Lulus dari Universitas Brawijaya, Sarjana Asal Kediri Lebih Pilih Jadi Petani Tebu

Redaksi

BisnisNewsPendidikan

Guruh Febriandaru, alumnus sarjana Universitas Brawijaya (UB) Malang yang memilih menjadi petani tebu
Guruh Febriandaru, alumnus Universitas Brawijaya (UB) Malang yang memilih menjadi petani tebu. (Foto: NOE)

Hari Sarjana Nasional jatuh 29 September merupakan momentum untuk mengembalikan marwah Tri Dharma perguruan tinggi. Yakni, tak hanya pengajaran dan penelitian, namun juga wajib melaksanakan pengabdian masyarakat. Apalagi dalam masa pandemi COVID-19, adanya ancaman krisis pangan ke depan harus dijawab oleh generasi muda khususnya para lulusan perguruan tinggi untuk mengabdikan dirinya di masyarakat.

Empat hari sebelumnya, juga diperingati sebagai Hari Tani Nasional, maka tantangan bidang pertanian perlu mendapatkan perhatian khusus. Hasil rilis sensus pertanian yang diselenggarakan BPS Jawa Timur 2018 silam, menunjukkan 106.160 lulusan sarjana yang bekerja sebagai petani. Guruh Febriandaru, alumnus Universitas Brawijaya (UB) Malang yang memilih menjadi petani tebu dan produsen gula merah di masa pandemi COVID-19.

Seperti biasanya, Selasa (29/9) sore di Desa Sumberbendo, Kecamatan Pare, Kabupaten Kediri, Guruh Febriandaru pergi ke sawah garapannya. Ia terlihat santai melakukan pemupukan di lahan tebu miliknya. Guruh, panggilannya, menaburkan pupuk organik dari limbah bakaran ampas tebu. Tak begitu luas tanah garapannya, Guruh hanya merawat 0,5 Ha dari 9 Ha lahan yang dulu dikerjakan Rudianto, ayahnya.

Baca Juga: 6 Rekomendasi Drama Saeguk, Drama Korea Berlatar Belakang Kerajaan

“Setelah lulus ya saya langsung jadi petani,” ungkap Guruh. Tepatnya, kata Guruh, mengerjakan lahan secara utuh ini ia mulai 2019 silam.

Sarjana lulusan Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya ini bertekad melanjutkan kehidupan bertani seperti yang dijalani ayah dan kakeknya. “Ya seperti pandangan orang, setelah lulus kok malah bertani, lha bagi saya biasa saja wong dari kecil saya juga sudah tahu kegiatan bapak di rumah,” imbuh pemuda 24 tahun ini.

Dari lahan tersebut, ia bisa menghasilkan 56 ton tebu. Namun, ia tidak langsung menjual tebu tersebut. Hasil panen tebu itu diolah lagi menjadi gula merah. “Ini usaha dari bapak dulu, jadi tebunya saya olah lagi jadi gula merah sehingga nilai ekonomisnya meningkat,” kata Guruh.

Ia benar-benar terlihat sudah terbiasa dengan dunia pertanian, bukan hanya karena latar belakang pendidikan sarjananya, tapi Guruh sudah familiar dengan aktivitas pertanian tebu sejak ia kecil.

Guruh mengecek olahan tebu yang dijadikan gula merah di rumahnya, Desa Sumberbendo, Kecamatan Pare, Kabupaten Kediri. Foto:
Guruh mengecek olahan tebu yang dijadikan gula merah di rumahnya, Desa Sumberbendo, Kecamatan Pare, Kabupaten Kediri. (Foto: NOE)

Sehingga, ia berniat untuk melanjutkan aktivitas bertani seperti yang dilakukan keluarganya. Menurutnya, meskipun pandemi, bisnis ini bisa bertahan dengan stabil. Permintaan gula merah ini akan dikirim ke Jawa Barat untuk dijadikan bahan baku kecap manis.

Baca Juga: Kasus COVID-19 Terus Meningkat, Khofifah Bakal Realisasi RS Lapangan Darurat di Malang

 

Pakar Sosiologi Nilai Perlu Ada Kampanye Pertanian Ketika Pandemi

Hal tersebut ditanggapi Sosiolog Universitas Muhammadiyah Malang, Dr Wahyudi M.Si yang melihat bahwa krisis pangan tersebut juga dibarengi dengan krisis regenerasi petani. Ia menjelaskan jika harus diakui jika generasi petani muda semakin hari semakin berkurang. Permasalahan ini dinilai Wahyu karena adanya stigmatisasi petani merupakan pekerja rendahan.

“Masalahnya tidak adanya kepercayaan diri menjadi petani, anggapan masyarakat bertani ialah nganggur,” ungkap Wahyudi.

Menurutnya, masalah itu dari tahun ke tahun selalu demikian. Sehingga, perlu ada kampanye masif untuk mengangkat derajat petani Indonesia. Wahyudi berpendapat jika kegiatan bertani bisa dikampanyekan dengan cara lebih muda. Tak hanya di desa, tapi juga di perkotaan.

“Artinya kegiatan ini bukan hanya untuk orang desa, tapi daerah urban pun bisa melakukan kegiatan pertanian,” imbuh pria Jawa Tengah ini.

Apabila dilihat daerah kondisi geografi, kata Wahyudi, Indonesia masih sangat potensial untuk dikembangkan bidang pertaniannya.

“Tidak akan krisis pangan kalau lihat dari wilayah Indonesia,” kata Wahyudi.

Ia berharap jika pemerintah bisa lebih berpihak pada kepentingan petani. Karena dengan memperbaiki kebijakan untuk petani, maka akan menjaga ketahanan pangan nasional. Khususnya, ancaman impor dan ketergantungan produk asing. Dengan demikian, Wahyudi menilai akan lahir nasionalis dalam bentuk praksis kepada masyarakat yakni menjaga kedaulatan petani.

“Harus diutamakan petani kita. Lokalitas harus diperkuat demi ketahanan pangan nasional. Kita bukan benci luar negeri, kita mencintai produk Indonesia dalam misi penyelamatan,” pungkas Wahyudi. (noe/gg)

 

Popular Post

Mengusahakan Pertolongan Ilahi.

Kisah Hidup Pendiri Wardah Resmi Tayang di YouTube, Ini Sinopsis Film “Mengusahakan Pertolongan Ilahi”

Dwi Linda

SURABAYA, Tugujatim.id – Kisah hidup Nurhayati Subakat, sosok di balik kesuksesan PT Paragon Technology and Innovation, hadir dalam film bertajuk ...

Ansor Kota Malang.

PC GP Ansor Kota Malang Terima CSR Tugu Malang ID dan Times Indonesia, Tingkatkan Kader Melek Digital

Dwi Linda

MALANG, Tugujatim.id – Pengurus Cabang (PC) Gerakan Pemuda (GP) Ansor Kota Malang menerima bantuan dana corporate social responsibility (CSR) dari ...

Khofifah.

Khofifah-Emil Silaturahmi ke Rumah Jokowi usai Retreat di Magelang, Ini Isi Petuahnya!

Dwi Linda

SURABAYA, Tugujatim.id – Gubernur dan Wakil Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa-Emil Elestianto Dardak usai mengikuti retreat di Magelang, Jawa Tengah, ...

Pelaku mutilasi wanita asal Blitar.

Update! Pelaku Mutilasi Wanita asal Blitar dalam Koper Merah: Mulai Menyesal, Kerap Menangis saat Ingat Anak

Dwi Linda

SURABAYA, Tugujatim.id – Rohmat Tri Hartanto alias Antok, 33, pelaku pembunuhan dan mutilasi Uswatun Khasanah, 29, seorang sales promotion girl ...

Mudik gratis 2025.

Tak Ada Mudik Gratis 2025, Dishub Kota Malang Fokus Bangun Lahan Parkir di Kayutangan Heritage

Dwi Linda

MALANG, Tugujatim.id – Kabar kurang menggembirakan datang dari Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Malang. Pihaknya memastikan tidak menyediakan mudik gratis 2025 ...

Tempuran Mojokerto.

Kurang dari Setahun, Tempuran Mojokerto Terendam Banjir Tiga Kali

Dwi Linda

MOJOKERTO, Tugujatim.id – Wilayah Tempuran, Sooko, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur, kembali terkena banjir luapan pada Jumat (28/02/2025). Banjir luapan di ...