Oleh : Muhammad Hilal
Tugujatim.id – Di awal masa Perang Dingin (Perang ideologi antara AS dan Uni Soviet), kecurigaan masyarakat dan pemerintah Amerika terhadap segala unsur Soviet dan komunisme di negeri itu sedang tinggi-tingginya. Banyak pihak jadi “parno” dan DPR Amerika bahkan membentuk sebuah komite, bernama House Un-American Activities Committee (HUAC), yang di antara tugasnya adalah menyelidiki dan mencegah unsur-unsur Soviet ini.
Tidak terkecuali dalam industri perfilman. HUAC membuat daftar nama para seniman di Hollywood yang terindikasi terlibat dengan Soviet atau berpaham komunis kemudian mengadili mereka. Hal ini tidak bisa dielakkan sebab beberapa seniman di situ memang terlibat dalam partai komunis Amerika.
Alkisah, tersebutlah seorang penulis naskah film bernama Dalton Trumbo. Dia adalah penulis terpandang di lingkungan industri film. Namun, dia dan beberapa orang lainnya adalah kaum komunis. Di dalam film itu dikisahkan bahwa dirinya tidak pernah menyesali pilihan ideologinya itu.
Kenapa demikian? Sebab bagi dirinya ide komunisme dan negara demokratis-liberal semacam Amerika tidaklah bertentangan. Artinya, kaum komunis seperti Trumbo itu bisa menjadi warga negara yang baik dan tetap bisa berkontribusi positif terhadap negara yang dicintainya itu. Negara yang dicintainya tetaplah Amerika, bukan Uni Soviet.
Namun, di tengah-tengah masyarakat yang sedang parno, pandangan Trumbo itu dianggap sebagai kemustahilan. Akhirnya, dia dan teman-teman sesama seniman komunis yang tergabung dalam perkumpulan Hollywood-10 dipanggil oleh HUAC untuk penyidikan. Namun para anggota Hollywood-10 menolak memberi keterangan dengan dasar konstitusi Amerika sendiri, yakni Amandemen Pertama.
Pada mulanya, penolakan perkumpulan Hollywood-10 cukup kuat di hadapan hukum, terutama karena mereka didukung oleh Hakim Agung Wiley Rutledge dan Jaksa Pembela Frank Murphy. Namun, setelah keduanya meninggal dunia, maka posisi Hollywood-10 jadi lemah dan akhirnya semuanya dijebloskan ke penjara. Selama 11 bulan Dalton Trumbo mendekam di balik sel di Negara Bagian Kentucky.
Saat itu memang sedang dimulai sebuah masa kelam di Amerika yang disebut masa Blacklist, masa pencekalan. Semua pihak yang dianggap terlibat dengan paham komunisme, termasuk kelompok Hollywood-10, dicekal dari aktivitasnya semula. Semua rumah produksi film menolak mempekerjakan Trumbo dan kawan-kawannya.
Dalam film Trumbo, yang dikisahkan hanyalah para penulis naskah yang dicekal, padahal sebenarnya pencekalan itu berlaku dalam lingkup yang lebih luas. Tidak cuma para seniman dalam industri film, banyak guru, dosen, tentara, dan aparatur sipil negara mendapat pencekalan serupa. Efeknya, banyak dari mereka yang kehilangan pekerjaan, mengalami kebangkrutan, perceraian, bahkan ada yang bunuh diri.
Sejarah kelam itulah yang berusaha ditampilkan dalam film Trumbo ini, yakni sejarah ketidakadilan yang ironisnya dilakukan oleh negara terhadap warganya sendiri. Perang Dingin memang dimenangkan oleh Amerika, itu adalah kenyataan sejarah. Namun, di balik kemenangan itu terdapat sejarah pahit yang seolah tersingkir ke tepian, seolah tersingkir dari pembicaraan umum.
Di antara para korban pencekalan itu, ada beberapa yang berusaha melawan. Trumbo adalah salah seorang yang melawannya hingga masa blacklist itu berakhir. Uniknya, perlawanan itu dilakukan dengan cara yang tidak lumrah.
Meski dicekal dan disingkirkan dari semua rumah produksi film, Trumbo tetap menulis naskah film dengan nama samaran. Di satu sisi, cara ini membuat Trumbo tetap bisa mencari nafkah, di sisi lain dia telah menunjukkan bahwa pencekalan yang dilakukan padanya adalah tindakan konyol.
Sejarah mencatat bahwa dia telah menulis 30 naskah film selama masa pencekalan itu. Yang lebih luar biasa, meski pakai nama samaran, di antara semua naskah itu terdapat dua film yang memenangkan Academy Award dalam nominasi cerita terbaik.
Film pertama yang mendapat penghargaan Academy Award berjudul “Roman Holiday”, rilis tahun 1953. Naskah film ini oleh Trumbo diberi nama temannya, Ian McLellan Hunter, yang namanya terbilang “bersih”.
Film kedua berjudul The Brave One, rilis tiga tahun kemudian dan ditulis dengan nama samaran. Film ini juga memenangkan Academy Award untuk cerita terbaik, serta masuk nominasi sebagai editing film terbaik dan perekaman suara terbaik.
Dua penghargaan ini adalah bukti keberhasilan usaha keras Trumbo. Rumor bahwa kedua film itu sebenarnya ditulis oleh Trumbo beredar luas, bahkan beredar di lingkungan yang mencekal Trumbo. Banyak awak perfilman yang mulai menyangsikan arti penting pencekalan itu.
Bagaimana tidak. Jika sosok yang selama ini dianggap sebagai musuh negara bisa menghasilkan film terbaik, bisa berkontribusi besar dalam dunia industri perfilman, maka mencekalnya adalah sebuah kesalahan. Kesalahan ini kemungkinan besar juga berlaku pada pencekalan pada banyak warga negara Amerika lainnya.
Pukulan paling telak terhadap pencekalan itu terjadi pada tahun 1960. Trumbo diminta menulis naskah film Spartacus dan film Exodus yang rilis tahun yang sama. Kedua film itu sukses besar dan mendapat penghargaan di beberapa aspek. Yang istimewa, kali ini nama Dalton Trumbo terpampang sebagai penulis naskahnya, tidak lagi pakai nama samaran.
Dengan demikian, sudah banyak awak perfilman yang menganggap bahwa pencekalan di Hollywood itu sudah tidak lagi relevan. Dengan demikian pula, ini adalah babak awal kemenangan Trumbo.
Lima belas tahun kemudian, Trumbo mendapat piala Oscar. Di dalam film itu dia digambarkan menyampaikan pidatonya yang sangat menyentuh.
Biodata Film :
Judul : Trumbo
Tahun : 2015
Sutradara : Jay Roach
Pemeran : Bryan Cranston, Diane Lane, Helen Mirren, Louis C.K., Elle Fanning, John Goodman, Michael Stuhlbarg
Negara Asal : Amerika Serikat
Durasi : 124 menit
Produksi : ShivHans Pictures, Everyman Pictures, Groundswell Productions