PASURUAN, Tugujatim.id – Pemerintah Kota Pasuruan menggelar acara Semarak Wayangan sebagai rangkaian menyambut MTQ ke-XXX Tingkat Jawa Timur di Kota Pasuruan. Pagelaran seni wayang kulit ini digelar di halaman gedung Harmonie Kota Pasuruan, Jumat malam (29/09/2023).
Dalam pagelaran wayang ini, dalang Ki Ardhi Poerboantoro mengangkat lakon atau cerita “Bhimo Santri (Lakune Anak Sholeh)”. Sosok Bhimo atau Bima dalam lakon ini jadi representasi kaum santri.
Bhimo sosok santri yang gigih dalam menimba ilmu pada gurunya, menyelami agamanya. Bukan hanya demi duniawi, melainkan lebih untuk menggenggam kesempurnaan kehidupan di akhirat.
“Lakon ini ekspresi nilai-nilai luhur ajaran yang penuh makna dan falsafah kemajuan berbangsa dan bernegara, juga tholabul ‘ilminya para santri, yang mengangkat derajat para gurunya,” ujar Ki Ardhi.
Anggota Lesbumi PBNU ini menambahkan, dalam lakon “Bhimo Santri” ini juga dituangkan kritik dan keluh kesah para seniman atas kondisi kehidupan modern saat ini. Di mana para kaum milenial saat ini banyak yang mulai berpaling muka dari adat budayanya.
Dia menyebut banyak anak muda yang gaya hidupnya terseret arus globalisasi hingga westernisasi (kebarat-baratan).
“Kaum muda banyak yang meninggalkan nilai luhur budaya Nusantara, baik secara sosial, intelektual, ruang-ruang wacana, lifestyle atau gaya hidup banyak yang meninggalkan pitutur luhur,” ungkapnya.
Karena itu, lewat pagelaran wayangan ini, para seniman menitipkan pesan agar budaya, khususnya budaya asli Kota Pasuruan tetap dirawat. Ki Ardhi juga mengapresiasi langkah Pemkot Pasuruan untuk mengolaborasikan hiburan seni budaya Jawa dan Islam dalam rangkaian acara MTQ ke-XXX Tingkat Jawa Timur di Kota Pasuruan.
Dia menyebut selain pagelaran wayang, nantinya saat pembukaan MTQ disuguhkan tampilan seni tari Terbang Bandung, pencak Kuntu Mancilan, hingga nyanyian kidung (lagu Jawa) “Rumekso ing Wengi” karya Sunan Kalijaga.
“Artinya dalam satu wadah kebhinnekaan, kami boleh berbeda-beda, tapi tetap mesra, harmonis untuk sebuah tujuan kemanusiaan yang adil dan beradab,” ungkapnya.
Sementara itu, Wali Kota Pasuruan Saifullah Yusuf mengatakan, pemkot mengupayakan agar pagelaran wayangan ini selalu hadir di setiap event, baik lokal ataupun internasional di Kota Pasuruan. Dia ingin agar wayangan jadi hiburan yang bulan hanya sekadar tontonan, tapi juga tuntunan.
“Wayangan ini menjadikan kami guyub rukun dan bisa mengkritik diri sendiri bercermin dengan harapan untuk memperbaiki kehidupan kita semua,” ujarnya.
Writer: Laoh Mahfud
Editor: Dwi Lindawati