MALANG, Tugujatim.id – Warga Desa Bumirejo, Kecamatan Dampit, Kabupaten Malang, digegerkan dengan penemuan mayat bersimbah darah di salah satu rumah milik Adi Pratama, 26, Selasa (23/03/2021). Ternyata, peristiwa ini adalah kasus pembunuhan yang dilakukan Adi terhadap ayahnya sendiri.
“Kasus ini bermula saat pelaporan warga kepada Polsek Dampit bahwa ditemukan mayat di salah satu rumah di Desa Bumirejo, Kecamatan Dampit, Kabupaten Malang, dengan luka cukup parah di muka, punggung, pergelangan tangan kanan, dan di pinggang sampai ke bawah ada luka bakar,” ungkap Kapolres Malang AKBP Hendri Umar saat press conference di Mapolres Malang, Kamis (25/03/2021).
Kemudian diketahui identitas korban ini adalah Tamin, 46, yang bekerja sebagai buruh tani di wilayah Kecamatan Dampit sekaligus ayah dari Adi Pratama.
Hendri selanjutnya memerintahkan anggotanya untuk melakukan berbagai interogasi dan penyelidikan. Dan diketahui yang melakukan penganiayaan hingga mengakibatkan kematian ini adalah anaknya sendiri yang mengalami gangguan kejiwaan atau orang dengan gangguan jiwa (ODGJ).
Hendri mengatakan, Adi sudah beberapa kali keluar masuk rumah sakit jiwa yang ada di Kecamatan Lawang.
“Setelah melakukan pembunuhan, tersangka sempat melarikan diri ke hutan yang ada di Kecamatan Dampit. Tapi, petugas kepolisian tetap berusaha mengejar dan mengungkap kasus ini. Hingga akhirnya malam harinya, tersangka bisa kami amankan berikut dengan motornya yang digunakan untuk melarikan diri,” sambungnya.

Setelah melakukan interogasi kepada Adi, akhirnya jajaran Polres Malang berhasil menguraikan kronologi kejadian pembunuhan sadis ini.
“Akhirnya kami dapat menguraikan kronologi kejadian yang terjadi pada Senin malam (22/03/2021) pukul 21.00 WIB. Awalnya korban mendatangi rumah anaknya. Biasalah, bapak kepada anaknya pasti ada kepedulian untuk ingin tahu kondisi anaknya saat ini karena Adi ini memang tinggal sendirian,” paparnya.
Hendri melanjutkan, akhirnya Pak Tamin sampai di rumah pelaku pukul 23.00 WIB. Dan pada pukul 01.00 WIB sempat terdengar cekcok yang diperkirakan antara Pak Tamin dan pelaku. Dia menjelaskan lebih lanjut, awal mula cekcok itu sendiri diketahui ternyata hanya karena uang Rp 3 juta yang diminta pelaku kepada ayahnya.
“Dan saat diidentifikasi, pelaku meminta uang Rp 3 juta. Tapi, hanya dikasih Rp 1 juta. Hal ini yang membuat pelaku kalap dan melakukan upaya penganiayaan kepada korban,” bebernya.
“Lalu pada pukul 01.30 WIB, tetangga mendengar teriakan minta tolong dari rumah si pelaku. Tapi, karena cekcok antara keduanya biasa terjadi sehingga hal itu dianggap biasa bagi tetangga,” lanjutnya.
Setelah suara minta tolong tersebut, pada pukul 02.00 WIB, para tetangga melihat secara langsung si pelaku meninggalkan rumahnya dari pintu garasi menggunakan motor. Namun, pukul 06.00 WIB, korban tidak kunjung keluar dari rumah anaknya.
“Setelah tidak kunjung pulang, kerabat Pak Tamin ini mulai resah. Tetangga pun menginformasikan bahwa Pak Tamin belum keluar rumah anaknya hingga pukul 06.30 WIB,” katanya.
Karena itu, kerabat Tamin ini datang ke TKP dan memanggil-manggil tapi tidak ada jawaban.
“Akhirnya dia masuk lewat garasi dan di dalam ditemukan mayatnya dalam kondisi banyak bekas luka bacok yang cukup parah. Banyak darah di mana-mana,” ujarnya.
Menurut penuturan tersangka, uang Rp 3 juta untuk kebutuhan sehari-hari. Namun, karena sering kali keinginannya tidak dituruti, Adi langsung kalap.
“Uang Rp 3 juta itu untuk kebutuhan sehari-hari, pelaku juga mengatakan jika sering kali ayahnya tidak menuruti kemauannya. Contohnya saat meminta mobil Honda Jazz tidak dipenuhi,” jelasnya.
Kapolres Malang kelahiran Solok, Sumatera Barat, ini juga menuturkan jika tersangka juga menaruh curiga jika ayahnya berselingkuh dengan mantan istrinya, tapi kecurigaan tersebut tidak bisa dibuktikan.
“Kemudian pelaku ini sebenarnya sudah menikah, tapi bercerai. Pelaku ini curiga bapaknya berselingkuh dengan mantan istrinya. Padahal, itu sama sekali tidak bisa dibuktikan dan hanya rekaan dari si pelaku saja,” tandasnya.
Selanjutnya, pelaku ini dibawa dan dikoordinasikan dengan RSJ Lawang, tujuannya untuk mengetahui kondisi psikologis dan kejiwaannya.
“Untuk sementara akan kami tempatkan di RSJ Lawang sampai mengetahui statusnya dengan jelas. Kalau memang ditemukan pelaku mengalami gangguan kejiwaan, kami proses sesuai aturan yang berlaku untuk kasus ODGJ,” tuturnya.
Pelaku sendiri akan dijerat Pasal 338 KUHP tentang Pembunuhan dengan ancaman hukuman 15 tahun penjara. Dan Pasal 351 Ayat 3 tentang Penganiayaan yang mengakibatkan kematian dengan ancaman hukuman 7 tahun penjara. (rap/ln)