SURABAYA, Tugujatim.id – Hari Paskah menandakan bangkitnya Yesus Kristus. Berakhirnya pula masa Pra-Paskah selama 40 hari terhitung sejak menjalani Rabu Abu bagi umat Kristiani.
Dipenuhi dengan rasa suka cita, menyebarkan cinta kasih menjadi hal yang penting untuk diingat dalam perayaan Paskah.
“Paskah itu adalah prosesi memperingati kematian Kristus karena kematian ini yang menjadi titik tolak daripada umat Kristiani. Dengan kematian Kristus dia menebus dosa kita, di situlah kita menjadi bagian dari yang disebut Kristen,” jelas Ketua Usher Gereja Bethany Nginden Surabaya, Franky Jacobus, pada Minggu (9/4/2023).
Pada Jumat (7/4/2023) kemarin, seluruh umat Kristiani menjalankan ibadah Jumat Agung untuk memperingati kematian Yesus Kristus ketika disalip sebagai bentuk penebusan dosa umat.
Kemudian tiga hari setelahnya, tepatnya pada perayaan Minggu Paskah, Yesus Kristus dibangkitkan menuju Surga dengan disaksikan oleh para murid.
“Dengan dosa kita ditebus mulai dari Yesus disalip, kita harus menghargai pengorbanan Kristus yakni dengan cara mengikuti jejak dari apa yang dia ajarkan. Dengan berbuat baik, menjaga toleransi antara hubungan satu umat ke umat lainnya, saudara mau seiman dan tidak kita harus ada kasih yang horizontal,” tambah Franky.
Dalam kepercayaan Kristen, sejatinya dalam kehidupan ini manusia memiliki hubungan yang vertikal dan horizontal. Vertikal artinya berhubungan dengan Tuhan, dan horizontal mementingkan hubungan dengan sesama umat manusia.
Menjalin hubungan yang baik dengan sesama umat, saudara antaragama sangat dibutuhkan rasa cinta kasih dan penuh damai. Segala sesuatu yang diperbuat oleh manusia hendaknya didasari dengan cinta kasih agar saling menebarkan energi yang positif.
“Di dalam Kekristenan yang utama itu kasih. Percuma kalau memberikan banyak perngorbanan atau persembahan tapi kalau tidak didasari dengan kasih akan percuma. Kan banyak orang ingin berbuat baik karena ingin mendapatkan image yang baik,” imbuhnya.
Selama masa Pra-Paskah, umat Kristiani dengan penuh kesungguhan dan kekhusyukan menjalani pantang dan puasa, sama seperti yang kini dijalani oleh umat Muslim, yakni puasa Ramadan.
Bagi umat Kristiani, menjalani pantang dan puasa juga menjadi masa pertobatan, momen untuk merenungkan segala kesalahan yang ada dalam diri setiap manusia selama satu tahun belakangan.
“Puasa itu suatu kewajiban yang kaitannya dengan introspeksi diri dengan menahan hawa nafsu, lapar, semuanya tujuanya untuk mempersiapkan hidup yang lebih baik di tahun berikutnya,” jelasnya.
Bertepatan dengan momen bulan suci Ramadan, Franky berharap kedua momen ini dapat menjadi pengingat untuk saling introspeksi dan saling menghormati satu sama lain.
“Sebetulnya kita sama-sama menyucikan, introspeksi. Saudara muslim melakukan introspeksi, sama halnya dengan kami dalam Paskah. Kalau pada waktu-waktu yang lalu kita tidak melakukan seperti yang diharapkan oleh Kristus, tidak menghormati pengorbanan Kristus, maka mulai Paskah ini kita mulai lebih baik lagi,” pungkasnya.