Tugujatim.id – Menulis ilmiah kini jadi primadona di kalangan pendidikan. Tak hanya kalangan dosen, mahasiswa juga menjadikan menulis ilmiah sebagai bekal tidak hanya untuk tugas akhir namun juga rutinitas untuk mengikuti berbagai ajang lomba.
Hal ini merujuk dari data yang diinformasikan oleh Scientific Journal Rankings (SJR), Indonesia menempati posisi ke-54 dalam hal publikasi internasional di Asia Tenggara pada 2013. Kemudian, pada 2020 posisinya melejit pada urutan ke-21.
Pemerintah dalam hal ini Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi sangat mendorong dosen dan mahasiswa melalui berbagai program pendanaan riset. Sebagai contoh di kalangan mahasiswa, Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) salah satu program yang banyak diminati mahasiswa.
Tak cukup PKM, tiap organisasi mahasiswa di kampus juga berlomba mengadakan berbagai lomba menulis ilmiah nasional. Program-program ini digagas semata mata tidak hanya meningkatkan daya nalar atau kritis mahasiswa, terampil menulis ilmiah, sekaligus memberikan peluang mahasiswa untuk berinovasi. Tak heran jika banyak mahasiswa tergoda.
Thabed Tholib Baladraf salah satunya. Mahasiswa Universitas Jember sekaligus penerima Pondok Inspirasi, satu dari sekian banyak mahasiswa di Indonesia yang menekuni rutinitas menulis ilmiah. Putra semata wayang Puji Indri Antini ini sejak SMK memang telah menekuni dunia penulisan ilmiah, namun saat itu sering kandas saat final atau bahkan ketika seleksi awal.
Keluarganya tergolong sederhana dan memiliki penghasilan yang terbilang minim. Sang Ibu penjual jajanan tradisional seperti gatot dan tiwul. Ibu menjadi tulang punggung lantaran Sang Bapak telah tiada sejak tahun 2007.
“Saya dan Ibu setiap harinya bangun jam 1 dini hari untuk memasak jajanan tradisional kemudian berangkat ke pasar pukul 5 pagi,” ungkap Thabed.
Penghasilan rata-rata yang didapatkan sebesar 20 ribu per hari dan itu hanya cukup untuk digunakan makan sehari-hari.
“Hal tersebut menimbulkan tekanan bagi keluarga kami saat itu, bahkan ada satu momen dimana saya dan ibu tidak bisa makan nasi,” tuturnya.
Terjun ke dunia riset dan penelitian menjadi pilihan lantaran kondisi ekonomi keluarga yang tak membaik.
Raih 178 Penghargaan
Tahun 2020 Thabed bergabung di Pondok Inspirasi. Di Pondok Inspirasi, Thabed mendapatkan berbagai benefit salah satunya berupa pelatihan dan pendampingan menulis karya tulis ilmiah. Selama dua tahun, Thabed mendapatkan 178 penghargaan baik nasional maupun internasional.
“Menjadi bagian dari Pondok Inspirasi rasanya sangat sesuai dengan tujuan saya. Saya mendapatkan bekal khususnya di dunia menulis ilmiah. Benar-benar didampingi dan diberikan kepercayaan untuk berkembang,” paparnya.
Tahun 2021 Thabed mendapatkan penghargaan di Internasional Malaysia Technology Expo 2021 dan MISIIT Archimedes Russian. Baru-baru ini juga mendapatkan Third Place International Youth Conference Paper Competition 2022.
“Selain sangat suka dengan menulis ilmiah, ada alasan lain yang mendorong saya melakukan ini. Saya harus mandiri dan membantu meringankan ekonomi keluarga. Sebagian uang yang saya dapatkan dari juara lomba, saya berikan ke ibu untuk keperluan sehari-hari,” tuturnya.
Tak hanya itu, Thabed juga membelikan perhiasan untuk Sang Ibu, membeli laptop sendiri, membayar biaya kontrakan rumah, dan membeli kebutuhan rumah tangga dari peluang riset dan menulis yang ditekuninya.
Ruang Ilmiah di Pondok Inspirasi
Banyak mahasiswa yang masih memiliki kendala dalam memulai menulis ilmiah. Bagi Thabed kendala tersebut bukan menjadi penghalang untuk memulainya. Thabed memulainya dengan mencoba dari berbagai rujukan karya tulis ilmiah. Walaupun awalnya tidak membuahkan hasil, Thabed tidak lantas berhenti.
“Lingkungan juga memberikan pengaruh. Mendapatkan kesempatan belajar di Pondok Inspirasi, membuat saya jauh lebih berkembang karena tidak hanya mentoring yang didapatkan namun juga coaching,” tambahnya.
Pondok Inspirasi secara rutin memberikan mentoring dan coaching dari mentor dan coach profesional. PT Paragon Technology and Innovation sebagai salah satu perusahaan yang rutin memberikan coaching bagi mahasiswa di Pondok Inspirasi.
“Inovasi sangat dibutuhkan dalam ekosistem pendidikan. Inovasi ini harus dibarengi dengan kolaborasi dari berbagai pihak, termasuk peranan komunitas peduli pendidikan. Dimulai dengan membuka ruang belajar, menuangkan ide kemudian menuliskan ide perlu dibudayakan dalam sebuah komunitas khususnya Pondok Inspirasi,” tutur Salman Subakat, Pembina Pondok Inspirasi.
—
Terima kasih sudah membaca artikel kami. Ikuti media sosial kami yakni Instagram @tugujatim , Facebook Tugu Jatim ,
Youtube Tugu Jatim ID , dan Twitter @tugujatim