MALANG, Tugujatim.id – Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) Universitas Negeri Malang (UM) menggelar kolaborasi bersama para peneliti dan akademisi 15 Negara pada Rabu (19/2). Agenda hari kedua Konferensi Internasional ini mencakup penandatanganan kontrak kolaborasi program pengembangan pendidikan STEAM (Science, Technology, Engineering, Arts, Mathematics) yang inklusif.
Acara dihadiri oleh beberapa gabungan peneliti dari berbagai negara di dunia dan UM menjadi perwakilan Indonesia dalam kolaborasi tersebut.
Kepala Pusat Pendidikan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) UM, Ediyanto, S.Pd., M.Pd., Ph.D mengatakan, agenda tersebut mencakup pembahasan isu bersama yang dilakukan untuk penyelesaian demi kontribusi di dunia pendidikan.
“Agenda hari ini berupa penandatanganan yang dilakukan oleh 15 negara kolaborasi,” jelasnya Ediyanto saat ditemui oleh tim Tugujatim, Rabu (19/2).

Selain penandatanganan kolaborasi bersama program STEAM, penandatanganan kolaborasi sekaligus menjadi awal pembukaan program yang nantinya akan melibatkan banyak akademisi dan peneliti.
“Nantinya akan melibatkan mahasiswa juga dalam ajang artikel karya ilmiah, saat dipublikasikan di tingkat internasional dan terindeks scopus,” tuturnya.
Lebih lanjut, Ediyanto memaparkan bahwa kegiatan ini dilakukan sebagai ajang pembaruan visi di dunia pendidikan. Saat ini masih 15 negara yang tergabung, namun akan terus dikembangkan di tahun berikutnya.
“Pastinya kami semua untuk STEAM Education ya, sementara masih 15 negara ya, nanti ke depan akan terus dikembangkan agar semua negara memiliki visi baru education for all,” lanjutnya.
BACA JUGA: LPPM UM Gelar International Conference Pendidikan Inklusif, Hadirkan Pemateri dari 15 Negara
Ediyanto berharap bahwa dengan adanya kolaborasi beberapa negara dalam diskusi dan inovasi STEAM ini bisa menjadi wadah bagi anak bangsa untuk mendapatkan keadilan dalam pendidikan.
“Harapannya tentu saja adanya bidang ilmu inklusif, semua manusia, anak, mahasiswa ada hak keadailan sama di semua bidang tanpa melihat latar belakang,” ungkapnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News Tugujatim.id
Reporter : Sinta Ayudiya
Editor: Darmadi Sasongko