SURABAYA, Tugujatim.id – Wisata Religi di Surabaya, Jawa Timur, menjadi alternatif warga perkotaan dan luar kota untuk menikmati nuansa bulan Ramadan. Beragam destinasi wisata di dalamnya menarik untuk dikunjungi, salah satunya wisata religi.
Berkunjung ke destinasi wisata religi di Surabaya bukan hanya bertujuan untuk mendalami nilai spiritulitas tetapi juga bisa belajar tentang sejarah. Pasalnya, beberapa tempat wisata di Surabaya memang memiliki sejarah panjang dari mulai terbentuk. Tak ayal, jika beberapa di antaranya telah masuk cagar budaya.
Seperti kawasan wisata religi Sunan Ampel Surabaya, Masjid Muhammad Cheng Hoo, makam Sunan Bungkul, Masjid Al-Akbar, Langgar Dhuwur, Klenteng Boen Bio, Klenteng hok An Kiong, Kampung Arab Surabaya, Masjid Rahmad Kembang Kucing Surabaya, dan masih banyak lagi.
Wisata religi memang memiliki daya tarik tersendiri. Sebab, dengan mendatangi nilai-nilai yang berbagi spiritualitas, tak menutup kemungkinan akan menambah keiman dan kataqwaan seseorang.
Melalui ulasan ini, Anda dapat memilih destinasi wisata religi di Surabaya yang wajib untuk dikunjungi. Terutama saat bulan-bulan seperti, Bulan Suci Ramadan.
1. Kompleks Makam Sunan Ampel
Menapaki kaki di Kota Pahlawan, rasanya sayang jika Anda melewatkan wisata religi di Surabaya satu ini, Kompleks Makam Sunan Ampel. Selain itu, wisata religi ini memang menjadi kunjungan wajib bagi warga luar daerah.
Berada di Jalan Petukangan I, Ampel, Kecamatan Semampir, Surabaya, kawasan ini menjadi tempat bersemayamnya seorang Wali Raden Rahmat, satu dari sembilan Wali Songo. Para wali tersebut memiliki peranan besar dalam menyebarkan agama Islam di tanah Jawa.
Selain itu, di kompleks makam Sunan Ampel juga terdapat Masjid Agung. Masjid bersejarah yang dibangun oleh Sunan Ampel dan dibantu oleh sahabatnya Mbah Sholeh dan Mbah Sonhaji beserta para santrinya pada 1421.
Masjid tersebut luasnya sekitar 20 x 180 meter persegi, areanya yang luas dan arsitekturnya yang klasik bernilai tinggi sebagai bangunan bersejarah.
2. Makam Mbah Buyut Tondo
Sebagian kalangan mungkin sedikit asing dengan nama Mbah Buyut Tondo. Dia adalah nenek moyang dari Kampung Ketandan, Surabaya. Sebuah kampung tua yang berdiri di tengah-tengah gedung pencakar langit di Surabaya.
Dari luar, makamnya sederhana namun asri karena di sekelilingnya dipayungi oleh pohon beringin yang usianya juga sudah tua. Makam tersebut sudah ada jauh sebelum Kampung Ketandan berbentuk seperti ini, sehingga pas bila disebut sebagai wisata religi di Surabaya terbaik.
Kampung Ketandan sendiri sering dijuluki sebagai Segi Empat Emas Surabaya. Sebab, surga kecil yang berisi bangunan-bangunan klasik khas kolonial terjaga dengan awet. Daerah ini diapit oleh jalan-jalan besar Surabaya seperti Jalan Embong Malang, Jalan Tunjungan, Jalan Blauran, dan Jalan Praban.
3. Langgar Dhuwur
Wisata religi di Surabaya selanjutnya adalah Langgar Dhuwur. Beberapa kota seperti Jogja, Gresik, dan Lamongan memiliki bangunan sejarah Langgar Dhuwur, tak terkecuali Surabaya.
Di Surabaya, Langgar Dhuwur berlokasi di tengah pemukiman warga Lawang Seketeng, kawasan Peneleh Surabaya. Usianya lebih dari dua abad. Secara keseluruhan, bangunan ini didominasi oleh tembok berbahan kayu. Usianya tak terlampau tua, dinding bangunan ini terlihat sedikit lapuk.
Langgar yang berada di lantai dua ini diperkirakan dibangun pada tahun 1800-an. Hal tersebut dibuktikan dengan ditemukannya Al-Qur’an dengan stemple VOC.
Beberapa sumber menyebutkan, langgar ini dulunya juga menjadi tempat mengaji Presiden Soekarno sewaktu kecil.
4. Masjid Rahmat Kembang Kuning
Berada di Jalan Kembang Kuning, Darmo, Kecamatan Wonokromo Surabaya, masjid ini merupakan salah satu Masjid tertua di Surabaya. Konon, masjid ini dibangun oleh Sunan Ampel saat mendapat hadiah tanah dari Prabu Jaya Wijaya atas kebaikan hati Sunan Ampel.
Saat itu, Sunan Ampel ditemani oleh abdi dalem keraton bernama Ki Wiro Saroyo. Dalam perjalanan menuju Ampel Denta, lantas mereka beristirahat di kawasan Kembang Kuning. Di sana, keduanya membangun tempat berteduh sekaligus tempat untuk beribadah.
Selang beberapa ratus tahun kemudian, bangunan masjid ini ditemukan oleh perambah hutan. Barulah diperbaiki secara perlahan dan dilengkapi dengan sumur sebagai sumber mata air, sehingga kembali dimanfaatkan menjadi surau.
5. Kampung Santri Ndresmo
Tidak seperti sekarang, kawasan Sidosermo sudah menjadi perkampungan umum bagi para warga. Dahulu, sekitar tahun 1800-an, seorang Kiai bernama Sayyid Ali Akbar, putra Sayyid Sulaiman, cucu dari Sunan Gunung Jati Cirebon menyebarkan agama Islam di kawasan Sidosermo.
Sidosermo sendiri berada di antara Kecamatan Wonokromo dan Wonocolo. Berasal dari kata Nderes artinya mengaji dan limo yakni lima. Dibantu lima santrinya, Sayyid Ali Akbar saat itu mendirikan perkampungan untuk dijadikan sebagai pusat penyebaran agama Islam.
Sidosermo tumbuh menjadi perkampungan pondok pesantren. Berdiri lima pondok pesantren, 17 pondok kecil, dan 70 persen rumah digunakan sebagai majelis taklim.
Untuk menemukan lokasi ini, terdapat di kampung lama, yakni Sidosermo Dalam atau Ndresmo. Di kawasan ini terdapat banyak bangunan rumah kuno termasuk langgar dan masjid, salah satunya Musala Al-Badar.
—
Itulah beberapa informasi terkait wisata religi di Surabaya yang wajib Anda kunjungi. Bertadang di wisata religi tak hanya sekadar bertujuan untuk hiburan tetapi juga mengambil nilai edukasi sejarah.