MALANG, Tugujatim.id – Pemerintah Kota Malang sarankan ribuan warga yang tinggal di Daerah Aliran Sungai (DAS) Brantas untuk menggunakan kentongan. Jika banjir bandang terjadi maka kentongan itu dibunyikan sebagai peringatan.
Memang ribuan warga Kota Malang telah tinggal di bantaran sungai Berantas sejak puluhan tahun silam. Terjangan banjir bandang yang melanda Kota Malang pada Kamis (4/11/2021) lalu mengharuskan mereka yang terdampak diungsikan.
Kini dengan pertimbangan psikologis dan kesehatan, para pengungsi telah diizinkan kembali ketempat tinggal masing-masing. Namun dengan catatan, mereka harus meningkatkan kewaspadaan jika sewaktu-waktu ada potensi bencana alam.
Pemerintah Kota Malang saat ini hanya menyarankan warga yang tinggal di DAS Berantas untuk sigap dalam menerima informasi terutama potensi bencana alam, yakni suara kentongan disarankan digunakan sebagai alat peringatan dini bencana banjir susulan.
“Kemarin saya minta kalau memang rumahnya sudah dibersihkan maka boleh kembali. Tapi tetap ada satgas yang mengomando, saya minta ada kentongan lah. Itu nanti yang mengomando ada dari BPBD di masing-masing kelurahan,” ujar Sutiaji, Wali Kota Malang, Senin (8/11/2021).
Menurutnya, ketongan tersebut akan dibunyikan jika sewaktu-waktu ada potensi bencana banjir di DAS Berantas. Untuk itu, warga yang bermukim di daerah tersebut harus meningkatkan kewaspadaannya.
“Nanti ketika curah hujan di sana sekian, ketika itu tinggi, maka kita harus siap-siap. Segera, nanti akan kita evakuasi,” ucapnya.
Disebutkan, Pemerintah Kota Malang melalui BPBD Kota Malang memang telah memasang Early Warning System (EWS) di sejumlah titik rawan banjir. Namun, keterbatasan jumlahnya tidak bisa memenuhi keseluruhan titik rawan bencana yang ada di Kota Malang.
“EWS sudah (dipasang), dulu kita berpikir pada titik-titik banjir lokal. Artinya, dipasang di Sukun dan tempat rawan banjir lainnya. Waktu itu kita memang tidak berpikir ke arah sini (banjir bandang). Maka sementara pakai alat darurat kentongan itu,” tandasnya.