Potret Kemiskinan di Kabupaten Kediri: Setiap Tahun Rumah Zaenal Dilaporkan Tak Layak Huni Sampai Putusnya Sekolah Anak

Redaksi

News

Tugu Jatim
Mohammad Zaenal, warga Desa Manyaran, Kecamatan Banyakan, saat menunggu kedatangan Bupati Kediri, Hanindhito Himawan Pramana, Jumat (18/2) siang. (Setyo/Tugu Jatim).

Bagai rembulan yang jatuh di antara belantara pohon Jati. Kalimat ini terucap dari Mohammad Zaenal saat dikunjungi Bupati Kediri, Hanindhito Himawan Pramana, Jumat (18/2) siang. Mendung putih yang menggantung di atas Desa Manyaran, Kecamatan Banyakan itu mengantar sebuah pesan pembangunan yang timpang. Padahal, hanya berjarak 5  Km dari rumah reyot Zaenal yang berukuran sekitar 28 meter persegi itu sudah tiba di kawasan proyek pembangunan Bandara Kediri.

Seperti data Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Timur pada 2021 lalu yang menunjukkan kenaikan jumlah penduduk miskin di Kabupaten Kediri. Dalam tiga tahun terakhir, Kabupaten Kediri tercatat mengalami kenaikan penduduk miskin dari 163 ribu jiwa menjadi 184 ribu jiwa. Mirisnya, Jawa Timur merupakan merupakan provinsi penyumbang angka kemiskinan tertinggi di Indonesia.
R.H. Setyo – Tugu Jatim.

Tugu Jatim
Bupati Kediri, Hanindhito dan Kepala Desa Manyaran saat melihat kondisi rumah Zaenal. (Setyo/Tugu Jatim)

Febriana Putri Utami dan Siti Magfirotus tak dapat menahan airmatanya. Kedatangan Mas Dhito membuat kedua anak Zaenal menangis. Hujan yang turun di sudut mata Febri dan Fia, panggilannya, dikarenakan kabar gembira dari Mas Dhito. Yakni, janjinya untuk membangun rumahnya di Dusun Manyarrejo, Desa Manyaran, Kecamatan Banyakan, Kabupaten Kediri. Rumah dihuni keluarga Zaenal itu termasuk dalam kategori rumah tidak layak huni (RTLH). Tak ada kamar mandi, tak ada saluran air, dan hanya menggantungkan saluran listrik dari tetangganya mulai waktu magrib sampai pagi hari.

Rumah yang menghadap ke selatan itu bak menara pisa di Italia. Tembok sisi timur telah miring ke arah matahari terbit. Tak hanya retak, tapi beberapa sisi tembok rumah Zaenal telah membongkah. Paling parah pada tembok  timur yang nyaris membelah rumahnya. Hanya bertambalkan sedikit semen dan disangga tiga bambu. Bagian tengah, sebuah foto Soekarno terpasang pada bambu yang menumpu kerangka atap rumah.

“Samping itu, depan di jendela itu, sama belakang sudah mbengap (membongkah,red),” ungkap suami Siti Fatimah.

Tugu Jatim
 Mas Dhito saat berbincang dengan Zaenal di dalam rumah. (Setyo/Tugu Jatim)

Saat menemui Dhito, Zaenal juga akan diberikan sepeda motor oleh anak Menteri Sekretaris Kabinet (Menseskab) Pramono Anung. Dengan adanya sepeda motor, kata Dhito, pria yang bekerja sebagai tukang becak dan kuli serabutan itu dapat memanfaatkan motor untuk bekerja lain.

“Paling jualan makanan kalau nanti dikasih gerobak sama motor, bisa gorengan atau nasi pecel,” imbuh bapak empat anak itu.

Saat menemui Zaenal, Dhito langsung menelepon Dinas Koperasi Usaha Mikro (Kopusmik) dan Dinas Permukiman untuk memberikan pelatihan kepada Siti Fatimah, istri Zaenal dan memperbaiki rumah Zaenal. Janji motor, perbaikan rumah, dan pelatihan usaha menjadi harapan indah untuk keluarga Zaenal. Selama ini, Zaenal biasa “mangkal” becak kayuhnya di Kantor Pos, Jalan Diponegoro, Kota Kediri. Setiap pagi, Zaenal dan keluarganya harus ke musala yang berjarak 100 meter dari rumahnya untuk mandi dan mengambil air bersih untuk kebutuhan pangan di rumah.

Kondisi yang serba kekurangan ini seolah menjadi rantai panjang untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari keluarga Zaenal. Termasuk Fia, panggilan anak kedua Zaenal. Ia terpaksa memutuskan sekolahnya. Fia dengan kesadarannya sendiri untuk tak melanjutkan pendidikan di SMA Muhammadiyah 1 Kota Kediri. Bukan tanpa alasan, Fia memilih untuk bekerja di toko catering dan warung makan di Jalan Dhoho, Kota Kediri. Ia melakukan ini untuk membantu perekonomian keluarganya. Alasan lainnya, Fia mengaku bahwa program Kartu Indonesia Pintar (KIP) miliknya tidak kunjung cair. Sehingga, ia harus menunggak beberapa keperluan biaya sekolah. Seperti biaya seragam, daftar ulang, uang semesteran (SPP). Belum lagi pandemi Covid-19 yang mewajibkan anak untuk belajar daring atau online. Padahal, Fia tak ada handphone untuk mengikuti pelajaran. Sehingga, keputusan tak melanjutkan sekolah dianggap Fia menjadi pilihan terbaik.

“Saya nggak tahu prosesnya, gimana pencairan itu, padahal jamannya Mbak Febri (anak pertama Zaenal,red) bisa. Kita kan sekolahnya sama,” ungkap gadis berkaus biru dongker itu. Sambil duduk di kursi bambu depan rumah, Febri dan Fia wajahnya masih terlihat berbinar. Ia masih terngiang kedatangan Dhito yang mau mengunjungi rumahnya tersebut. Sesekali ia berceletuk  keheranan.

“Semoga segera ya bantuannya dari Pak Dhito,” tuturnya lirih.

Dhito pun mengetahui kondisi Fia yang putus sekolah. Bupati Kediri ini berharap Fia mau melanjutkan sekolahnya dulu. Mas Dhito pun rencananya akan segera berkoordinasi dengan Dinas Pendidikan Provinsi Jatim Cabang Kediri untuk membahas ini. Bahkan, Dhito sempat mengucapkan janji bersyarat untuk Fia.

“Kalau prestasi sekolahnya nanti bagus, nanti ada beasiswa ke perguruan tinggi,” ucap Dhito di depan khalayak.

Tugu Jatim
Bupati Kediri Hanindhito saat memberikan tas untuk Muhammad Ridho, anak keempat Zaenal. (Setyo/ Tugu Jatim)

Apakah becak milik Zaenal masih bisa diharapkan untuk memenuhi kebutuhan keluarga? Mendapatkan pertanyaan ini, Zaenal  tersenyum kecil. Mata Zaenal melirik ke arah barat rumahnya. Beberapa kali kedipan, ia memandangi becak yang terparkir di bawah pohon Jati itu.

“Dulu waktu belum ada ojek online itu, sebulan bisa pegang uang Rp 500 ribu,” kata Zaenal.

Zaenal mengakui sekarang becak kayuhnya tidak bisa dibuat sebagai tumpuan pekerjaan. Sudah seminggu lebih, ia tidak mendapatkan penumpang becak  sekali. Zaenal mengungkapkan untuk mendapatkan uang Rp 200 ribu saja terasa berat bila mengandalkan becak kayuhnya. Sehingga, dua hari lalu ia memutuskan untuk ikut temannya menjadi kuli panggilan di Malang. Selama ini, Zaenal mengakui bertahan hidup dari pekerjaan serabutan, bantuan anaknya, dan bantuan sosial program keluarga harapan (PKH). Stiker penerima bantuan keluarga tidak mampu jelas menunjukkan kondisi keluarganya.

“Kurang lebih 1 juta untuk 3 bulan uangnya, kalau sembakonya 15 Kg beras, ada daging sama telur, kadang ada buahnya juga,” tutur Zaenal polos.

Tugu Jatim
Zaenal saat membuka plastik pelindung hujan di becaknya. (Setyo/Tugu Jatim)

Untuk bulan ini, lanjut Zaenal, bantuan tersebut belum diterimanya. Ia masih menunggu PKH yang biasanya keluar di awal tahun.

Di balik harapan Zaenal tentang perbaikan rumah, ia mengaku setiap tahun selalu mendapatkan kunjungan baik dari RW sampai desa. Dengan harapan yang sama, yakni rumahnya akan diperbaiki Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Kediri.

“Sebetulnya percaya nggak percaya, tiap tahun juga difoto sama RW dan perangkat juga. Tapi sekarang langsung Pak Bupati yang datang,” terang pria berkaus kampanye putih Dhito-Dewi.

Ketika awal datang ke rumah Zaenal, memang Dhito membawa berkas dengan sampul kuning. Dari data berkas tersebut, memang rumah Zaenal dan 65 rumah yang lain di Desa Manyaran sudah tercatat masuk kategori rumah tidak layak huni (RTLH).

Popular Post

Mengusahakan Pertolongan Ilahi.

Kisah Hidup Pendiri Wardah Resmi Tayang di YouTube, Ini Sinopsis Film “Mengusahakan Pertolongan Ilahi”

Dwi Linda

SURABAYA, Tugujatim.id – Kisah hidup Nurhayati Subakat, sosok di balik kesuksesan PT Paragon Technology and Innovation, hadir dalam film bertajuk ...

Ansor Kota Malang.

PC GP Ansor Kota Malang Terima CSR Tugu Malang ID dan Times Indonesia, Tingkatkan Kader Melek Digital

Dwi Linda

MALANG, Tugujatim.id – Pengurus Cabang (PC) Gerakan Pemuda (GP) Ansor Kota Malang menerima bantuan dana corporate social responsibility (CSR) dari ...

Khofifah.

Khofifah-Emil Silaturahmi ke Rumah Jokowi usai Retreat di Magelang, Ini Isi Petuahnya!

Dwi Linda

SURABAYA, Tugujatim.id – Gubernur dan Wakil Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa-Emil Elestianto Dardak usai mengikuti retreat di Magelang, Jawa Tengah, ...

Pelaku mutilasi wanita asal Blitar.

Update! Pelaku Mutilasi Wanita asal Blitar dalam Koper Merah: Mulai Menyesal, Kerap Menangis saat Ingat Anak

Dwi Linda

SURABAYA, Tugujatim.id – Rohmat Tri Hartanto alias Antok, 33, pelaku pembunuhan dan mutilasi Uswatun Khasanah, 29, seorang sales promotion girl ...

Mudik gratis 2025.

Tak Ada Mudik Gratis 2025, Dishub Kota Malang Fokus Bangun Lahan Parkir di Kayutangan Heritage

Dwi Linda

MALANG, Tugujatim.id – Kabar kurang menggembirakan datang dari Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Malang. Pihaknya memastikan tidak menyediakan mudik gratis 2025 ...

Tempuran Mojokerto.

Kurang dari Setahun, Tempuran Mojokerto Terendam Banjir Tiga Kali

Dwi Linda

MOJOKERTO, Tugujatim.id – Wilayah Tempuran, Sooko, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur, kembali terkena banjir luapan pada Jumat (28/02/2025). Banjir luapan di ...