AUSTRALIA, Tugujatim.id – Situs terumbu karang terbesar di dunia, Great Barrier Reef dinominasikan UNESCO masuk sebagai Situs Warisan Dunia ‘dalam bahaya’. Hal tersebut membuat Australia kelabakan dan berpacu dengan waktu untuk menghindari jatuhanya status tersebut pada deretan terumbu karang di negara bagian Queensland tersebut.
Melansir dari CNN International, UNESCO akan memutuskan untuk melakukan pemungutan suara secara resmi terkait label ‘dalam bahaya’ tersebut pada Jumat (23/7/2021) besok. Australia yang keberatan akhirnya mati-matian berusaha untuk meyakinkan dunia melalui serangkaian kegiatan. Seperti membawa sejumlah duta besar yang dipandu oleh Warren Entsch, duta besar terumbu karang resmi Australia untuk snorkeling dengan tujuan memantau Great Barrier Reef secara langsung.
Tidak hanya itu, Menteri Lingkungan Australia, Susan Ley pun terbang ke Eropa pada bulan Juli lalu untuk meyakinkan para delegasi menentang tindakan tersebut sebagai upaya terakhir.
“Australia tetap yakin bahwa pengelolaan Great Barrier Reef merupakan yang terbaik di dunia, didukung oleh lebih dari $3 miliar dana Pemerintah Persemakmuran dan Negara Bagian. Australia khawatir bahwa proses daftar draf tidak mencakup tingkat konsultasi yang sesuai atau misi reaktif. ,” kata juru bicara Ley seperti dilansir CNN, Kamis (22/7/2021).
Usaha mereka di menit-menit terakhir nampaknya membuahkan hasil, 12 dari 21 negara komite seperti Rusia, Arab Saudi, dan Spanyol tampaknya menentang hal tersebut. Namun, belum ada keterangan pasti mengenai keputusan yang akan diambil UNESCO.
Pemerintah Australia mengatakan, beberapa tahun terakhir GBR (Great Barrier Reef) sedang mengalami pemulihan dirujuk dari laporan baru Australian Institute of Marine Sciences. Pemerintah Australia bahkan menggelontorkan lebih dari USD 3 milliar untuk mengelola terumbu karang tersebut sebaik mungkin.
Namun Australia masih saja mendapatkan tekanan yang datang dari berbagai kalangan masyarakat, termasuk para ilmuwan dan artis, melalui surat yang ditandatangani oleh 13 tokoh masyarakat, aktor, mantan politisi, dan jurnalis untuk mendukung rekomendasi UNESCO.
Belum lagi terdapat laporan misi pemantauan UNESCO pada bulan Juni lalu. Meskipun Australia berupaya memperbaiki situasi terumbu karang, tak ayal bahwa situs tersebut tak dapat menghindari bahaya.
Meskipun bukan pertama kalinya Great Barrier Reef dimasukkan dalam daftar “dalam bahaya” pemerintah Australia masih merasa terkejut karena mereka mengatakan bahwa pengumuman tersebut dibuat tanpa memeriksa secara langsung dan tanpa informasi terbaru.
Di sisi lain, serangkaian bencana alam dan dampak perubahan iklim memang tampaknya berakibat besar pada GBR. Salah satunya adalah pemutihan karang, membuat kondisinya kian lama kian memburuk akibat kenaikan suhu air laut khususnya yang terjadi di tahun 2016, 2017, dan 2020.
Jika Great Barrier Reef benar-benar jadi dimasukkan ke dalam daftar tersebut, maka area batu karang seluas 348.000 kilometer persegi itu akan menjadi yang pertama yang masuk karena perubahan iklim.