MALANG, Tugujatim.id – Arif Yuliarto (48) tak menyangka bahwa Sabtu (1/10/2022) pagi menjadi momen terakhir ia berbicara dengan putranya, Reyvano Dwi Afriansyah (17). Remaja yang akrab dipanggil Vano itu menjadi korban tragedi Kanjuruhan dan tak sadarkan diri selama 21 hari sebelum akhirnya berpulang, pada Jumat (21/10/2022).
Saat ditemui di rumah duka yang berada di Desa Ngebruk, Kecamatan Sumberpucung, Kabupaten Malang, Arif menceritakan perjuangannya mencari anak keduanya tersebut di malam tragedi Kanjuruhan. “Saya baru menemukan (Vano) pada tanggal 2 Oktober 2022 di Rumah Sakit Hasta Husada,” kenangnya, memulai ceritanya.
Kata Arif, ia tidak menaruh curiga saat Vano tak kunjung pulang pada Sabtu (1/10/2022) malam. Ia hanya berpikir anaknya terjebak macet sehingga pulang agak larut.
Menjelang tengah malam, Arif mulai gelisah. Seorang perangkat desa kemudian datang untuk menanyakan apakah ada warga sekitar yang belum pulang dari menonton pertandingan Arema FC melawan Persebaya Surabaya.
“Siapa yang nonton Arema FC belum pulang? Segera dicari, Kanjuruhan kisruh,” kata Arif, menirukan perangkat desa tersebut.
Anak Arif yang pertama menelepon dan memintanya untuk segera mencari Vano karena kabarnya ada banyak orang meninggal. “Saya panik. Saya mau tanya siapa? Anak saya berangkat sendiri. Tetangga sekitar sini nggak ada yang bisa masuk stadion,” ucapnya.
Meski telah lewat tengah malam, Arif berangkat mencari anaknya. Tujuan pertamanya adalah Stadion Kanjuruhan. Ia berkeliling mencari anaknya di sana, namun hasilnya nihil.
Arif kemudian menuju ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kanjuruhan. Di sana, ia melihat suasana begitu kacau. Ia bertanya ke sana kemari namun tak mendapat jawaban tentang keberadaan anaknya.
Terakhir, ia menuju ke RS Wava Husada. Di sana ia juga tak menemukan Vano. “Di sana saya sudah dalam kondisi drop. Saya nggak berharap mencari anak saya yang sudah ditutup separuh (meninggal),” kata Arif.
Tak putus asa. Arif menyebarkan foto dan nama lengkap anaknya ke media sosial. Ia berharap ada yang mengenali anaknya dan memberi tahu keberadaannya. Ia juga menelepon teman-teman Vano, namun tidak ada yang tahu keberadaan siswa kelas XI SMK Negeri 4 Malang itu.
Ia juga mencari-cari informasi di media sosial. Ia melihat foto dan video yang dibagikan di internet. “Saya tanya ke istri saya, Vano pakai celana apa? Saya lihat ada yang mirip dengan Vano tapi pakai celana krem. Istri saya bilang Vano pakai celana jins biru,” kata Arif.
Pada Minggu (2/10/2022) pagi, ia akhirnya mendapat informasi bahwa Vano berada di RS Hasta Husada Kepanjen. Kondisinya tak sadarkan diri. “Sekitar jam 09.00 WIB, dia dibawa ke RSSA,” kata Arif.
Meski lega karena telah menemukan anaknya, Arif masih merasa cemas dan stres karena kondisi Vano tidak stabil. Setiap hari, ia dan istrinya bergantian berjaga di rumah sakit. “Setiap kali ada panggilan (dari dokter), saya (deg-degan), ada apa?,” ungkapnya.
Untuk menenangkan diri, ia merokok dan minum kopi sambil berbincang-bincang dengan Korwil Aremania Sumberpucung, Mbah Tik, yang selalu siap mendampingi keluarga korban.
Setelah berjuang selama 21 hari, Vano menghembuskan napas terakhirnya. Dia menjadi korban jiwa ke-134 tragedi Kanjuruhan. Arif mengaku sudah ikhlas atas kepergian Vano. Ia juga menolak autopsi terhadap jenazah putranya.