MOJOKERTO, Tugujatim.id – Bau menyengat dikeluhkan warga sekitar Gempolkrep, Gedeg, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur. Bau tersebut diduga kuat berasal dari pabrik bioetanol yakni PT Energi Agro Nusantara (EAN) atau Enero. Dugaan tersebut muncul dari aktivitas produksi etanol yang memunculkan bau busuk menyengat.
Salah satu sumber yakni SP mengatakan, warga sekitar kerapkali merasa mual hingga pusing saat bau menyengat tersebut muncul. Terlebih ketika angin bertiup kencang, bau tersebut kian menggila.
“Tambah parah lagi kalau pas musim hujan. Baunya parah sekali. Banyak warga yang mengeluh mual, pusing, pokoknya sangat berdampak kepada kesehatan warga,” tandasnya, Jumat (31/01/2025).
Baca Juga: Tangis Sendu Ortu Korban Tragedi Maut Mojokerto: Anak Saya Rajin Tahajud
SP melanjutkan, pihak perusahaan sebetulnya sempat menjanjikan kompensasi. Namun, janji tersebut tidak juga terwujud. SP menaruh harapan besar agar kondisi tersebut tidak berlarut-larut.
Aspirasi warga bukannya tidak pernah muncul. Sebab, muncul tekanan hingga upaya intimidasi andai warga sekitar berdemo. Warga diancam bakal ditangkap bila muncul protes. Sayangnya, ancaman tersebut bukan berasal dari pihak perusahaan pabrik bioetanol itu.
“Malah datang dari oknum desa sini. Itu yang kami sesalkan,” tambah salah satu sumber lain, SR.
Sementara, dari keterangan yang diperoleh, pihak Enero menjelaskan bahwa sebagai wujud nyata komitmen perusahaan terhadap kenyamanan lingkungan, PT EAN selaku produsen Bahan Bakar Nabati (BBN) telah melakukan koordinasi secara intens dengan DLH kabupaten Mojokerto atas masukan dan saran yang ditujukan kepada perusahaan.
Baca Juga: Pemprov Jatim Evaluasi Outing Class, Buntut Tragedi Siswa SMP di Mojokerto
“Atas hal tersebut pada hari Senin (27/01/2025), telah dilakukan identifikasi sumber bau yang timbul berasal dari pembentukan biogas yang belum sempurna terutama di kandungan gas metana (CH4). Merespons hal tersebut, hari Selasa tanggal 28 Januari 2025, PT EAN berkoordinasi bersama DLH Kabupaten Mojokerto dengan hasil arahan yaitu PT EAN menunda proses produksi dan fokus tangani sumber bau,” tulis pihak Enero dalam keterangan resmi melalui Humas Enero Misbahul Suhudi.
Misbahul melanjutkan, faktor utama penyebab proses pembakaran tidak optimal yakni kandungan gas metana (CH4) sulit terbentuk. Hal tersebut menjadi perhatian utama PT EAN dan salah satu upaya untuk menanggulangi bau adalah dengan flaring (pembakaran) secara masif dan mengupayakan kandungan gas metana (CH4) lekas terbentuk sempurna.
“Sebagai bentuk konkret telah dilaksanakan pertemuan langsung antara PT EAN dan DLH Kabupaten Mojokerto pada Kamis (30/01/2025) membahas langkah-langkah strategis untuk segera tangani sumber bau, di antaranya flaring secara intensif menggunakan 4 buah unit flare yang saat ini tersedia serta mempersiapkan tambahan flare dengan kapasitas pembakaran 200 Nm3/jam dan melakukan pemberitahuan kepada DLH Mojokerto terkait perkembangan kegiatan atas arahan yang telah disampaikan perusahaan,” ungkapnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News Tugujatim.id
Writer: Hanif Nanda Zakaria
Editor: Dwi Lindawati