Oleh: Vina Lailatul Masykuroh*
Tugujatim.id – Film Fetih 1453 adalah film sejarah Islam. Film yang disutradarai oleh Faruk Aksoy ini menceritakan tentang penaklukan Konstantinopel pada masa Kesultanan Usmani oleh Muhammad Al-Fatih.
Sejarah penaklukan Konstantinopel adalah salah satu sejarah peradaban Islam yang besar. Dalam peristiawa itu, Islam dapat menaklukkan Konstantinopel.
Penaklukan Konstantinopel ini pernah disinggung oleh Nabi Muhammad SAW. Dalam hadistnya, Nabi Muhammad SAW bersabda: “Konstantinopel akan jatuh pada tangan Islam, pemimpin yang menaklukkannya adalah sebaik-baik pemimpin. Dan pasukan yang berada di bawah komandonya adalah sebaik-baik pasukan”.
Dalam rentang waktu sekitar 800 tahun lamanya, para khalifah Islam berupaya untuk menaklukan Konstantinopel namun semuanya gagal, hingga kemudian masa itu berakhir pada masa kekhalifahan Sultah Muhammad Al-Fatih.
Muhammad Al-Fatih yang memiliki nama kecil Mehmed adalah seorang tokoh Islam terkenal dikekhalifahan Turki. Mehmed adalah anak dari Harun Al-Rasyid dengan Huma Hatun. Mehmed dilahirkan pada tanggal 29 Maret 1432 M di Edirne. Dia adalah adalah pangeran dan jendral perang pada masanya yang ditakuti oleh kaum Romawi kala itu, panglima tentara agung yang memimpin sendiri 25 peperangan, seorang cendekiawan ulung di zamannya yang fasih berbicara dalam tujuh bahasa, yaitu bahasa Arab, Latin, Yunani, Serbia, Turki, Persia, dan Ibrani.
Al-Fatih banyak sekali menorehkan keberhasilah dalam sejarah Islam, termasuk penaklukan Konstantinopel ini, perang salib, penaklukan Byzantium, penaklukan wilayah-wilayah Asia, menyatukan kerajaan-kerajaan Anatholia dan wilayah-wilayah Eropa, dan masih banyak lagi yang tentunya berkaitan dengan perluasan dakwah Islam.
Hingga pada akhirnya karna keberhasilannya dalam melukis sejarah Islam mengenai penaklukan Konstantinopel, peristiwa itu dibuat film oleh Faruk Aksoy yang diproduseri oleh Faruk Aksoy, Servet Aksoy, dan Ayse Germen
Kisah ini bermula dari Mehmed kecil yang dididik oleh ayahnya untuk menjadi seorang raja dan panglima perang yang kuat dan tangguh. Hingga pada akhirnya dia tumbuh menjadi Mehmed dewasa.
Setelah kepergian ayahnya, Mehmed dewasa menggantikan ayahnya dalam memimpin kerajaan. Mulai kecil dia berambisi menjadi seseorang yang disebutkan Nabi Muhammad SAW dalam hadisnya, Mehmed sangat berambisi menaklukkan Konstantinopel dan mengikuti jejak langkah ayahnya dalam memperluas wilayah dakwah Islam.
Hingga pada akhirnya, Al-Fatih dapat menaklukkan Konstantinopel setelah berperang sekitar 40 hari lebih dan memukul mundur tentara Romawi, dengan usianya yang terbilang masih muda, yaitu 21 tahun.
Dalam menaklukkan Konstantinopel, Al-Fatih menempuh berbagai strategi perang dan menggunakan berbagai upaya agar dapat memenangkan pertempuran di medan perang itu. Dengan bidznillah, Al-Fatih bisa memenangkan peperangan itu tepat pada Selasa, 20 Jumadil Ula 857 H/29 Mei 1453.
Al-Fatih juga menetapkan beberapa kebijakan toleransi dalam beragama, di antaranya dilarang membunuh para wanita, anak-anak, orang lemah, dan rakyat yang tidak ikut berperang, dilarang merusak tempat peribadatan nonmuslim, bersikap baik pada nonmuslim dan meminta Gereja Aya Sofia untuk dijadikan masjid sekaligus tempat salat Jumat untuk pertama kalinya di Konstantinopel.
Tidak ada sesuatu apapun di dunia ini yang memiliki kesempurnaan, semua pasti ada plus dan minusnya. Begitu halnya dengan film ini. Menurut saya film ini terlalu banyak dibumbui oleh adegan-adegan pemanis, seperti perjalan kisah cinta Hasan dan Era, adanya beberapa adegan vulgar seperti pada saat adegan kaisar Constatine merayakan pesta dengan menampilkan wanita penari yang memakai pakaian transparan. Maka, film ini tak dianjurkan bagi anak di bawah usia 18 tahun, dan hendaknya bagi seseorang yang hendak menonton film ini untuk membaca sejarahnya terlebih dahulu.
Logikanya adalah nabi pada zaman dulu pernah bersabdah jika penakluk Konstantinopel adalah sebaik-sebaik pemimpin dan tentara yang berada di bawah komandonya adalah sebaik-baik pasukan. Tentulah pasukan penakluk Konstantinopel adalah pasukan yang terdidik baik secara jasmani maupun rohaninya. Mereka yang terdidik baik secara kemiliteran ataupun keagamaan, namun di dalam film tersebut terdapat adegan berkhalwat antara Hasan dan Era yang keduanya berasal dari pihak Al-Fatih.
Memang tidak semua adegan seperti itu. Tapi jika film ini dipertontonkan pada anak-anak yang belum memiliki pola pikir kritis, tentunya hal ini juga akan berdampak negatif, mereka akan menelan mentah-mentah apa yang ditampilkan dalam film tersebut.
Namun sekali lagi saya katakan jika segala sesuatu itu pasti ada plus dan minusnya. Terlepas dari nilai minus di atas, film ini juga memilki nilai plus.
Adegan yang paling saya ingat dari film ini adalah pertama saat pasukan Al-Fatih memindahkan kapal-kapal dari Double Columns menuju ke Valley of Springs melalui daratan.
Kedua, saat sebagian pasukan menggali lubang di bawah tanah untuk memasuki tengah-tengah kota dengan tanpa kenal lelah dan penuh semangat.
Ketiga, saat Al-Fatih berpidato sebelum pergi berperang untuk yang terakhir kalinya, di mana Al-Fatih memberikan pidato sekaligus nasehat untuk pasukannya agar tetap bersikap baik dan saling bertoleransi kepada para penduduk Konstantinopel.
Terakhir, saat Al-Fatih memasuki Gereja Aya Sofia dengan ketawadhuaannya sembari terus mendekat pada para penduduk yang sedang ketakutan karna mengira akan dibantai habis-habisan oleh pasukannya.
*Penulis merupakan Mahasiswa KPI IAI Al-Qalam Malang