MOJOKERTO, Tugujatim.id – Investasi sebagai salah satu instrumen keuangan memiliki banyak macam. Masyarakat Indonesia umumnya mengenal logam mulia seperti emas sebagai salah satu bentuk investasi. Selain emas, pasar modal maupun properti juga banyak digemari oleh warga Indonesia.
Walau demikian, investasi masih memiliki risiko. Properti yang tidak dirawat dapat memiliki risiko mengalami kerusakan secara perlahan. Logam mulia seperti emas juga memiliki risiko berupa kehilangan atau dicuri oleh orang lain.
Secara lebih spesifik, Kepala Bagian Edukasi dan Perlindungan Konsumen OJK Regional 4 Jatim, Rifnal Alfani menjelaskan pentingnya mengenal profil diri dengan risiko yang akan diterima saat memutuskan jenis investasi. Profil diri yang dimaksud di antaranya kecenderungan investor terhadap instrumen investasi yang akan dipilih.
“Pelajari profil diri dulu. Perlu tahu apakah investor termasuk agresif atau mencari investasi yang risikonya rendah. Kalau termasuk investor agresif nanti disesuaikan dengan pilihan instrumen investasi,” kata Rifnal saat menjadi narasumber dalam seminar Goes to Campus, di Universitas Islam Majapahit (Unim) Mojokerto, pada Selasa (8/8/2023).
Lebih lanjut, Rifnal melanjutkan bahwa dengan mengetahui profil diri, maka risiko investasi bisa dikurangi. Pasalnya, tidak ada instrumen investasi yang bersih dari risiko. “Risiko investasi perlu dipelajari karena tidak ada investasi yang tidak berisiko. Risiko bisa dikurangi, bukan dihilangkan sama sekali, atau pastikan dulu rentang waktu untuk investasi,” tambahnya.
Rentang waktu yang dimaksud oleh Rifnal adalah bagaimana investor mengetahui kapan hasil investasinya bisa dinikmati. Setidaknya terdapat tiga jangka waktu investasi, mulai jangka pendek, jangka menengah, hingga jangka panjang.
“Kalau nyari jangka pendek, biasanya digunakan investor untuk mengamankan dana, selain mencari instrumen investasi lain. Selain itu pastikan instrumen investasi mudah likuid agar pencairan bisa cepat dan mudah,” beber Rifnal.
Bagi investor yang memilih aman, investasi logam mulia seperti emas bisa menjadi pilihan. Sementara, investor dengan level agresif dapat memilih saham sebagai instrumen investasinya. “Tentunya pilihan yang kami sebutkan tadi, sekali lagi dikembalikan kepada profil diri masing-masing investor,” ucapnya.
Tak hanya itu, Rifnal turut berpesan agar investor tidak mudah tergiur dengan imbal hasil tinggi dalam waktu singkat. Bila mendapati tawaran yang demikian, bisa jadi instrumen tersebut justru merugikan investor.
“Jangan tergiur dengan imbal hasil tinggi secara cepat. Pastikan juga memegang prinsip 2L yaitu Legal dan Logis. Legal itu diakui pemerintah dan Logis itu masuk akal antara keuntungan dan jangka waktunya,” pungkas Rifnal.
Reporter: Hanif Nanda
Editor: Lizya Kristanti