MALANG, Tugujatim.id – Total sebanyak 400 siswa-siswa SMAN 10 Malang mengikuti antusias gelaran pelatihan jurnalistik bertajuk Tugu Media Group Goes To School 2021 yang digelar oleh Tugu Media Group bersama PT Paragon Technology, Kamis (18/3/2021).
Acara yang digelar secara virtual melalui aplikasi Zoom tersebut membahas mulai dasar-dasar jurnalistik seperti teknik wawancara, teknik menulis berita, hingga visual jurnalisme berbentuk grafis. Tak hanya itu, pada acara Tugu Media Group Goes To School tersebut juga diselingi pemberian tip kecantikan dari Wardah Beauty Malang.
Kepala SMAN 10 Malang Apresiasi Tugu Media Group Goes To School
Menanggapi agenda kegiatan pelatihan jurnalistik untuk siswa-siswinya tersebut, Kepala SMAN 10 Malang, Husnul Chotimah mengapresiasi tinggi.
“Saya mengapresiasi kegiatan ini, saya lihat materinya bagus-bagus untuk anak-anak baik saat mereka di bangku sekolah atau saat mereka di dunia kerja,” ujarnya saat melakukan sambutan di acara Tugu Media Group Goes to School, Kamis (18/3/2021).
“Saya terima kasih kepada Tugu Media Group atas keikhlasannya memberikan materi kepada SMAN 10 Malang, saya berharap semoga anak-anak bisa mengikuti acara ini dengan maksimal,” tambahnya.
Sebagai informasi acara Tugu Media Group Goes To Campus terselenggara berkat kerja sama antara Tugu Media Group (Tugumalang.id dan Tugujatim.id) bersama PT Paragon Technology and Innovation, perusahaan kosmetik yang membawahi sejumlah brand, seperti Wardah, Emina, Make Over, Putri, dan Kahf.
Mengupas Cara dan Teknik Wawancara Jurnalis
Dalam acara ini dilakukan pelatihan jurnalistik yang disampaikan langsung oleh pemateri dari Tugu Media Group.
“Di dalam jurnalistik, wawartawan itu tugas utamanya adalah wawancara,” ujar Rino Hayyu Setyo, editor Tugumalang.id saat memberikan materi terkait teknik dasar wawancara.
Wawancara disebut sebagai pengumpulan data atau informasi dari narasumber yang dilakukan oleh pewawancara.
“Syarat dari seorang jurnalis yaitu harus kepo, tapi dengan aturan-aturan jurnalistik,” imbuh pria asal Kediri tersebut.
Menurut Rino, wawancara memiliki beberapa tujuan, diantaranya mengonfirmasi atau mengklarifikasi sebuah perisiwa, melengkapi data yang kurang detail, agar narasumber utama berbicara dengan mengungkapkan fakta, dan menepis informasi yang belum valid.
Selain memiliki tujuan, wawancara juga memiliki beberapa jenis yang perlu diketahui, yaitu wawancara berita, wawancara pribadi, dan wawancara eksklusif.
“Wawancara ini untuk memperoleh informasi langsung dari narasumber, kemudian wawancara pribadi sama dengan wawancara biografi seseorang, sedangkan kalau wawancara eksklusif itu wawancara tanpa sepengetahuan wartawan lain,” terang mantan jurnalis di media Jawa Pos Group tersebut.
Masih mengenai teknik wawancara, yaitu wawancara sambil lalu, wawancara tempat kejadian, wawancara tertulis dan wawancara cegat pintu (door stop).
Kemudian Rino menjelaskan mengenai tahap persiapan wawancara, pertama harus menentukan topik atau masalah, kemudian memahami masalah yang ingin ditanyakan, menyiapkan pertanyaan, menentukan narasumber.
“Wawancara yang baik tidak berangkat dengan kepala kosong,” ujar Rino.
“Wawancara dimanapun dan kapanpun itu bisa dilakukan oleh siapa saja, tidak perlu jurnalis atau peneliti, tapi teknik dasar ini bisa kita buat untuk melihat situasi,” pungkasnya.
Teknik Menulis Berita
Selain teknik wawancara, dalam ilmu jurnalistik yang perlu diperhatikan adalah teknik dalam meliput maupun menulis berita. Hal ini disampaikan oleh Fajrus Sidiq.
“Menulis cerita sebenarnya hampir sama dengan menulis berita, namun yang perlu ditekankan adalah menulis berita itu menulis fakta, sedangkan cerita belum tentu menulis fakta,” kata wartawan Tugumalang.id ini.
Fajrus menjelaskan bahwa yang harus diperhatikan pertama kali adalah melihat sisi menarik dan penting dari sebuah peristiwa yang akan diliput oleh seorang wartawan.
Menarik meliputi human interest dan unik, sedangkan berita penting mencakup aktual, proximity, ketokohan, magnitude, dan informatif.
Kemudian perhatikan juga judul yang ditulis agar dapat menarik pembaca.
“Judul berita seperti hidangan makanan, kita hanya melihat saja sudah tertarik padahal belum mencicipi. Makanya judul berita harus baik, sehingga orang akan memakan atau membaca berita tersebut,” kata Fajrus.
Dalam sebuah judul memiliki beberapa unsur yaitu emosional, cerminan berita, advise, kritis, dan humanis. Selain itu dalam menulis berita harus memperhatikan lead, yang terdiri dari unsur ringkas, bercerita, memiliki kesan, adanya kutipan, mengandung pertanyaan, serta menggoda agar pembaca meneruskan bacaannya hingga selesai.
Selanjutnya Fajrus menjelaskan mengenai gaya tutur dalam sebuah berita.
“Untuk menjadi wartawan, gaya tutur ini sangat diperlukan, pertama wartawan harus punya data untuk menulis berita, kedua efisiensi kata artinya pembaca tidak membuang-buang kata, selanjutnya akurat, dan framing,” katanya.
Terakhir menyampaikan filosof yang ditulis oleh filosof awan yaitu ‘satu-satunya yang kita butuhkan untuk menjadi filosof yang baik adalah rasa ingin tahu’.
“Satu-satunya yang kita butuhkan jika ingin menjadi wartawan adalah rasa ingin tahu,” pungkas Fajrus Sidiq.
Jurnalisme Visual

Dalam acara Tugu Media Group Goes To School ini diisi dengan materi dari graphic designer dari Tugu Media Group, Dicky Hanafi.
Dalam hal ini Dicky menyampaikan bahwa penelitian dari Unesco menyebut minat baca orang Indonesia itu 0,001, artinya dari seribu orang, hanya ada satu orang yang baca
“Setidaknya visual journalism ini menjadi sebuah solusi untuk orang yang gak suka baca,” ungkapnya.
“Visual journalism itu adalah tren sekarang disebuah media jurnalistik daring salah satunya menggunakan media infografis, atau visual lainnya untuk menyampaikan sebuah pesan, agar konteks yang disampaikan menjadi efektif,” kata Dicky.
Ada lima unsur dan prinsip desain yang dijelaskan oleh Dicky, yaitu keseimbangan, ritme, tekanan, proporsi, dan kesatuan. (Mila Arinda/gg)