Tugujatim.id – Tepat hari ini 11 tahun silam, organisasi perkumpulan negara-negara Asia Tenggara, ASEAN, menetapkan Hari Demam Berdarah Dengue (DBD) jatuh pada 15 Juni. Kala itu hingga sekarang, Indonesia dinyatakan berada di wilayah endemik yang berpotensi besar penularan virus DBD yang disebarkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti.
Nah, lalu apa seperti apa gejala demam yang disebabkan oleh nyamuk ini? Setidaknya, hal yang perlu diketahui adalah gejala yang ditimbulkan agar penanganan pun bisa optimal.
Gejala awal DBD ditandai dengan demam mendadak, sakit kepala, nyeri belakang bola mata, mual, mimisan atau gusi berdarah dan adanya kemerah merahan pada permukaan tubuh penderitanya.
Pada umumnya, DBD memiliki 3 fase demam. Pada 1 hingga 3 hari pertama, penderita akan merasakan demam dengan suhu tubuh mencapai 40°C. Pada 4 hingga 5 hari selanjutnya, penderita akan mengalami penurunan suhu tubuh berkisar pada 37°C.
Di fase kedua tersebut penderita akan merasa pulih atau sembuh, namun sebenarnya pada fase tersebut sangat fatal jika tidak segera mendapat penanganan. Penderita dapat mengalami penurunan trombosit secara drastis akibat pecahnya pembuluh darah jika tidak segera terdeteksi.
Pada fase ketiga, 6 hingga 7 hari setelahnya, penderita akan merasakan demam kembali. Pada fase inilah trombosit akan mengalami pemulihan kembali secara normal.
Belum ditemukannya obat untuk virus ini, maka yang perlu dilakukan adalah melakukan upaya pencegahan penularan. Salah satunya dengan memberantas populasi nyamuk penularnya melalui pencegahan perkembangbiakan jentik nyamuk disetiap rumah.
Pada dasarnya, cara pencegahan virus DBD harus melalui beberapa tahapan. Pertama, mengenali gejala dan tanda awal DBD, mengetahui siklus perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti, putus mata rantai penularan, dan terus pantau dan cegah kemunculan jentik nyamuk pada genangan air di rumah.
Hingga saat ini virus DBD masih menjadi ancaman serius bagi kesehatan masyarakat Indonesia. Bahkan virus ini juga bisa menimbulkan dampak sosial maupun ekonomi.
Salah satu dampak sosial yang ditimbulkan berupa kepanikan atas adanya virus DBD. Selain itu, kematian juga menjadi dampak sosial lantaran berkurangnya harapan hidup dalam masyarakat.
Sementara dampak ekonomi yang ditimbulkan berupa pengeluaran biaya pengobatan yang cukup mahal. Secara otomatis, penderita maupun keluarga akan kehilangan waktu bekerja sehingga menurunkan perekonomian keluarga.