MALANG, Tugujatim.id – Sosok KH Abdurrachman Wahid atau Gus Dur memiliki karakter pesantren yang kuat. Setidaknya, ada tiga kerangka berpikir yang mendasari konsep pemikirian Gus Dur, yakni keislaman, keindonesiaan, dan kemanusiaan.
“Segitiga ini kemudian secara konsekuen ditunjukkan Gus Dur di setiap tulisannya, setiap orasi, dan setiap aktivitasnya melalui gerakan-gerakan yang beliau pelopori untuk dilakukan,” kata Rektor IAI Al-Qolam, Dr Muhammad Adib MAg, di Haul ke-13 Gus Dur, pada Kamis (12/1/2023).
Perkenalannya dengan mantan presiden keempat itu, kata pria yang juga Dewan Penasehat PC ISNU Kabupaten Malang itu, diawali dari persamaan latar belakang pondok pesantren. Kemudian membentuk pengenalan yang terus-menerus hingga menjadi inspirasi.
“Betul bahwa Gus Dur sudah wafat 13 tahun berlalu, tapi nama Gus Dur saya yakin tidak ada satupun di Indonesia yang tidak pernah mendengar namanya. Apapun agama, suku, di manapun dia berada dan kapan saja,” jelasnya.
Sekretaris PBNU Kabupaten Malang ini mengenal nama Gus Dur sejak dekade 80-an. Kala itu yang ia pahami bahwa sosok Gus Dur adalah tokoh agama dan cucu dari ulama Kyai Hasyim Ashari, orang nomor satu di NU. Iapun beberapa kali bertemu saat mengikuti orasi Gus Dur saat menempuh pendidikan S-1.
“Beliau (Gus Dur) itu multibahasa. Menguasai banyak bahasa, di mana orang pesantren kemudian memandang Gus Dur punya banyak kelebihan,” ucapnya.
Di samping itu, Gus Dur juga punya daya jelajah aktivitas yang juga luas sehingga pemikiran-pemikirannya nampak nyata dan kerap diwujudkan dalam pemikiran demokrasi ataupun kebijakan saat menjadi presiden.
Agar pemikiran Gus Dur tetap menguat dalam khazanah pengetahuan generasi ke depan, Muhammad Adib menambahkan perlunya formulasi berbagai kegiatan yang lebih masif dengan memanfaatkan platform digital.
“Supaya bisa menjangkau anak-anak kita yang lahir di era digital, sehingga mereka tetap punya kesadaran yang sama, geliat emosi yang sama untuk selalu mengenang Gus Dur sebagai figur yang patut dan harus diteladani,” ucapnya.
Peringatan 13 tahun meninggalnya sosok Gus Dur itu bertempat di Gedung Balai Pertiwi Universitas Ma Chung. Mengusung tema “13 Tahun Gus Dur Pulang, Bukan Pergi”.
Kegiatan ini turut dihadiri Gubernur Jatim, Khofifah Indar Parawansa diwakili Asisten Administrasi Umum Setdaprov Jatim, Akhmad Jazuli; Wali Kota Malang diwakili Kadiskominfo Kota Malang, M Nur Widianto; jajaran forkopimda, jaringan Gusdurian, hingga mahasiswa.
Haul Gus Dur dikemas sederhana namun bermakna. Selain diisi dialog dan diskusi, penampilan stand up comedy, juga ada penampilan bakat mahasiswa hingga doa bersama.
Dalam dialog itu menghadirkan Rektor IAI Al Qolam,Dr Muhammad Adib MAg; Pastor Paroki, Rm Hendrikus Suwaji OCarm; serta budayawan dari kalangan Nahdliyin, Ngatawi Al-Zastrow sebagai narasumber.
Kegiatan ini juga turut didukung oleh Pegadaian Kanwil XII Surabaya, Kopi Studio 24, Malang Studel, Grand Mercure Malang Mirama, Climate Change Frontier (CCF), Jatimpark Group, Countblok, dan sebagainya.