PASURUAN, Tugujatim.id – Tercatat ada 105 bencana di wilayah Kota Pasuruan, Jawa Timur, selama 2022. Kejadian bencana non alam seperti kebakaran masih mendominasi dibanding dengan bencana alam seperti banjir dan angin kencang.
Kalaksa BPBD Kota Pasuruan, Samsul Hadi menjelaskan bahwa selama 2022, tercatat telah terjadi insiden kebakaran sebanyak 56 kali. Angka ini menurun dibanding 2021 yang tercatat mencapai 71 kali.
Menurut Samsul, kebakaran paling sering terjadi pada Agustus dan September. Di mana selama dua bulan tersebut terjadi sekitar 22 kali insiden kebakaran. Namun, kebakaran tersebut banyak terjadi di luar ruangan seperti lahan kosong atau pekarangan.
“Pemicunya selain kondisi cuaca yang panas karena musim kemarau, juga banyak warga yang belum sadar kalau buang puntung rokok sembarang itu berbahaya,” jelas Samsul, pada Minggu (5/2/2023).
Samsul menyatakan bahwa di tahun lalu, satu kejadian kebakaran yang paling menonjol adalah kebakaran pabrik pengolahan kayu PT Hasil Alam Indo Indah (HAII), di Kelurahan Karangketug, Kecamatan Gadingrejo, Kota Pasuruan. Di mana total sudah tujuh kali pabrik kayu tersebut terbakar di waktu yang berbeda.
“Pabrik kayu itu cerobong asapnya sering bermasalah, puncaknya di bulan Oktober terjadi kebakaran hebat yang menghanguskan satu pabrik tersebut,” ungkapnya.
Sementara untuk bencana alam di Kota Pasuruan didominasi banjir. Di mana pada 2022, banjir terjadi sebanyak 27 kali. Jumlah ini meningkat daripada 2021 yang terjadi 16 kali banjir.
“Aliran sungai yang paling sering jadi langganan banjir adalah Sungai Welang, lalu Sungai Petung, dan paling jarang di Sungai Gembong,” sebutnya.
Menurut Samsul, banjir terjadi hampir di empat Kecamatan Kota Pasuruan. Namun, daerah yang paling rawan terendam banjir berada di Kecamatan Gadingrejo. Total 11 kali wilayah Kecamatan Gadingrejo terendam banjir pada tahun lalu. “Di Gadingrejo banjirnya karena luapan air Sungai Welang. Sungainya termasuk besar, bahkan kalau banjir bisa setinggi 50 cm sampai 140 cm,” ungkapnya.
Selain luapan air sungai, potensi banjir di Kota Pasuruan juga terjadi akibat luapan pasang air laut atau rob.
Bahkan selama Mei hingga Juli, warga pesisir di Kecamatan Panggungrejo, Kota Pasuruan, rumahnya sering terendam banjir ketika air laut pasang. “Selama tiga bulan berturut-turut mulai bulan Mei, banjir rob terjadi sebanyak lima kali,” ungkapnya.
Kemudian, bencana yang paling sedikit terjadi adalah angin kencang di Kota Pasuruan. Selama 2022, tercatat ada 22 kejadian angin kencang. Jumlah ini sedikit menurun dibanding tahun 2021 yang terjadi hingga 26 kejadian.
Menurut Samsul, kejadian angin kencang paling sering terjadi di musim-musim penghujan tiap menjelang akhir dan awal tahun. “Angin kencang paling sering terjadi di bulan Januari, Februari, November, dan Desember, satu bulannya bisa tiga sampai empat kali kejadian,” ungkapnya.
Samsul menjelaskan bahwa selama setahun, total ada 22 pohon tumbang akibat angin kencang. Selain itu, sebanyak tujuh rumah mengalami kerusakan di bagian atapnya. “Adapula tanggul yang jebol akibat angin kencang karena tertimpa ketika pohon tumbang,” pungkasnya.