KEDIRI, Tugujatim.id – Menutup 2020, pameran lukisan Gus Dur atau KH Abdurrahman Wahid, Presiden RI keempat itu digelar di Pendhapa Sekolah Alam Ramadhani, Mojoroto, Kota Kediri. Kegiatan yang diselenggarakan Taman Baca Mahanani ini bertujuan untuk memperingati Haul Gus Dur ke-11.
Tak hanya pameran lukisan dan pitutur Gus Dur, namun ada pertunjukan monolog singkat dari dalang muda Ki Rusyiddiq Wahid dengan judul ‘Pitutur Semar’.
“Acara ini untuk mengenang sisi kemanusiaan Gus Dur,” ungkap Dosen Psikologi IAIN Kediri Sunarno. Pria yang juga pengelola Sekolah Alam Ramadhani tersebut menerangkan sisi kemanusiaan Gus Dur selalu melekat menjadi aset bagi Indonesia. Terlebih, kata Sunarno, banyak sekali pitutur Gus Dur yang masih relevan.

Baca Juga: Kilas Balik 5 Peristiwa Penting di Indonesia Tahun 2020
Mengapa pitutur menjadi penting? Mendapatkan pertanyaan ini, Sunarno menjelaskan pitutur dalam Bausastra Jawa memiliki arti pelajaran, nasihat, atau peringatan. “Orang yang memberikan pitutur adalah orangtua (orangtua kepada anak), dan mereka yang sudah “tua” atau “dituakan” (simbah kepada cucu, kyai kepada santri, dll). Juga “kasepuhan”, yaitu orang yang dihormati di satu tempat tertentu,” imbuhnya.
Melalui pameran lukisan sketsa Gus Dur karya Budiyono Kampret, perupa dari Ngawi, yang di dalamnya terdapat berbagai pitutur. “Di masa pandemi, dengan ngalap barokah Kiai Abdurrahman Wahid kembali menengok dan ngaji pitutur kebudayaan luhur,” terangnya.
Sunarno menambahkan pelibatan anak-anak dengan terbatas dalam kegiatan tersebut merupakan upaya bagaimana anak-anak kembali membaca dan belajar pitutur yang ada di sketsa. Sebab, kata Sunarno, banyak sekali pitutur untuk anak-anak sekolah. Seperti, anak-anak adalah masa depan, dan sebagai orangtua tidak boleh bosan memberi nasihat kepada anak-anak.

Baca Juga: Kaleidoskop Internasional 2020: Kebakaran Hutan Australia hingga Ledakan Beirut
“Untuk usia anak-anak sing pas dengan pendekatan tutur. Termasuk mengenalkan sosok Gus Dur kepada anak-anak. Anak-anak butuh role model bagi hidup dan kehidupannya kelak. Dan Gus Dur adalah satu tokoh role model,” kata Sunarno.
Selain itu, penampilan apik dari Ki Rusyiddiq juga menarik perhatian pengunjung yang datang terbatas tersebut. Ia mengakhirinya dengan sebuah tembang ngelmu iku kalakone kanthi laku. Lekase lawan kas, tegese kas nyantosani. Sedya budya pangekese dur angkara. (noe/gg)