MALANG, Tugujatim.id – Regenerasi kepemimpinan Pengurus Besar (PB) Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) telah berganti. Muhammad Abdullah Syukri telah dikukuhkan secara virtual menjadi Ketua Umum (Ketum) PB PMII masa khidmat untuk periode 2021-2024, Sabtu (26/06/2021).
Dalam sambutannya, Abdullah menyampaikan tekad untuk membangun PMII melalui transformasi organisasi yang maju dan mendunia. Transformasi yang dimaksud adalah transformasi teknologi, kaderisasi, dan transformasi global organisasi.
Menurut dia, dalam transformasi teknologi, PB PMII akan membangun platform e-PMII sebagai pusat data base PMII secara nasional. E-PMII diyakini akan menjadi jawaban yang baik untuk sistem organisasi dan sistem administrasi PMII secara digital.
Selain itu, dia juga mengajak kader PMII untuk memanfaatkan teknologi digital dalam melakukan pergerakan. Menurut dia, ribuan anggota PMII saat ini masih terombang ambing dan hanya mengikuti isu yang sedang berkembang.
“Di dunia media sosial, kita hanya seperti pemadam kebakaran. Karena ketika ada kasus terorisme, tiba-tiba kita bicara soal terorisme. Ngomongin masalah radikalisme, kita bicara radikalisme, hingga masalah ekonomi juga juga bicara soal ekonomi,” ujarnya.
“Kita selalu menanggapi opini-opini dari orang lain. Seharusnya dengan ribuan komisariat dengan banyaknya rayon-rayon begitu luas hampir seluruh Indonesia, seharusnya pergerakan mahasiswa bisa menjadi key opinion leader digital movement yang ada di Indonesia,” imbuhnya.
Untuk itu, PB PMII akan membangun Command Center PB PMII untuk mengelola isu-isu strategis nasional yang dapat mengangkat PMII menjadi key opinion leader. Dia juga mengajak seluruh kader PMII se-Indonesia untuk mengubah kebiasaan di media sosial. Jadi, ikhtiar kebaikan dapat tersampaikan dengan baik.
“Kegelisahan kita saat ini tentunya di dalam dunia digital. Kepakaran itu kalah dengan popularitas. Saya yakin di antara kita ada pakar dalam suatu bidang keilmuan. Tapi, kalah dengan satu hingga dua influencer yang kontennya tidak selalu mendidik dan positif,” ucapnya.
“Tapi, kita tidak bisa menyaingi apa yang disampaikan oleh mereka. Untuk itu, kita perlu melakukan rekayasa hierarki dengan cara mengalahkan popularitas dengan kepakaran. Kita kembalikan lagi,” tambahnya.
Sementara itu, untuk transformasi kaderisasi, dia akan menguatkan pada kaderisasi profesi di lini profesional. Menurut dia, kader PMII memiliki multitalenta, mulai dari bidang pendidikan, kesehatan, pertanian, perekonomian, maupun hukum.
“Tapi, PB PMII belum memberikan ruang dan wadah dimensi lain untuk mereka ber-PMII dengan caranya. Untuk itu, nanti kami akan membangun 15 lembaga profesi di PMII. Kami akan mengumpulkan dokter muda, ilmuan muda, dan insinyur muda PMII yang jumlahnya ribuan orang,” bebernya.
“PMII ibarat kebun luas yang hasil buminya sangat melimpah. Tapi ketika dipanen, mau memasak di dapur, kita tidak tahu mau memasak apa,” timpalnya.
Dia menyebut, kaderisasi harus berbasis kebutuhan lokal. Dia mencontohkan, Pengurus Cabang (PC) PMII Indramayu, Jabar, yang konsisten membuat isu dan gerakan pertanian. Bahkan, mereka telah memiliki 7 ribu petani binaan.
“Maka dari itu, kita harus memetakan materi kaderisasi setiap daerah agar keilmuan mereka bisa terserap. Harus ada kaderisasi multidimensi yang bisa menjawab tantangan kaderisasi,” ujarnya.
Sedangkan dalam transformasi global organisasi, Abdullah bertekad menambah pengurus cabang, baik di dalam maupun di luar Indonesia. Menurut dia, banyak anak dari alumnus senior PMII yang berkuliah di luar negeri tidak terfasilitasi karena tak ada PMII di luar negeri.
“PMII adalah anak NU, kita memiliki klaim paling kuat untuk berbicara masalah Islam di Indonesia. Maka dari itu, wajah Islam Indonesia, anak-anak muda Indonesia yang harus diperkenalkan ke dunia adalah wajah-wajah PMII,” jelasnya.
Tak hanya mengembangkan PMII melalui transformasi internal, tapi juga pengembangan melalui transformasi eksternal. Di bidang kesehatan, dia mendorong seluruh kader PMII untuk menjadikan kantor komisariat sebagai rumah pendidikan rakyat. Hal itu sebagai penunjang akses pendidikan yang belum merata.
“Lalu di bidang agama, saya juga mendorong kader PMII tidak hanya hadir di kampus, tapi juga berbaur di tengah masyarakat. Karena hoax ada di dalam kampung-kampung, untuk itu PMII harus hadir untuk memecahkan masalah di akar rumput,” tegasnya.
Di bidang politik, dia menyampaikan, PMII tetap bersikap kritis dan melawan oligarki, koruptif, dan sewenang-wenang. Dia juga menegaskan akan terus melawan praktik politik curang yang melanggar etika berkebangsaan.
“Di bidang kesehatan, saya mendorong kader PMII untuk terus berkoordinasi dengan masing-masing satgasnya. Kita buktikan PMII bisa membantu mengurangi korban pandemi di Indonesia,” tutupnya.