KEDIRI, Tugujatim.id – Tahu Takwa telah menjadi salah satu ikon khas Kediri sejak 1912. Seiring waktu, produk ini terus berkembang, baik dari segi variasi, metode produksi, maupun cara pemasaran. Berikut ulasan sejarah dan perkembangan Tahu Takwa yang kini menjadi kebanggaan masyarakat Kediri.
Sejarah Tahu Takwa bermula dari kedatangan imigran Tionghoa ke Kediri pada tahun 1900. Tradisi mereka dalam mengolah tahu untuk perayaan membawa ide untuk memproduksi tahu di Kediri. Awalnya, belum ada orang lokal yang memproduksi tahu. Namun, kesamaan karakteristik air antara Kediri dan Tiongkok membuat warga Tionghoa tertarik memulai usaha ini.
Menurut sejarah Tiongkok, tahu awalnya berwarna putih. Ketika tahu mulai diproduksi di Kediri, warna kuning dipilih untuk mencerminkan ciri khas kota yang banyak memiliki bangunan bernuansa kuning. Nama “takwa” sendiri berasal dari pelafalan Hokkian “Kwa”, yang kemudian diadaptasi menjadi “takwa” seiring akulturasi budaya Tiongkok dan Jawa.
Saat ini, Kediri memiliki Kampung Tahu yang terletak di Kelurahan Tinalan, Kecamatan Pesantren. Kampung ini dikenal sebagai pusat produksi Tahu Takwa dan telah menjadi destinasi wisata edukasi. Secara resmi, Kampung Tahu diresmikan oleh Wali Kota Kediri Samsul Ashar pada Agustus 2019.
Sejak tahun 1950-an, wilayah ini memang dikenal sebagai tempat tinggal para pengrajin tahu yang mewariskan keterampilan mereka secara turun-temurun. Ketua Paguyuban Kampung Tahu, Jamal, menjelaskan bahwa generasi ketiga penerus usaha tahu kini telah memproduksi berbagai inovasi produk, seperti stik tahu, tahu walik, dan tahu cokelat.
Peralatan modern kini membantu proses produksi menjadi lebih efisien dibandingkan masa lalu, ketika masih menggunakan batu sebagai alat press. Meski begitu, kualitas Tahu Takwa tetap dipertahankan dengan penggunaan bahan baku kedelai berkualitas tinggi.
Pemerintah Kota Kediri memiliki peran besar dalam mendukung perkembangan Kampung Tahu. Mereka memberikan pelatihan, bimbingan, dan memfasilitasi promosi melalui website serta marketplace. Dengan inisiatif ini, Kampung Tahu tidak hanya menjadi pusat pengrajin tahu, tetapi juga destinasi wisata yang memperkuat identitas Kediri sebagai “Kota Tahu”.
Kepala Seksi Produksi dan Pengembangan Usaha Mikro, Agus Subono, berharap pengrajin terus berinovasi untuk meningkatkan kualitas produk sekaligus menjalin kerja sama dengan biro perjalanan untuk menarik lebih banyak wisatawan.
Selain di Kota Kediri, pengrajin tahu juga tersebar di wilayah Kabupaten Kediri, salah satunya adalah Gatot Suswanto yang mendirikan Gudang Tahu Takwa (GTT). Gatot memulai usaha sejak 1993 dengan berjualan keliling sebelum akhirnya mendirikan CV pada 2008.
Produksi Tahu Takwa di GTT memiliki proses yang lebih panjang dibanding tahu biasa, terutama dalam perendaman kedelai dan pendiaman adonan yang bisa mencapai dua hingga tiga kali lebih lama. Kedelai yang digunakan mayoritas adalah kedelai impor karena lebih mudah diperoleh dengan harga bersaing.
Gatot berharap petani lokal dapat meningkatkan kualitas kedelai mereka melalui proses sortir, sehingga bisa bersaing dengan kedelai impor. Ia juga mengajak generasi muda untuk melestarikan warisan budaya ini sebagai bagian dari identitas bangsa.
Dengan dukungan masyarakat dan pemerintah, Tahu Takwa terus menjadi ikon yang memperkuat citra Kediri di mata wisatawan, sekaligus menginspirasi inovasi dalam industri pangan tradisional.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News Tugujatim.id
Penulis : Bintang Virgiawan (Magang)
Editor: Darmadi Sasongko