TRENGGALEK, Tugujatim.id – Kelahiran Gerakan Pemuda Ansor (GP Ansor) diwarnai oleh semangat perjuangan, nasionalisme, pembebasan, dan epos kepahlawanan. GP Ansor terlahir dalam suasana keterpaduan antara kepeloporan pemuda pasca-Sumpah Pemuda, semangat kebangsaan, kerakyatan, dan sekaligus spirit keagamaan, tepat pada 24 April 1934 – 24 April 2021 GP Ansor hadir menjaga Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan Kebhinekaan.
Di sepanjang sejarah perjalanan bangsa, dengan kemampuan dan kekuatan tersebut GP Ansor memiliki peran strategis dan signifikan dalam perkembangan masyarakat Indonesia. GP Ansor mampu mempertahankan eksistensi dirinya, mampu mendorong percepatan mobilitas sosial, politik dan kebudayaan bagi anggotanya, serta mampu menunjukkan kualitas peran maupun kualitas keanggotaannya. GP Ansor tetap eksis dalam setiap episode sejarah perjalan bangsa dan tetap menempati posisi dan peran yang stategis dalam setiap pergantian kepemimpinan nasional.
Peringati hari lahir itu, Pimpinan Cabang (PC) Gerakan Pemuda Ansor (GP Ansor) Kabupaten Trenggalek menggelar beberapa acara dalam menyemarakkan 87 tahun kelahiran GP Ansor. Ada hal yang lebih nyentrik dalam kegiatan tersebut dengan mengambil tagline “Madang Geden” PC GP Ansor Trenggalek gelar wayangan sebagai wujud menjaga tradisi dan nilai budaya, Minggu (25/04/2021).
Ketua PC GP Ansor Trenggalek, M. Izuddin Zakki, atau yang akrab disapa Gus Zakki, menjelaskan, bahwasanya dalam acara peringatan harlah ke-87 GP Ansor menyelenggarakan beberapa agenda di mulai sari semaan Al-Qur’an sampai dengan wayangan yang juga kebetulan dalangnya Ketua Ranting GP Ansor Kabupaten Trenggalek.
“Alhamdulilah, harlah Ansor yang ke-87 kami buka dengan agenda khodmil Qur’an dan kami teruskan dengan sosialisasi akreditasi terhadap PAC Ansor, kemudian ada hal yang sakral dalam acara malam ini yaitu dengan adanya pagelaran wayang, yang kebetulan juga Ketua Ranting Ansor,” jelas Gus Zakki.
Dengan lakon “Lahirnya Gatot Kaca” menjadikan suguhan tersendiri harlah Ansor ke-87 di Kabupaten Trenggalek, bahwasanya warisan Wali Songo dengan beberapa macam akulturasi budaya harus di lestarikan, dengan ini Gerakan Pemuda Ansor memiliki peran penting dalam melestarikan budaya Islam Nusantara yang sebenarnya.
“Kalau sekarang ini lagi ramai dengan persoalan terorisme maka saya yakin orang-orang yang mencintai kebudayaan pasti tidak bisa di masuki ajaran ekstrimis, lagian juga kebudayaan wayang kulit merupaman warisan wali songo, yang disitu juga mengajarkan akulturasi budaya, jadi wayangan ini adalah bentuk Islam Nusantara yang sesungguhnya,” tegas Gus Zakki.
Dikonfirmasi dalam satu acara, dalang muda yang juga Ketua Ranting Ansor Desa Prambon Kecamatan Tugu Kabupaten Trenggalek, Ahmad Andri memiliki harapan yang besar dengan wayang yang dipentaskan dalam harlah Ansor ke-87 ini, bisa menjadikan pupuk kecintaan bersama dalam rasa pentingnya menjaga kebudayaan.
“Dengan adanya pagelaran wayang di harlah Ansor ke-87 ini, merupakan sebuah kebanggaan bersama, kita bisa merasakan bahkan mencerna kepentingan seorang pemuda dalam merawat nilai-nilai kebudayaan, yang sudah jelas secara sejarah peninggalan Wali Songo saat menyebarkan Agama Islam, ini sebagai bentuk dorongan ke sahabat semua bahwa dengan kebudayaan bisa menjadi benteng NKRI dalam memerangi paham radikalisme,” pungkas Ahmad Andri Dalang Muda Trenggalek.