MALANG, Tugujatim.id – Pendidikan sangatlah penting, berbagai sendi kehidupan tak lepas dari peran pendidikan, apalagi di era industri 5.0.
Perkembangan era revolusi industri 5.0 sangat memengaruhi sektor pendidikan. Era ini juga telah mengubah cara pandang kita tentang pendidikan. Perubahan yang dilakukan tidak hanya dalam cara mengajar, tetapi yang terpenting adalah perubahan cara pandang terhadap konsepsi pendidikan itu sendiri.
Hal itu dibahas dalam seminar nasional pendidikan dan pembelajaran (Sendikan) yang digelar oleh Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) Universitas Negeri Malang (UM), di Aula Gedung A19 UM, pada Jumat (20/10/2023).
Dalam seminar kali ini, LPPM UM menghadirkan empat narasumber yang kompeten di bidangnya. Mereka adalah Prof Dr H Muchlas Samani MPd; Dr Itje Chodidjah MA; Prof H Ari Purbayanto PhD; serta Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Indonesia, Prof Dr Muhadjir Effendy MAP.
Seminar kali ini juga diikuti oleh mahasiswa UM dari beberapa jurusan dan para akademisi.
Dalam kesempatan ini, Prof Ari berbicara tentang penjaminan mutu pendidikan Indonesia di era 5.0. Menurutnya, penjaminan mutu pendidikan sangat penting, hal itu disebabkan karena kemajuan pendidikan tidak terlepas dari penerapan proses penjaminan mutu pendidikan yang dilakukan secara baik, konsisten, dan berkelanjutan.
“Pemerintah menyelenggarakan sistem penjaminan mutu pendidikan tinggi untuk mendapatkan pendidikan bermutu. Pendidikan tinggi bermutu akan menghasilkan lulusan yang mampu secara aktif mengembangkan potensinya dan menghasilkan iptek yang berguna,” ungkap Prof Ari, pada Jumat (20/10/2023).
Lebih lanjut, Prof Ari mengatakan bahwa penjaminan mutu di era 5.0 merupakan konsep integrasi antara manusia (society) dan teknologi (cyber physical systems) untuk mencapai kemajuan sosial dan ekonomi. “Di era ini pendidikan tinggi di Indonesia harus beradaptasi dengan perkembangan teknologi dan perubahan sosial yang cepat,” bebernya.
Sementara itu, untuk bisa menjalankan proses penjaminan mutu, tentunya ada tantangan yang harus dihadapi. “Tantangan penjaminan mutu di Indonesia yakni sumber daya dan pendanaan harus tersedia, budaya mutu dan kesenjangan karena perbedaan besar geografi, budaya, dan status ekonomi sosial,” ungkap Prof Ari.
Sementara itu, Prof Muhadjir dalam paparannya dengan tema pendidik dan generasi muda yang memiliki kemampuan dan literasi dasar menyatakan bahwa kolaborasi seluruh stakeholder dalam meningkatkan efektivitas pendidikan ada lima item yang harus berjalan beriringan.
“Mulai masyarakat, pemerintah, lembaga pendidikan, orang tua, dan dunia usaha atau industri harus berjalan beriringan,” ucapnya, pada Jumat (20/10/2023).
Dengan berjalannya partisipasi dari seluruh stake holder dapat meningkatkan efektivitas pendidikan dan akan memudahkan untuk mencapai peningkatan human capital competitiveness.
Selain itu, kompetensi siswa tidak bisa hanya dinilai dengan angka, namun harus dinilai dari setiap proses yang telah dijalani oleh para peserta didik. “Kompetensi tidak hanya diberikan dengan angka saja namun mulai proses demi proses itu yang harus dinilai,” tambah mantan Rektor Universitas Muhammadiyah Malang itu.
Sementara itu, Dr Itje dalam paparannya terkait implementasi pendidikan karakter dalam pembelajaran mengatakan bahwa karakter adalah seperti bumbu masakan yang tak kelihatan tapi bisa dirasakan.
Mata pelajaran yang diberikan oleh sekolah merupakan alat untuk membangun karakter, sementara rumah merupakan sumber utama dari pembelajaran karakter seorang anak. “Sekolah merupakan sentra pendidikan formal yang menjadi tumpuan harapan pendidikan karakter,” ungkap Dr Itje.
Dr Itje melanjutkan bahwa prinsip karakter iu bukanlah knowing atau mengetahui saja melainkan doing atau mengerjakan.
“Proses penguatan karakter bisa melalui sebuah permainan tradisional atau melalui olahraga. Karena dari dua hal itu, ada aturan ada filosofi yang diajarkan,” tandas Ketua Harian Komnas Indonesia untuk UNESCO itu.(ads)
Reporter: Yona Arianto
Editor: Lizya Kristanti