BOJONEGORO, Tugujatim.id – Guna menjaga stabilitas harga dan ketersediaan bahan pokok di Kabupaten Bojonegoro menjelang Ramadhan dan Idul Fitri 2021, Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Pemkab Bojonegoro menggelar High Level Meeting (HLM) pada Rabu (07/04/2021).
Rapat yang dilaksanakan di ruang Angling Darma yang dihadiri Bupati Bojonegoro Anna Muawanah, Kepala Perwakilan BI Jatim Difi Ahmad Johansyah, Kepala OJK Reg 4 Jatim Bambang Mukti Riyadi, Kepala BPS Jatim Dadang Hardiwan, forkopimda, dan para kepala OPD Kabupaten Bojonegoro.
Bupati Bojonegoro Anna Muawanah menyampaikan bahwa meski sempat mengalami inflasi, pihaknya akan terus memantau stabilitas harga pasar jelang Ramadhan.
Also Read
“Di Kabupaten Bojonegoro sempat terjadi inflasi, tapi tidak signifikan, yaitu di angka 0,34% dikarenakan adanya kenaikan harga di beberapa komoditas bahan pokok. Namun, hal tersebut akan kami pantau menjelang bulan puasa dan Lebaran untuk menjaga stabilitas harga pasar,” ujar Anna.
Anna melanjutkan, TPID Kabupaten Bojonegoro terus berupaya meningkatkan konsumsi rumah tangga dengan mendorong usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) serta usaha besar untuk terus bergerak.
Selain melalui upaya sektor perekonomian masyarakat, pemerintah nanti akan memaksimalkan belanja daerah. Salah satu upaya untuk meningkatkan daya dorong perekonomian masyarakat.
Selain itu, Anna mengatakan, Pemkab Bojonegoro telah menyalurkan program yang sifatnya bantuan langsung agar dapat merangsang daya beli masyarakat. Hal ini untuk menjaga agar terjadi perputaran roda perekonomian di masyarakat.
“Kami akui, pandemi ini sangat berdampak terhadap daya beli masyarakat. Harapannya, program dari pemerintah dapat merangsang perekonomian masyarakat,” harapnya.
Sebagai informasi, seiring menurunnya angka penyebaran Covid-19 di Jatim dan keberhasilan pelaksanaan vaksinasi di beberapa daerah, angka pertumbuhan ekonomi pada triwulan I 2021 di angka -0,92% yoy semakin membaik dibandingkan triwulan IV 2020 di angka -3,33% yoy. Kemudian sampai Maret 2021, inflasi IHK Jawa Timur sebesar 1,29% yoy, lebih rendah dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya, yakni 2,28% yoy.