SURABAYA, Tugujatim.id – Para aktivis lingkungan bereaksi soal sampah plastik yang banyak ditemukan berceceran di kawasan Kabupaten Mojokerto. Di antaranya, di desa kawasan Kecamatan Jetis, Kecamatan Dawarblandong, Kecamatan Kemlagi, Kecamatan Jatirejo, Kecamatan Pungging, dan Kecamatan Ngoro. Sumber utama sampah plastik ini berasal dari bekas pemakaian kebutuhan domestik atau rumah tangga yang dipakai sehari-hari.
“Sumber utama mikroplastik adalah dari tas kresek, styrofoam, sedotan, botol air minum sekali pakai, dan kemasan sachet. Sampah-sampah plastik ini berasal dari perilaku masyarakat yang membuang sampah tidak pada tempatnya dan berakhir di perairan (sungai red),” terang Koordinator Aksi Stop Makan Plastik Thara Bening Sandrina Sabtu pagi (10/04/2021).
Thara menjelaskan, mikroplastik sendiri merupakan serpihan plastik berukuran kurang dari 5 mm yang berasal dari fragmentasi sampah-sampah plastik yang dibuang sembarangan.
Timbulnya pembuangan sampah plastik ilegal ini karena Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Mojokerto tidak menyediakan sarana tempat pengolahan sampah terpadu (TPST) reduce, reuse, recycle (3R) di setiap desa sehingga penduduk membuang sampah sembarangan. Akibat menumpuknya sampah di tepi sungai, lahan terbuka, hingga di tepi jalan, akhirnya terurai menjadi mikroplastik.
“Minimnya tempat dan pengolahan sampah yang disediakan oleh Pemkab Mojokerto membuat banyak sampah plastik tercecer di perairan, lahan kosong, hingga di bantaran sungai,” imbuhnya.
Selain itu, perlunya pelarangan dan pembatasan dalam penggunaan plastik sekali pakai oleh masyarakat. Jadi, Pemkab Mojokerto setidaknya dapat membuat semacam peraturan daerah (perda) untuk mencegah sampah plastik agar tidak semakin berserakan.
“Dibutuhkan pembatasan atau larangan penggunaan plastik sekali pakai di masyarakat. Mojokerto butuh perda pembatasan atau perda larangan penggunaan plastik sekali pakai seperti tas kresek, sedotan, styrofoam, botol air minum sekali pakai, popok, dan kemasan sachet karena jenis-jenis plastik ini susah didaur ulang, maka harus menguranginya,” ujar Koordinator Brigade Evakuasi Popok Azis.