Tugujatim.id – Nama Tirto Adhi Soerjo semakin dikenal luas di kalangan muda setelah novel Bumi Manusia karya Pramoedya Ananta Toer diangkat ke layar lebar beberapa bulan lalu. Tirto yang dipanggil Minke dalam novel tersebut ini adalah Bapak Pers Nasional yang telah berkontribusi banyak untuk kebangkitan Indonesia.
Dia lahir di Blora, Jawa Tengah pada 1880 sebagai bangsawan dan meninggal di Kepulauan Bacan pada 1918. Tirto adalah sosok manusia yang berani melawan ketidakadilan dan mampu membuka pikiran banyak orang melalui pers. Dia mendirikan beberapa surat kabar untuk menghidupkan literasi pribumi.
Untuk mengenali lebih jauh sosok Tirto, berikut diuraikan 5 fakta tentangnya.
1. Perintis Persuratkabaran Indonesia
Tirto adalah perintis persuratkabaran dan kewartawanan Indonesia pada zaman penjajahan Belanda. Mendirikan tiga surat kabar yaitu Soenda Berita (1903), Medan Prijaji (1907), dan Poetri Hindia (1908). Salah satu surat kabar terbitan Tirto yaitu Medan Prijaji merupakan surat kabar nasional pertama yang menggunakan bahasa Melayu (bahasa Indonesia).
Surat kabar ini diterbitkan di Bandung dan seluruh pekerjanya merupakan pribumi asli. Medan Prijaji adalah pengawal pribumi membentuk identitasnya. Pandangan-pandangannya tanpa campur tangan orang luar. Surat kabar tersebut bergerak merupakan perusahaan milik pribumi sendiri.
2. Bapak Pers Nasional
Pada tahun 1973, Tirto Adhi Soerjo dikukuhkan sebagai Bapak Pers Nasional oleh Dewan Pers RI. Pengukuhan itu wajara dan tepat, sebab kontribusi dan perjuangannya dalam dunia pers dan kewartawanan sangat luar biasa. Tirto merupakan orang pertama yang berani mengkritik pemerintah kolonial Belanda dengan tulisan yang pedas. Dia manusia yang menganggap pers sebagai media yang bertugas untuk memajukan dan memahami hak-hak rakyat. Meskipun keturunan bangsawan yang hidupnya enak, dia tetap memperjuangkan hak-hak rakyat.
3. Pendiri Serikat Priyayi
Pada tahun 1906, Tirto mendirikan organisasi pribumi pertama yang bernama Serikat Priyayi. Organisasi pertama yang ada di Indonesia sebenernya bukan Budi Utomo yang dilahirkan pada 20 Mei 1908. Sebelum itu, Tirto sudah membangun Serikat Priyayi, sebagai wadah untuk memajukan bangsa. Organisasi ini beranggotakan 700 orang dari berbagai wilayah di Hindia Belanda. Tetapi sayang tidak bertahan lama dan kemudian mati.
4. Pendiri Serikat Dagang Islam
Pada 5 April 1909, Tirto Adhi Soerjo mendirikan Serikat Dagang Islam (SDI) di Bogor. Tujuannya untuk menyebarkan gagasan dan memajukan perdagangan rakyat pribumi. Organisasi ini dirasa mampu merangkul semua golongan di Hindia Belanda. Nama Tirto dalam membangun SDI dikesampingkan, orang lebih sering mendengar nama H. Samanhoedi. Padahal lebih dulu didirikan SDI di Bogor daripada di Surakarta. Tapi apapun itu, mereka sama-sama orang yang membangun SDI. Seharusnya literatur kita lebih adil mencatatnya.
5. Pernah Kuliah Pendidikan Dokter di STOVIA
Tirto pernah sekolah di STOVIA (School tot Opleiding vab Indische Artsen) selama 6 tahun. STOVIA merupakan sekolah pendidikan dokter pada zaman Hindia Belanda. Tirto yang memiliki keturunan bangsawan lebih memilih sekolah pendidikan dokter daripada harus bergelut di dunia pemerintahan. Tetapi belum sempat lulus sebagai dokter, dia telah dikeluarkan dari STOVIA karena memberi resep obat yang bukan kewenangannya kepada sahabatnya yang kurang mampu.