PASURUAN, Tugujatim.id – Fakta-fakta baru terungkap dalam sidang lanjutan dugaan penimbunan solar di Kota Pasuruan. Dua saksi selaku sopir truk mengaku diduga memberi uang “pelicin” ke oknum petugas di sejumlah SPBU.
Keterangan dua saksi saat sidang di PN Pasuruan pada Rabu (27/09/2023), baik Rudi Antoni maupun Usman, kompak mengakui pernah diduga memberikan sejumlah uang ke petugas SPBU. Dua saksi ini mengisi solar dengan truk berpindah-pindah SPBU, mulai dari wilayah Gempol, Beji, Bangil, hingga Kraton.
Dalam kesaksian Rudi, dia diduga tidak selalu memberi uang pada petugas di setiap SPBU. Namun, diduga hanya di pom-pom bensin tertentu.
Also Read
“Kadang ngasih uang, kadang nggak (ke petugas SPBU),” ujar Rudi.
Namun ketika majelis hakim menanyakan untuk apa uang tersebut diberikan, Rudi hanya diam tidak menjawab. Hal senada diungkapkan saksi Usman, sopir truk lain dalam kasus penimbunan solar.
Dia menyebut bahwa uang yang diduga diberikan ke petugas pom bensin itu inisiatifnya sendiri. Dalam pengakuannya, dia tidak disuruh oleh managemen PT Central Mitra Niaga (MCN) untuk melakukan hal tersebut.
“Hanya dikasih uang modal, pokoknya suruh keliling ngisi solar. Tapi, gak ada target sehari harus berapa,” ucap Usman.

Meski sempat berbelit-belit, dua saksi ini akhirnya mau mengakui bahwa tindakan yang mereka lakukan adalah ilegal. Keduanya mengaku sejak awal bekerja, di dalam truk sudah tersedia belasan barcode QR Code dan 9 plat nomor palsu.
Mereka diduga diminta oleh terdakwa Bahtiar agar mengganti barcode plat nomor setiap berganti SPBU untuk isi solar. Dua saksi ini juga diajari cara mengaktifkan pompa tangki modifikasi. Yakni dengan memencet tombol khusus sehingga solar di tangki asli bahan bakar truk bisa tersedot naik ke tangki berkapasitas 2 ton.
“Mau kerja begini karena saya posisi sulit cari kerja. Mau ngelamar kerja, ijazah juga nggak punya,” ucap Usman.
Dua saksi ini juga mengatakan jika mereka tidak punya SIM B1 atau B2, tapi hanya SIM A. Bahkan, saksi Rudi mengaku masih belum terlalu lama belajar mengemudikan kendaraan bertonase besar.
“Punyanya sim A. Baru belajar yang mulia,” imbuh Rudi.
Atas keterangan para saksi tersebut, majelis hakim sempat menyarankan agar jaksa penuntut umum untuk mempertimbangkan adanya dakwaan pasal terkait tindak pidana korporasi. Menanggapi hal tersebut, Feby Rudi Purwanto selaku JPU, mengatakan, saat ini pihaknya masih fokus menggali lebih dalam terkait keterlibatan berbagai oknum dalam kasus dugaan penimbunan solar.
Feby juga memastikan bahwa pihaknya akan memanggil sejumlah pihak dari pengelola SPBU untuk menjadi saksi.
“Total kalau semua saksi 18 orang. Dari SPBU, kami nanti hadirkan owner maupun pegawainya,” ungkapnya.
Dalam kasus dugaan penimbunan solar di Kota Pasuruan ini, JPU menetapkan tiga terdakwa. Yakni terdakwa Abdul Wachid selaku pemilik modal dari PT MCN, kemudian Bahtiar Febrian Pratama selaku pengelola keuangan, Sutrisno selaku koordinator sopir.
Ketiganya didakwakan Pasal 55 UU RI No 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi sebagaimana telah diubah dan ditambah dengan Pasal 40 Ayat 9 UU RI No 6 Tahun 2023 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang No 2 Tahun 2022 tentang Cipta Kerja menjadi Undang-Undang jo Pasal 55 Ayat (1) ke-1 KUHP.
Writer: Laoh Mahfud
Editor: Dwi Lindawati