MALANG, Tugujatim.id – Universitas Negeri Malang bekerjasama dengan SMPN 1 Malang untuk mengimplementasikan model pembelajaran HOTS Literasi. Mahasiswa yang mengikuti program Magang Pendidikan di sekolah tersebut telah menerapkan model pembelajaran HOTS didampingi oleh guru pamong dan Dosen Pembimbing Lapangan.
Model pembelajaran HOTS melatih siswa berpikir kritis, lebih aktif, dan kreatif. Dalam penerapan model pembelajaran ini, pendidik berperan sebagai fasilitator yang mengarahkan siswa agar dapat berpikir kritis dan menyelesaikan masalah secara mandiri.
Siswa akan mendapatkan pengetahuan memahami permasalahan dalam kehidupan nyata dan menyelesaikannya dengan kemampuan berpikir kritis.
Model pembelajaran HOTS yang diterapkan oleh mahasiswa magang pendidikan ini tentunya implementasi dari workshop yang diberikan oleh para narasumber yang sudah malang melintang di tingkat nasional yaitu Dr Hj Titik Harsiati MPd, Dr Munzil MSi, dan Mochammad Hafiizh SPd MSi PhD.
Setelah mendapatkan bekal dari workshop tersebut, mahasiswa bernama Asih Kusumawati bersama Guru Pamong, Farah Ulfa Riadina SPd MPd, dibimbing oleh Dosen Pembimbing Lapangan, Dr Dwi Sulistyorini MHum, menyusun RPP dengan model pembelajaran HOTS dan perangkat pembelajarannya. Model pembelajaran Problem Based Learning diterapkan dalam penyusunan RPP mata pelajaran Bahasa Indonesia.
Pelaksanaan pembelajaran materi teks cerpen pendek dengan menerapkan model Problem Based Learning di kelas IX E SMPN 1 Kota Malang dilaksanan dua kali pertemuan, pertama pada tanggal 25 Oktober 2021 dan kedua tanggal 8 November 2021.
Teks cerita pendek yang digunakan yaitu Senja Wabah dan Dokter Sudah Pulang. Kedua cerpen tersebut dekat dengan lingkungan siswa. Keduanya bercerita mengenai wabah Covid-19 di mana para siswa merasakan dan mengalaminya adanya pandemi seperti sekarang ini.
Melalui model Pembelajaran Berbasis Masalah ini menjadikan siswa lebih aktif bertanya jawab dan mengungkapkan pendapat ketika proses pembelajaran berlangsung.
Selain itu, ketika siswa menulis cerpen sebagai tindak lanjut dari pertemuan pertama, mereka terlihat terampil mengembangkan ide maupun gagasannya.
Para siswa menulis cerpen tiga paragraf atau pentigraf. Mereka dapat berkarya dengan menulis cerita pendek berdasarkan pengalaman hidup mereka dan peristiwa yang telah dialaminya. Hal ini sebagai bukti keberhasilan penerapan model pembelajaran HOTS yang dapat mengajak siswa berpikir kritis, mengaktifkan siswa, dan menghasilkan karya.