MALANG, Tugujatim.id – Bertepatan dengan bulan peduli down syndrome, Persatuan Orang Tua Anak Dengan Down Syndrome (POTADS) Jatim menggandeng Jurusan Pendidikan Luar Biasa (PLB) UM dalam acara family gathering pada Sabtu (15/10/2022). Acara yang digelar di Aula Fakultas Pendidikan UM II itu mengangkat tema “Lets Raise Up Down Syndrome Awareness” diikuti 57 anak down syndrome beserta orang tua atau pendampingnya.
Acara diisi dengan diskusi dan materi dari para pakar, berbagi pengalaman antar orang tua, dan kegiatan seni. Anak-anak diajak untuk berkreasi dengan menggambar, mewarnai, dan membuat sketsa sambil didampingi mahasiswa PLB UM.
Untuk diketahui, POTADS Jatim adalah yayasan yang memiliki visi menjadi pusat informasi dan konsultasi terlengkap tentang down syndrome. Mereka memiliki tujuan untuk memberdayakan para orang tua anak dengan down syndrome untuk membantu tumbuh kembang mereka secara maksimal.
Sementara itu, Prof Dr Mohammad Efendi, salah satu guru besar yang juga ketua Jurusan PLB UM yang juga menjadi pengisi acara menjelaskan, acara seperti ini harus lebih dimasyarakatkan lagi ke depannya.
“Sampai hari ini masyarakat tidak mengerti siapa yang disebut anak berkebutuhan khusus. Jadi, anak-anak ini masih dianggap warga negara kelas dua,” jelasnya.

pada Sabtu (15/10/2022). (Foto: dok. Imam A. Hanifah/Tugu Jatim)
Dia menambahkan, selama ini orang hanya melihat dari sisi perbedaan terlebih dahulu. Seharusnya, menurut Effendy, nilai yang dilihat terlebih dulu ialah persamaan sebagai sesama manusia.
“Melihat kita normal, mereka tidak. Padahal, sebagai manusia kita itu sama. Baru kemudian melihat perbedaan dan kita bisa membantu dari sisi apa,” ujarnya.
Sedangkan Wakil Ketua Komisi E DPRD Jatim Hikmah Bafaqqih yang sempat hadir memberi sambutan pun mendukung agar acara ini bisa berkelanjutan. Acara yang hanya dipersiapkan dalam waktu 1 bulan ini juga mendapat dukungan dari banyak pihak seperti tokoh homeshcoling di Malang, Giya Qur’an, LP2M UM, dan Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan.
Dalam acara ini, ketua panitia dan penggagas acara Nur Iman mengungkapkan, sambutan masyarakat sangat luar biasa. Namun, dia hanya membatasi 57 peserta karena keterbatasan tempat dan fasilitas karena acara ini juga bersifat gratis.
Nur berharap pada dunia pendidikan agar mau turun melakukan riset sehingga ke depannya dapat membantu memberi solusi dan menjauhkan anak down syndrome dari aksi bullying.
Dengan adanya acara ini, dia berharap agar orang tua tidak lagi menyembunyikan anaknya yang down syndrome.
“Cari bakatnya, cari potensinya, jangan bersedih hati. Banyak contoh yang bisa sukses. Tinggal kita mau tidak melakukan itu,” harap Nur.
Untuk masyarakat umum, Nur Iman berharap agar punya kesadaran untuk menerima dan tidak merendahkan anak-anak yang merupakan anugerah Tuhan itu.
“Kami ada, lihatlah kami, kemampuan kami sebagai bagian dari masyarakat,” imbuhnya. (adv)