bahasa Arab), bisa juga dibaca sebagai ‘youme’ (artinya kamu dan aku), atau bisa juga dibaca sebagai ‘understand me’ (artinya pahami aku). Semua dipikirkan dengan matang, tidak hanya kode dalam prototipe, tetapi juga nama dan warna yang membuat suasana kelompok menjadi hidup,” katanya.
Nur Diana SE MSi selaku Dekan FEB Unisma memberikan apresiasi yang tinggi atas pencapai dosen Alfiyan Budi Primanto SAM MBA ( CPM) beserta tim mahasiswanya yang telah memberikan karya inovasi dan kreatif hingga mampu mempermudah kinerja program studi maupun dosen pembimbing akademik dalam mendeteksi problem beban kinerja mahasiswa dan tingkat kesehatan mental yang selama ini banyak diabaikan. Padahal, keberhasil mahasiswa dalam menempuh pendidikan tinggi juga dipengaruhi oleh faktor tingginya beban kerja berupa pengambilan mata kuliah atau praktikum yang sangat tinggi sehingga mengganggu kesehatan mental mahasiswa.
Ini menjadi bidikan dan fokus utama bagi program studi yang ada di FEB Unisma agar mendukung keberhasilan mahasiswa dalam mencapai tujuannya. Diana juga sangat antusias atas komitmen yang telah diberikan oleh seluruh civitas akademika.
“Pencapaian prestasi program studi dibawah naungan FEB Unisma tidak berhenti pada akreditasi internasional FIBAA dan pencapaian Unggul dari LAMEMBA, kami juga menawarkan berbagai program unggulan. Mulai dari memperkuat wawasan akademik dengan narasumber yang memiliki reputasi global hingga peluang pertukaran pelajar internasional. Terkait peningkatan kompetensi dan keahlian, kami tidak hanya memberikan sertifikasi kemampuan standar nasional dan internasional bagi para lulusan, tetapi juga memberikan penguatan keahlian konkret untuk mendukung portfolio proyek mereka agar semakin relevan dengan kebutuhan industri yang semakin kompleks. Kami benar-benar memiliki kesungguhan hati dalam mempersiapkan komptensi calon lulusan yang memnuhi tuntuntan Era 5.0,” katanya.
Karena itu, dia mengajak bergabung dengan FEB Unisma yang kaya akan pengalaman akademik yang unggul, berkualitas, berdaya saing internasional tapi tetap menyenangkan dalam proses pembelajarannya. (adv)