BATU, Tugujatim.id – Keberadaan situs Punden Sumber Jeding yang berada di Wisata Bring Rahardjo, Dusun Jeding, Desa Junrejo, Kecamatan Junrejo, Kota Batu, ini memiliki keunikan tersendiri. Situs ini biasa digunakan masyarakat setempat sebagai acuan atau parameter pertumbuhan ekonomi.
Pengelola Wisata Bring Rahardjo Yohanes menuturkan, situs Punden Sumber Jeding telah ditemukan pada era generasi ketiga setelah babat alas Dusun Jeding. Penemuan itu terjadi sekitar 300 tahun yang lalu.
Proses penemuannya pun cukup unik, yaitu berawal dari mimpi seorang sesepuh bernama Dasasana. Kemudian Dasasana mulai melakukan penggalian dan benar ada situs Sumber Jeding seperti apa yang ada di mimpinya.
“Kalau menurut peneliti, situs ini lebih tua dari Kerajaan Singhasari. Situs sumber air ini oleh masyarakat setempat dijadikan parameter tentang pertumbuhan ekonomi. Selama mata air situs ini meluber seperti saat ini, bisa dibilang perekonomian masyarakat setempat lancar, makmur, dan kesejahteraannya terjamin,” imbuhnya.
Berdasarkan cerita masyarakat setempat, menurut Yohanes, situs tersebut pernah sama sekali tak mengeluarkan air pada sumbernya saat terjadi gestapo. Bahkan, dia juga melihatnya secara langsung di situs itu mengering saat terjadi revolusi di Indonesia.
“Saat ini kami hanya mempertahankan keberadaannya saja. Kami tidak berani mengubah segala sesuatunya, terpenting kanan kirinya tetap kami rawat supaya kelestariannya terjaga dan punden atau situsnya tidak rusak,” tuturnya.
Menurut dia, situs Punden Sumber Jeding juga memiliki keistimewaan yang tidak dimiliki sumber air pada umumnya. Sumber air di situs ini akan meluber jika terjadi kemarau dan akan mengering saat musim hujan.
“Keunikan situs ini sampai sekarang masih diteliti kenapa bisa saat kemarau meluber dan saat musim hujan justru surut airnya. Ini sudah mulai meluber, diperkirakan akan mulai kemarau. Dari sisi supranatural mungkin ada hal-hal yang tidak bisa dijelaskan. Tapi, itu tergantung masyarakat percaya atau tidak, tapi faktanya memang seperti itu,” tambahnya. (M. Sholeh/ln)