MALANG, Tugujatim.id – Dalam Haul ke-12 Gus Dur, Wali Kota Malang Sutiaji gemar membaca tulisan Gus Dur melalui sebuah majalah meski tak rutin bertemu langsung. Dia mengatakannya dalam Haul yang diselenggarakan Tugu Media Group (Tugu Malang ID dan Tugu Jatim ID) bersama Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim (UIN) Malang, secara hybrid, Selasa (04/01/2022).
“Saya punya pengalaman pribadi yang luar biasa. Karena sering baca di majalah pesantren yang digawangi langsung oleh Kiai Sahal (KH Muhammad Ahmad Sahal Mahfudh). Banyak tulisan Gus Dur yang luar biasa,” ujar pria alumni Fakultas Tarbiyah UIN Malang yang saat itu bernama IAIN Malang.
Salah satu cerita menarik, Sutiaji mengatakan, ketika tokoh Muhammadiyah Prof Dr (HC) Drs H Abdul Malik Fadjar MSc akan dipilih menjadi menjadi rektor salah satu kampus. Ya, Abdul Malik Fajar dalam karirnya merupakan mantan Rektor Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) periode 1983-2000 dan dosen Fakultas Tarbiyah IAIN Malang sekitar tahun 1972.
Saat itu, ada tarik ulur kedekatan Abdul Malik Fajar dengan KH Abdurrachman Wahid atau akrab disapa Gus Dur. Ada rasa kegamangan bagi Muhammadiyah, ada upaya untuk mengurangi persahabatan antara Prof Malik Fajar dengan KH Abdurrachman Wahid.
“Beliau (Prof. Abdul Malik Fajar) bilang pada saya. Dek, kalau rektor itu kan jabatan tapi persahabatan itu dari hati. Lebih baik saya tidak dijadikan rektor lagi, ketika saya harus memisahkan diri dari KH Abdurrachman Wahid karena saya banyak belajar ilmu dari sosok Kh Abdurrachman Wahid. Itu sekitar tahun 1987/1988 beliau cerita pada saya. Betapa hebatnya. Karena ada sesuatu yang dirasakan saat bertemu dengan Gus Dur,” jelasnya.

Cerita lain yang masih terngiang di benak orang nomor satu di Kota Malang itu, ketika ada giat Gus Dur di Universitas Islam Malang (Unisma) bersamaan dengan situasi Indonesia yang menuju krisis moneter akibat take money policy yang dilakukan oleh Mantan Presiden kedua, Soeharto.
Dalam giat tersebut, Gus Dur menyampaikan bahwa Asia sejatinya memiliki kekuatan namun tidak dibarengi dengan keberanian.
“Saat ini kita menjadi pasar dari Amerika dan Eropa. Karena kita punya kekuatan hebat. Coba kalau asia membuat mata uang asia, akan menguasai dunia karena asia punya segalanya. SDA dan SDM yang luar biasa, trampil, pasarnya semua ada. Kalau mata uang Asia dibuat Amerika dan Eropa tidak ada apa-apanya,” beber dia.
Pengalaman ketiganya, dialami usai meninggalnya KH Abdurrachman Wahid pada 30 Desember 2009 silam. Kala itu, Sutiaji menjadi anggota DPRD Kota Malang dan aktif di Nahdlatul Ulama di berbagai tingkatan. Bersama NU dirinya merencanakan acara 40 hari wafatnya Gus Dur di Malang. Lantas, Sutiaji didapuk menjadi ketua panitia dengan keadaan tidak punya modal. Bahkan waktu itu, keuangan NU Malang minus sampai Rp 42 juta karena baru saja menggelar pemilihan.
“Apa yang terjadi? Ketika saya menjadi anggota DPRD, saya floorkan ke jaringan Gusdurian dan alhamdulillah barokahnya, yang tadinya minus akhirnya bisa defisit Rp 77 juta sehingga bisa dibuat Muktamar di sulawesi. Seluruhnya berangkat ke sana. Itu sungguh luar bisa karena banyak yang merindukan kedamaian Gus Dur dan sifat-sifat Gus Dur yang luar biasa,” urai Sutiaji.

Lebih jauh, lanjut Sutiaji, terpilihnya Gus Dur sebagai presiden sejatinya merupakan potret energi positif yang luar biasa.”Ada seorang ahli hikmah menyampaikan, Indonesia membutuhkan pemimpin yang bisa mengayoni, tidak transaksional. Itulah cerminan dari Allah memilih KH Abdurrachman Wahid sebagai Presiden. Semua bisa dirangkul dan benar-benar menerima gagasan Gus Dur,” tukasnya.
Dalam acara ini, sederet narasumber juga dihadirkan untuk kembali mengenang sosok mantan Presiden RI ke-4 tersebut. Di antaranya, Jaringan Gusdurian dan Anak ke-3 Gus Dur Anita Wahid, Wakil Gubernur Jawa Tengah H. Taj Yasin Maimoen.
Selain itu, ada Rektor UIN Malang Prof Dr M. Zainuddin MA, Kepala Protokol Istana Era Gus Dur dan Mantan Pemred Majalah Tempo Wahyu Muryadi, dan Wali Kota Pasuruan Drs H. Saifullah Yusuf.
Untuk diketahui, Haul Gus Dur kali ini digelar secara hybrid. Namun, peserta offline event ini terbatas. Adapun, event ini turut didukung penuh oleh PT Semen Indonesia (Persero) Tbk (SIG), OJK Malang, Pertamina, Bank Jatim, Grand Mercure Malang, Climate Change Frontier, dan Malang Strudel.