BANYUWANGI, Tugujatim.id – Destinasi wisata alam di Banyuwangi memang sayang untuk dilewatkan oleh para wisatawan domestik maupun mancanegara. Apalagi ketika ingin menikmati pesona Wisata Kawah Ijen yang eksotis dengan adanya view blue fire yang tampak begitu indah.
Wisata Kawah Ijen ini terletak di perbatasan antara Kabupaten Bondowoso dan Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur. Gunung berapi ini terakhir meletus pada 1999. Dengan fenomena blue fire yang ramai sekali menjadi sorotan para wisatawan menunjukkan bahwa gunung ini masih aktif.
Gunung Ijen ini memiliki ketinggian 2.386 mdpl yang masih digunakan untuk penambangan belerang hingga saat ini. Dikenalkan oleh pasangan suami istri dari Prancis, Nicolas Hulot dan Katia Kraft, yang membuat keindahan kawah ini dikenal banyak orang.
Baca Juga: Nikmati View Menakjubkan Pulau Komodo NTT, Langka Wisatawan Disambut Tarian Lumba-Lumba
Danau kawah yang berada di puncak Gunung Ijen ini memiliki kedalaman 200 meter dan luas kawahnya yang mencapai 5.466 hektare. Setelah berada di puncak, Anda bisa menikmati indahnya kawah terbesar di dunia dengan warna hijau kebiruan yang memesona. Selain itu, Anda juga dapat menikmati pemandangan Kota Banyuwangi dan juga sunrise yang menemani di pagi hari.
Namun untuk melihat fenomena blue fire, ada beberapa hal yang harus diperhatikan. Untuk diketahui, blue fire merupakan reaksi gas yang keluar dari gunung belerang, kemudian bercampur dengan oksigen sehingga memperlihatkan bentuk seperti lidah api berwarna biru.
Untuk melihatnya, Anda harus menyiapkan masker gas untuk melindungi dari gas beracun sulfur dioksida yang dimiliki kawah tersebut. Anda bisa melihatnya di sekitar bulan Juli hingga September.
Lokasi Wisata Kawah Ijen
Wisata ini berada di perbatasan antara Kabupaten Bondowoso dan Kabupaten Banyuwangi. Untuk sampai di pos pendakian pertama dapat dilalui dari dua kabupaten tersebut menggunakan mobil maupun motor.
Untuk sampai ke wisata ini melalui Kabupaten Bondowoso dan menuju pos paltuding dibutuhkan waktu 1,5 jam atau sekitar 50 km. Jika dihitung dari Kabupaten Banyuwangi memerlukan waktu perjalanan 1 jam untuk sampai di pos paltuding dengan jarak tempuh 30 km.
Fasilitas untuk Wisatawan
Wisata Kawah Ijen memiliki banyak fasilitas yang mendukung kenyamanan para wisatawan. Mulai dari tempat parkir yang cukup luas, pondok wisata, toilet, warung yang menjual keperluan mendaki seperti sarung tangan, kupluk, kaus kaki, dan lain-lainnya.
Nah, sebaiknya Anda pergi ke toilet terlebih dahulu karena ketika mendaki nanti kamar mandi yang kadang kehabisan air atau tidak bisa dipakai jadi untuk berjaga-jaga.
Anda jangan khawatir, wisata ini juga menyediakan banyak pemandu. Saat mendaki, Anda harus melewati 6 pos. Beberapa dari pos tersebut terdapat warung untuk memesan makanan atau minuman.
Untuk rute pendakiannya juga cukup lebar dengan kemiringan sekitar 30-45 derajat dengan jarak 3 km. Dari pos 5 ke pos 6 cukup landai sehingga tidak terlalu lelah ketika sudah akan mencapai puncaknya. Mereka juga menyediakan ojek gunung jika tidak kuat, tapi tentu biayanya tidak murah.
Harga Tiket dan Jam Operasional
Untuk mendaki Wisata Kawah Ijen ini, Anda membutuhkan tiket sebesar Rp5 ribu pada saat weekday dan Rp7.500 saat weekend. Namun untuk wisatawan dari mancanegara memiliki tarif tersendiri yaitu Rp100 ribu saat weekday dan Rp150 ribu saat weekend. Selain itu, juga ada biaya parkir untuk motor sebesar Rp2 ribu dan mobil Rp10 ribu.
Untuk jam operasionalnya sendiri bisa berubah-ubah karena keadaan Gunung Ijen yang terkadang dapat erupsi sehingga pendakian akan dibuka lebih lama. Namun, untuk jadwal biasanya akan dibuka pukul 03.00-12.00. Jika Anda ingin melihat blue fire maka harus berangkat lebih awal karena ada jam-jam tertentu untuk menyaksikannya.
Review Wisatawan
Salah satu pengunjung Wisata Kawah Ijen, Nico Kuncoro mengungkapkan komentarnya melalui kolom Google Maps. Dia mengungkapkan bahwa Kawah Ijen merupakan wisata yang harus dikunjungi minimal sekali seumur hidup dan juga menarik untuk dijadikan konten atau tempat foto-foto.
Wisata ini memberikan pemandangan yang tidak kalah indah dari gunung-gunung lainnya yang ada di Pulau Jawa. Tujuan ini wajib bagi Anda ketika mampir ke Banyuwangi untuk menyempatkan tracking Kawah Ijen karena keindahannya akan membayar semua lelah saat perjalanan menuju puncak.
Baca Juga: 20 Destinasi Wisata Akhir Pekan di Pandaan Pasuruan, Liburan Makin Seru dan Menyenangkan!
“Di mata saya, Kawah Ijen adalah spot terindah yang pernah saya temui di Pulau Jawa.. Landscapenya keren banget.. Paling tidak seumur hidup sekali, sempatkan tracking ke Kawah Ijen.. Ambil banyak dokumentasi di sana, foto, atau vlog (video).. Keren banget untuk buat konten.. Kalau Anda merasa keterbatasan fisik, bisa menyewa “becak” atau “taxi” Ijen berupa trolly.. Harganya 800k utk PP.. Didorong 1 orang, dan ditarik 2 orang.. Harga yg wajar mengingat 800k itu dibagi utk 3 orang.. Hitung² menghidupkan perekonomian warga para penambang belerang,” tulisnya.
Wisatawan lainnya, Rizal Mutaqin berpendapat, dia kagum akan destinasi Kawah Ijen ini dikarenakan fenomena blue fire yang sangat langka. Pemandangan dari kawah yang berwarna hijau pekat membuatnya terlihat begitu spesial ditambah hanya ada dua di dunia dan salah satunya ada di Indonesia.
“Kawah Ijen yang terkenal dengan blue fire yang hanya ada dua tempat di dunia ini menjadi destinasi favorit bagi para wisatawan local maupun mancanegara. Selain itu, kawah ini berwarna hijau pekat dan bau belerang yang sangat kuat, jadi harus pakai penutup hidung agar aman. Untuk mendaki ke sini dibutuhkan waktu sekitaran 2 jam dan tidak terlalu menanjak, di sekitaran kawah juga kita bisa menemukan para penambang batu sulfur yang kuat dan perkasa,” tulisnya.
Kesimpulannya, Wisata Kawah Ijen ini merupakan wisata yang wajib dikunjungi bila Anda pergi ke Banyuwangi, setidaknya sekali seumur hidup untuk menikmati indahnya pesona Kawah Ijen. Selain itu, Kawah Ijen juga salah satu dari kawah yang menyajikan blue fire di dunia sehingga kita tidak akan rugi ketika menyaksikan keajaiban yang sangat langka tersebut.
Writer: Zidni Zidan Fasya Falik (Magang)
Editor: Dwi Lindawati