MOJOKERTO, Tugujatim.id – Pengerjaan ruas jalan alternatif Mojoanyar-Bangsal, Kabupaten Mojokerto, masih menyisakan pekerjaan rumah (PR). Sebab, proyek perbaikan jalan ini menimbulkan debu yang cukup mengganggu aktivitas warga.
Pengerjaan jalan alternatif Mojoanyar-Bangsal yang belum rampung membuat debu yang beterbangan membikin polusi udara di sekitar tempat tinggal warga. Terlebih musim kemarau yang disertai angin kencang, membuat debu tebal bikin rumah warga kotor, bahkan tidak sedikit warga sekitar kesulitan bernapas seperti biasanya.
Seperti yang dialami oleh Arifin. Warga yang sehari-hari mengelola warung kopi ini mengaku cukup terganggu dengan polusi udara akibat debu dari pengerjaan jalan alternatif Mojoanyar-Bangsal.
Di satu sisi warga bersyukur pemerintah melakukan perbaikan jalan. Namun di sisi lain, warga juga mengaku tidak nyaman dengan proyek yang tidak cukup ramah lingkungan itu.
“Syukur sih kan jalannya jadi tambah lebar, Mas. Tambah bagus juga. Tapi, debunya itu luar biasa,” kata Arifin kepada Tugu Jatim, Selasa (15/08/2023).
Selain Arifin, warga sekitar berinisiatif menyiram jalan dengan air secara swadaya. Setidaknya, upaya ini dilakukan tiga kali sehari.
“Harus sering disiram kalau bisa. Kan sekarang masuk kemarau ya. Anginnya juga kencang. Kalau tidak disiram sering-sering nanti kami sendiri yang repot,” beber Arifin.
Sementara itu, dalam kesempatan terpisah, Kabid Bina Marga Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (DPUPR) Kabupaten Mojokerto Henri Surya menjelaskan, pihaknya akan menyuruh pihak rekanan untuk melakukan penyiraman.
“Kami perintahkan untuk melakukan penyiraman,” kata Henri saat dikonfirmasi Tugu Jatim, Selasa (15/08/2023).
Henri menambahkan, pihaknya mengakui ada kemungkinan warga terganggu dengan pengerjaan proyek ini. Terlebih rumah warga yang langsung berhadapan dengan jalan yang sedang diperbaiki.
Namun, Henri melanjutkan bahwa seharusnya sudah menjadi tanggung jawab pemenang lelang untuk mengantisipasi dampak lingkungan. Seperti tebalnya debu yang membuat aktivitas warga terganggu.
“Seharusnya bisa memperkirakan dampaknya. Atau bisa memprediksi kemungkinan dampak lingkungannya,” ujar Henri.
Sementara itu, pengerjaan jalan ini diharapkan mampu selesai pada Oktober 2023. Hal ini berdasarkan pada kontrak yang telah diteken oleh penyedia jasa dan pemerintah.
“Sesuai kontrak seharusnya bulan segitu sudah selesai,” ujar Henri.
Writer: Hanif Nanda Zakaria
Editor: Dwi Lindawati