PASURUAN, Tugujatim.id – Warga masih menunggu kepastian tuntutan penutupan saluran pembuangan pabrik Satoria Group yang diduga sebabkan pencemaran Sungai Welang, Kabupaten Pasuruan. Meski sempat ditawari kompensasi, ratusan warga dari enam desa yang diduga terdampak pencemaran limbah, sepakat menolak.
Penolakan ini disampaikan korlap aksi, Syaifulloh, usai menyuarakan tuntutan demo di depan pabrik Satoria Group, Kecamatan Wonorejo, Kabupaten Pasuruan, Rabu (18/10/2023). Pria asal Desa Wrati, Kecamatan Kejayan, ini mengaku bila dalam pertemuan antara perwakilan warga dengan manajemen Satoria Group sempat dibahas terkait tawaran kompensasi. Namun dengan tegas, dia sebagai perwakilan warga menolak.
“Iya ada kompensasi, tapi kami tolak,” ujar Syaifulloh.
Ditanya terkait seperti apa kompensasi yang ditawarkan, Syaifulloh tidak menjelaskan secara rinci. Dia hanya menyebut banyak kompensasi yang coba ditawarkan manajemen Satoria Group. Termasuk salah satunya lewat program corporate social responsibility (CSR).
Namun, bagi dia, antara CSR dengan insiden dugaan pencemaran limbah di Sungai Welang adalah dua hal yang jauh berbeda.
“Tawarannya banyak. Yang jelas CSR juga ada, tapi itu kan nggak ada hubungannya dengan kasus pembuangan limbah ini,” ungkapnya.

Syaifulloh juga menegaskan bahwa warga tetap pada pendiriannya. Warga kukuh menuntut manajemen Satoria Group untuk menutup saluran pembuangan limbah yang diduga mengarah langsung ke Sungai Welang.
Bagi dia, selama ini warga sudah cukup sabar dan telah menahan diri untuk tidak menutup paksa pipa saluran pembuangan limbah tersebut.
“Yang jelas kalau menutup sendiri (saluran pembuangan limbah) khawatir kena pelanggaran hukum. Kami diminta polres tidak melanggar hukum. Kalau yang menutup pihak Satoria sendiri gak masalah, tapi pihak manajemen tadi tidak bisa membuat keputusan,” jelasnya.
Menurut Syaifulloh, sejumlah alasan dilontarkan pihak manajemen Satoria Group kenapa tidak bisa memberi keputusan atas tuntutan warga. Di antaranya karena tidak adanya pimpinan, juga masih menunggu izin dari Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Provinsi Jawa Timur.
Dia juga menyebut warga sendiri memberikan batas waktu sampai lima hari agar pihak manajemen pabrik menindaklanjuti tuntutan.
“Semua izin dari DLH yang bisa karena mereka izinnya dari sana,” ujarnya.
Sementara itu, hingga saat ini pihak manajemen pabrik Satoria Group di Pasuruan enggan untuk memberikan tanggapan terkait tudingan dugaan adanya pencemaran limbah di Sungai Welang. Pihak DLH Provinsi Jawa Timur hari ini juga dikabarkan melakukan pertemuan dengan manajemen Satoria Group untuk membahas aduan dugaan pencemaran limbah Sungai Welang.
Sebagai informasi, pabrik Satoria Group di Kecamatan Wonorejo, Kabupaten Pasuruan, sudah berdiri sejak 2017. Satoria Group membawahi dua perusahaan yakni PT Satoria Aneka Industri (Satoria Pharma) yang memproduksi cairan infus serta PT Satoria Agro Industri memproduksi sweetener (pemanis), creamer, dan foamer beserta turunannya.
Diberitakan sebelumnya, aliran Sungai Welang di Kabupaten Pasuruan ini dicurigai warga diduga tercemar limbah pabrik. Warga mengeluhkan air sungai yang berubah warna menjadi hijau pekat dan berbau tidak sedap menyengat selama sekitar 3 bulan terakhir.
Tidak hanya itu, sejumlah anak desa setempat mengalami gatal-gatal diduga akibat mandi dan bermain di sungai. Warga juga sempat menemukan sejumlah bangkai ikan yang mengambang di aliran sungai.
Writer: Laoh Mahfud
Editor: Dwi Lindawati