Tugujatim.id – Migrasi dari TV analog ke TV digital tidak hanya keharusan teknologi yang terus berkembang, tapi juga kesepakatan internasional atau global dari negara-negara yang tergabung dalam International Telecomunication Union (ITU). Mereka bersepakat untuk mematikan siaran analog dan beralih pada digital. Demikian paparan Dr Rosarita Niken Widiastuti MSi, staf Khusus Menkominfo, dalam acara Diskusi Publik Virtual sosialisasi ASO Kementerian Komunikasi dan Informatika bersama Komisi 1 DPR RI pada Minggu (12/06/2022).
Menurut perempuan yang akrab disapa Niken itu, peralihan ke TV digital hari ini sama dengan era dulu saat peralihan dari TV hitam putih ke TV warna. Saat itu teknologinya berkembang dari TV tidak berwarna ke berwarna yang lebih bagus dan lebih enak ditonton.
“Dulu saat saya masih muda, nonton TV hitam putih, tetapi karena perkembangan teknologi akhirnya berubah semua ke TV warna,” kata Niken dalam acara yang digelar hybrid dari Gajah Mada Hotel Kabupaten Lumajang tersebut.
Tetapi bedanya dengan TV digital sekarang, kalau di peralihan ke TV warna masyarakat harus mengganti televisinya, tetapi saat ini tidak perlu mengganti televisi. Masyarakat cukup melengkapi TV-nya dengan alat penangkap sinyal digital.

“Sekarang tidak perlu mengganti pesawat TV-nya, karena TV analog baik tabung maupun datar masih bisa digunakan hanya dengan menambahkan alat bernama Set Top Box (STB),” kata dia.
Kesepakatan Internasional
Sebetulnya, menurut Niken, migrasi TV analog ke digital sudah dibahas cukup lama sekali di Indonesia. Sejak Komisi 1 DPR RI menyusun UU Penyiaraan pada tahun 2002 sudah ada sinyal pembahasan TV digital.
“Hanya saja belum dijelaskan secara detail ke dalam pasal per pasal saat itu,” katanya.
Kemudian secara internasional, ada persatuan lebih dari 100 negara di dunia yang tergabung dalam ITU (International Telecomunication Union). Anggota ITU menggelar konferensi pada tahun 2010 yang bersepakat bahwa pada 2015, seluruh negara anggota ITU akan beralih dari siaran TV analog ke digital.
Namun, Niken menambahkan, kondisi negara berbeda-beda. Ada beberapa negara sudah mendahului ke digital bahkan sebelum 2015. Untuk negara ASEAN menyepakati tahun 2020 harus sudah beralih ke TV digital. Makanya, Malaysia, Singapura, dan Brunei sudah beralih ke digital pada 2020 lalu.
“Bahkan pada tahun 2019, mereka (beberapa negara ASEAN) sudah mematikan TV analog dan beralih ke TV digital,” kata dia.
Sedangkan di Indonesia, pada tahun 2019 belum ada UU yang secara spesifik menjelaskan peralihan ke digital, maka oleh DPR RI Komisi 1 peralihan ke digital dimasukkan ke dalam UU Cipta Kerja.
“Karena memang perubahan teknologi yang sangat mendasar yang terkait dengan masyarakat luas, karena pengguna TV analog di Indonesia 50 juta orang, maka dimasukkan pasal di UU Cipta Kerja. Walaupun hanya dua pasal tetapi ini cukup untuk melakukan perubahan,” jelasnya.
Masih kata Niken, hal ini juga sejalan dengan arahan dan instruksi Presiden Joko Widodo, yang mana Indonesia harus melakukan percepatan transformasi digital yang disampaikan pada awal 2020 karena memang ada peruahan pola kehidupan masyarakat.
“Ketika pandemi mulai di Indonesia (tahun 2020), ada perubahan kehidupan masyarakat, baik itu WFH (work from home), belajar dari rumah, maupun beribadah dari rumah. Sehingga kebutuhan akses internet sangat penting bagi masyarakat,” kata dia.
Karena kebutuhan akses internet yang meningkat ini, maka kata presiden perlu dilakukan percepatan pembangunan infrastruktur. Sehingga tugas-tugas Kominfo selain sebagai regulator, juga sebagai akselerator dan fasilitator untuk transformasi digital.
“Target Kominfo yang dulunya infrastruktur dibangun selama 10 tahun, infrastruktur internet akan selesai pada 2030, menjadi dipercepat hanya 3-4 tahun. Tahun 2023 atau 2024 infrastruktur internet harus bisa disediakan di seluruh Indonesia,” kata dia.
5 Urgensi TV Digital
Dalam kesempatan itu, Niken juga menjelaskan 5 urgensi mengapa TV analog dimatikan. Pertama, kepentingan publik untuk memperoleh penyiaran yang berkualitas. TV digital gambarnya bersih, suaranya jernih meski hujan. Kemudian dari jumlah channel juga lebih banyak.
“Berdasar laporan masyarakat yang awalnya di TV analog hanya ada 6 channel, dengan TV digital bisa mendapat lebih dari 20 channel, banyak sekali programnya,” kata dia.
Kedua, efisiensi penggunaan frekuensi guna mendorong ekonomi digital dan industri di era 4.0. Menurut Niken, sekarang di Indonesia ada 696 stasiun televisi. Kalau siaran TV analog, masing-masing TV ini membutuhkan satu frekuensi. Padahal, frekuensi itu sangat terbatas dan tidak bisa diperluas.
Ketiga, penataan frekuensi guna mendorong ekonomi digital dan industri di era 4.0. Dari angka stasiun televisi tersebut kalau ditata berarti hanya membutuhkan seper sepuluh frekuensi saja. Sisanya bisa digunakan untuk memperluas akses internet.
“Kalau tidak ditata frekuensinya, maka tidak bisa lagi memperluas akses internet. Karena itu, frekuensi ditata ulang. Pada TV digital satu frekuensi bisa digunakan antara 6-12 stasiun TV,” kata dia.
Keempat, tersedia digital deviden untuk alokasi frekuensi broadband 5G yang akan digunakan. Setelah ditata, sisa frekuensi itu kemudian dikembalikan pada negara atau pada Kominfo untuk digunakan telekomunikasi.
“Frekuensi yang awalnya digunakan oleh broadcasting, maka dialihkan ke broadband untuk telekomunikasi, akses internet, early warning system, dll,” kata dia.
Kelima, menghindari sengketa dengan negara-negara tetangga yang disebabkan intervensi spektrum frekuensi di wilayah perbatasan. Misalnya, di perbatasan Entikong antara Indonesia dan Malaysia. Di situ siaran TV Indonesia malah jarang ditangkap. Siaran TV masyarakat lebih banyak dari Malaysia. Ini peluberan siaran dari negara tetangga yang masuk melawati batas negara.
“Kalau TV digital tidak begini, milik Indonesia ya berarti milik Indonesia. Luar negeri mau siaran di Indonesia ya harus izin dulu. Tidak bisa seenaknya seperti analog,” ujarnya.
Baca Juga:
Dukung Migrasi ke TV Digital, KNPI Jatim Minta Pemuda Jadi Konten Kreator yang Kreatif
—
Terima kasih sudah membaca artikel kami. Ikuti media sosial kami yakni Instagram @tugujatim , Facebook Tugu Jatim ,
Youtube Tugu Jatim ID , dan Twitter @tugujatim