SURABAYA, Tugujatim.id – Mengawali 2023, Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Surabaya bersama Kelompok Tani (Poktan) Sri Sedono menyelenggarakan panen raya padi. Petani Surabaya panen hingga 22,4 ton di lahan bekas Tanah Kas Desa (BTKD) Jeruk, Kecamatan Lakarsantri, Jumat (06/01/2023).
Kepala DKPP Kota Surabaya Antiek Sugiharti menyampaikan, panen raya padi sebagai wujud keberhasilan dari program ketahanan pangan yang digeber Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi. Panen padi kali ini dilaksanakan oleh Poktan Sri Sudono, Kecamatan Lakarsantri.
“Panen raya ini dilakukan mulai pukul 08.30 WIB di lahan BTKD Jeruk, Kecamatan Lakarsantri. Panen dilakukan oleh Poktan Sri Sudono di lahan seluas 4 hektare dari luas total lahan sekitar 40 hektare,” katanya pada Jumat (06/01/2023).
Dia mengungkapkan, di lahan total 40 hektare tersebut, tidak seluruhnya merupakan BTKD atau aset milik Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya. Sebab, sebagian lahan ada yang milik pengembang dan perorangan yang masih digunakan untuk pertanian.
“Sedangkan yang dipanen kali ini merupakan eks lahan BTKD Jeruk seluas 4 hektare. Panen dilaksanakan Poktan Sri Sedono yang beranggotakan sekitar 35 orang,” jelasnya.
Selain itu, Antiek juga menyebutkan, padi yang berhasil dipanen petani Surabaya kali ini sebelumnya telah ditanam sekitar tiga bulan lalu atau tepatnya pada Oktober 2022. Sedangkan untuk jenis padi yang ditanam, merupakan varietas ciherang.
“Panen dilakukan secara manual karena kondisi tanahnya terlalu becek dan tidak memungkinkan pakai alat. Kalau biasanya panen, kami pakai alat combine harvester,” ungkapnya.
Karena panen padi dilakukan secara manual, Kepala Bidang Pertanian DKPP Kota Surabaya Rahmad Kodariawan memperkirakan prosesnya bisa rampung dalam dua hari. Sedangkan untuk hasil panen, diperkirakan mencapai sekitar 5,6 ton per hektare.
“Kalau normalnya bisa sampai 7-8 ton per hektare. Tapi karena ada hama tikus dan burung, turun jadi sekitar 5,6 ton per hektare. Karena di lokasi lain sedang tidak ditanami padi,” katanya.
Rahmad juga mengungkapkan, hasil panen di lahan BTKD Jeruk seluruhnya digunakan oleh kelompok tani. Sebagian padi itu ada yang dikonsumsi, ada yang dijual untuk menambah pendapatan mereka. Padi yang sudah dipanen selanjutnya dikemas dalam bentuk gabah kering basah (GKB) atau gabah kering panen (GKP), kemudian dijual.
“Jadi, hasil panen dijual kelompok tani. Sekarang kami berupaya menjual dalam bentuk beras, kerja sama dengan koperasi. Jadi, nanti setelah padi dipanen, kemudian dijemur dan diselep. Karena kalau dijual dalam bentuk beras, hasilnya lumayan, harganya bisa Rp11 ribu per kilo,” imbuhnya.
Menurut Rahmad, selain di BTKD Jeruk, lahan pertanian khusus padi juga tersebar di 11 wilayah kecamatan lain. Namun, tidak seluruhnya lahan BTKD digunakan penuh dalam satu tahun untuk tanam padi.
“Kalau di lahan BTKD Jeruk, setahun full ditanam padi semua. Dalam jangka setahun, di BTKD Jeruk bisa panen padi 3-4 kali,” ujarnya.
Dia juga menambahkan, selain di Kecamatan Lakarsantri, kelompok tani padi di Kota Surabaya juga terdapat di beberapa wilayah lain. Pihaknya mencatat, saat ini ada 35 kelompok tani yang ada di Kota Pahlawan.
“Petani padi di Surabaya ada 35 poktan. Setiap kelompok itu jumlah anggotanya tidak sama, ada yang sekitar 25, 35, hingga 40 anggota,” ujarnya.