Mata Air Sebagai Inspirasi Pendidikan dan Sumber Kearifan: Refleksi Budaya dalam ‘Mbeber Klasa’

Darmadi Sasongko

Sastra & Budaya

Diskusi Budaya
Refleksi Budaya 'Mbeber Klasa', Mata Air Sebagai Inspirasi Pendidikan dan Sumber Kearifan.

MALANG, Tugujatim.id – Suasana malam yang khidmat berpadu dengan gemericik mata air dan hamparan rakit bambu di tengah persawahan mengiringi diskusi budaya ‘Mbeber Klasa’ yang kembali digelar oleh Lesbumi PCNU Kota Malang.

Bertempat di kawasan mata air Pondok Pesantren Darul Hikmah Al-Hasani, Joyosuko, Merjosari, Lowokwaru, Kota Malang, acara ini mengusung tema ‘Mata Air Sebagai Inspirasi Pendidikan dan Sumber Kearifan’ dengan menyoroti peran vital mata air dalam kehidupan masyarakat, baik sebagai sumber fisik maupun simbolis.

Kegiatan ini menghadirkan sejumlah narasumber dari berbagai latar belakang, di antaranya Dr. KH. Junaedi, M.Pd.I (Pengasuh Pondok Pesantren Darul Hikmah Al-Hasani), Moh. Jamaluddin Asis (Ketua RW 12 Merjosari), Nanang Bustanul Fauzi, M.Pd (Pemerhati Mata Air dan Pengurus Lesbumi PCNU Kota Malang), serta Darmaji (Ketua RW 07 Merjosari dan Pengurus Lesbumi PCNU Kota Malang). Diskusi dipandu oleh Ahmad Sulchan An-Nauri, pengurus Lesbumi PCNU Kota Malang.

Diskusi Budaya 1
Refleksi Budaya ‘Mbeber Klasa’, Mata Air Sebagai Inspirasi Pendidikan dan Sumber Kearifan.

Junaedi dalam sambutannya, mengingatkan bahwa mata air bukan sekadar sumber kehidupan secara fisik, tetapi juga simbol kearifan yang diwariskan turun-temurun. “Air yang jernih melambangkan hati yang bersih. Dari sinilah kita belajar bahwa pendidikan harus berakar pada kejernihan niat dan keberlanjutan manfaat,” ujarnya.

BACA JUGA: Tahun Baru Imlek 2025 Jadi Momentum Kerukunan di Jember, Tujuh Agama Gelar Doa Bersama di Klenteng Pay Lien San

Keunikan ‘Mbeber Klasa’ kali ini terletak pada perpaduan diskusi ilmiah dengan seni budaya. Sajian tembang religi dan puisi, semakin menguatkan atmosfer reflektif acara ini. Puisi berjudul ‘Rakit Patirtan’ yang ditulis dan dibaca oleh Sindu (salah satu Dewan Pakar Lesbumi PCNU Kota Malang), menjadi salah satu momen yang menggugah perasaan peserta.

Sumber, mengalir cerah petuah, hingga meruah, pikir generasi, yang di bawah. Ialah, tembang piwulang dari para moyang, mesti kumandang rakitan juang, hingga tak hilang ditelan perubahan.” demikian kutipan dari puisi yang menggambarkan pentingnya air sebagai perantara kebijaksanaan leluhur.

Nanang Bustanul Fauzi menyoroti menurunnya kesadaran masyarakat dalam menjaga kelestarian mata air. Ia menegaskan bahwa merawat sumber air adalah bentuk pengabdian kepada alam dan warisan bagi generasi mendatang. “Jangan sampai kita kehilangan sumber-sumber mata air hanya karena abai terhadap ekosistem di sekitarnya,” tegasnya.

Sesi diskusi, memunculkan gagasan bahwa mata air dapat menjadi inspirasi dalam pendidikan berkelanjutan. Dr. KH. Junaedi menambahkan bahwa pendidikan harus memiliki prinsip keberlanjutan seperti mata air yang terus mengalir tanpa henti. Konsep ini diterjemahkan dalam sistem pendidikan pesantren yang terus menyesuaikan dengan zaman tanpa kehilangan esensi tradisinya.

BACA JUGA; Kisah Perempuan Indonesia Keturunan Pakistan, Dibalik Lukisan Karya Cucu Kiai di Bangil Dipamerkan di Hari Jadi Pakistan

Sementara itu, Darmaji mengajak masyarakat menjadikan mata air sebagai bagian dari kesadaran ekologis. “Bukan hanya untuk konsumsi fisik, tetapi juga untuk kebutuhan spiritual dan intelektual,” ujarnya. Ia menekankan pentingnya pendidikan berbasis lingkungan yang memadukan nilai-nilai agama dan kearifan lokal.

Diskusi yang berlangsung hingga larut malam ini memberikan banyak wawasan bagi peserta. Pesan utama yang dapat diambil adalah perlunya kesadaran kolektif dalam menjaga dan memanfaatkan mata air dengan bijak. Closing statement dari Nanang Bustanul Fauzi menekankan pentingnya menumbuhkan kesadaran lingkungan, serta menjalani pertobatan ekologis dengan sabar, telaten, dan konsisten.

Acara ditutup dengan pembacaan doa dan refleksi bersama, sembari peserta menikmati alunan tembang religi yang menenangkan. ‘Mbeber Klasa’ edisi kali ini berhasil menyatukan seni, budaya, dan ilmu dalam satu harmoni yang menggugah kesadaran akan pentingnya mata air sebagai sumber kehidupan dan inspirasi pendidikan.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News Tugujatim.id

 

Editor: Darmadi Sasongko

Popular Post

Rukyatul Hilal

Tidak Nampak Hilal di Mojokerto Akibat Faktor Cuaca

Darmadi Sasongko

MOJOKERTO, Tugujatim.id – Pemantauan Hilal 1 Ramadan 1446 Hijriah dilakukan oleh Kementerian Agama (Kemenag) Kabupaten Mojokerto bersama Tim Lembaga Falakiyah ...

5 Cerita Dongeng Bahasa Inggris Terbaik untuk Anak yang Seru dan Edukatif!

5 Cerita Dongeng Bahasa Inggris Terbaik untuk Anak yang Seru dan Edukatif!

Tiara M

Tugujatim.id – Dongeng selalu menjadi bagian dari kehidupan kita sejak kecil. Selain menghibur, cerita-cerita ini juga mengandung pesan moral yang ...

Ilustrasi.

Hujan Deras, Balita di Kediri Terpleset ke Parit dan Tewas

Herlianto A

KEDIRI, Tugujadim.id – Duka dan kepedihan mendalam dirasakan Zulfia Ramadani, warga Kelurahan/Kecamatan Pare, Kabupaten Kediri. Dia harus mengikhlaskan buah hatinya, ...

1 Ramadan.

1 Ramadan 1446 H Jatuh pada 1 Maret 2025, Ini Penjelasan Menteri Agama

Dwi Linda

JAKARTA, Tugujatim.id – Pemerintah menetapkan 1 Ramadan 1446 H jatuh pada Sabtu, 1 Maret 2025. Keputusan ini diumumkan oleh Menteri ...

WhatsApp Image 2023 07 19 at 17.20.31

5 Pekerjaan Remote di Era Digital, Menggali Peluang Kerja di Dunia Digital

Lizya Kristanti

Tugujatim.id – Dalam era digital yang terus berkembang, peluang untuk bekerja secara remote semakin meluas. Kemajuan teknologi telah memungkinkan kita ...

candi sanggrahan tulungagung tugu jatim

Candi Sanggrahan Tulungagung dan Kemegahan Peninggalan Majapahit Pasca Pemugaran

Dwi Lindawati

TULUNGAGUNG, Tugujatim.id – Kabupaten Tulungagung di Jawa Timur tak lepas dari kelekatan sejarah peradaban kerajaan di tanah Jawa, terutama Majapahit. ...