Merawat Jati Diri Kebhinekaan dalam Gotong Royong

Herlianto A

Catatan

Acara perayaan warga memeriahkan hari kemerdekaan Republik Indonesia/tugu jatim
Acara perayaan warga memeriahkan hari kemerdekaan Republik Indonesia. (Foto: Dokumen)

Oleh : Khoirul Amin*

Tugujatim.id – Masih ingatkah kita, arak-arakan anak-anak dengan pakaian adat nusantara yang berbeda-beda saat perayaan Hari Besar Nasional?

Saat peringatan pitoelasan, di bulan kemerdekaan Republik Indonesia (RI) contohnya, banyak kita temui pawai busana adat. Saat pentas seni di sekolah, kerap pula ditemui penampilan kreasi pelajar dengan pernak-pernik adat dan budaya berbagai daerah.

Begitu halnya, ketika acara ruwatan atau ritual di desa-desa, tidak pernah sepi dari khazanah tradisi budaya. Perayaan tradisi lokal yang juga sarat apresiasi seni-budaya dan pelestarian nilai-nilai tradisi warisan para leluhur bangsa. Meski sebagai tradisi Jawa, acara ruwatan desa tak jarang memunculkan kekhasan budaya lain, seperti Bali, Aceh hingga Papua. Semua lengkap dengan atribut dan busana masing-masing.

Semua contoh tersebut sejatinya adalah cerminan kebanggaan pada kekayaan kebinekaan yang dimiliki bangsa ini. Juga, sebagai ekspresi rasa syukur nikmat dan menghargai kearifan lokal, yang ingin terus dijaga dan diwariskan dari generasi ke generasi.

Hampir dua tahun terakhir, euforia bernuansa kebinekaan nusantara ini tak lagi didapati dan bisa dirayakan dalam riuh pawai karnaval. Situasi pandemi memang membatasi ruang bagi perayaan seperti ini. Bangsa Indonesia kini lebih banyak mengenal kebinekaan Indonesia dari narasi atau konten dalam literatur atau platform media.

Lalu, apakah hal ini lantas menjadikan lunturnya pemaknaan kebinekaan kita? Terbatasnya interaksi sosial-budaya masyarakat kini, apakah juga serta merta bisa menghilangkan kekayaan kearifan lokal bangsa ini?

Terlalu naif sekiranya mengamini begitu saja pertanyaan-pertanyaan di atas. Akan tetapi, bukan berarti tidak ada sama sekali kekhawatiran ancaman bagi kekuatan kebinekaan bangsa kini. Terlebih, bagi generasi anak-cucu bangsa kelak, tidak berlebihan sekiranya kita juga khawatir atas rasa bangga dan cinta kebinekaan Indonesia masa mendatang.

Sebagai anak bangsa, kita semestinya sadar dan bisa memaknai kebinekaan dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Kebinekaan dalam arti sebenarnya sebagai kenyataan kemajemukan bangsa, dengan ras, bahasa, agama dan adat-istiadat budaya yang berbeda-beda. Kemajemukan bangsa ini sudah disepakati para tokoh pendiri bangsa, menjadi bagian falsafah dan dasar negara. Yakni, Bhinneka Tunggal Ika, yang artinya ‘Berbeda-beda, namun Tetap Satu Kesatuan.’

Bahkan, kebinekaan Indonesia ini adalah jati diri bangsa. Jati diri dalam keberagaman bangsa yang semestinya bisa dibanggakan selama-lamanya, di manapun dan dalam situasi apapun. ‘Bhinneka Tunggal Ika’ yang sebenarnya ikrar kesetiaan bangsa, sehingga akan senantiasa merasa saling menyadari keberagaman, dan tetap menjaga persatuan dalam berbagai perbedaan yang ada.

Maka, memaknai kebinekaan Indonesia bukanlah sempit, sekadar jargon simbolik yang hanya bisa diwakili gambar atau penampilan berbeda-beda berbagai suku bangsa. Akan tetapi, kebinekaan yang kaya perbedaan, yang harus saling dihargai satu sama lain dalam kehidupan berbangsa dan bermasyarakat.

Kebinekaan kita kerap menghadapi tantangan dan ujian. Demokrasi melahirkan alam kebebasan, dan bisa berdampak kehidupan sosial-kemasyarakatan dan kemanusiaan sesama bangsa. Masalah kesenjangan kesejahteraan masyarakat misalnya, akan mudah mengganggu stabilitas kemajemukan bangsa ini. Kemakmuran yang tak berkeadilan, bisa memperlebar kesenjangan dan memunculkan kecemburuan yang berakibat perpecahan bangsa.

Masa sulit pandemi kini, mudah saja menjadikan bangsa ini terpuruk dan lemah. Maka, gotong royong dalam kebinekaan adalah jawaban yang bisa menguatkan. Gotong royong yang melahirkan empati dan solidaritas, serta membangkitkan kerja sama, tolong menolong dan kerelawanan semua bangsa dan antar sesama.

*pegiat literasi media.

Popular Post

Ansor Kota Malang.

PC GP Ansor Kota Malang Terima CSR Tugu Malang ID dan Times Indonesia, Tingkatkan Kader Melek Digital

Dwi Linda

MALANG, Tugujatim.id – Pengurus Cabang (PC) Gerakan Pemuda (GP) Ansor Kota Malang menerima bantuan dana corporate social responsibility (CSR) dari ...

Pembuangan limbah tambak.

DPRD Jember dan OPD Sidak Gabungan, Serius Tangani Keluhan Warga soal Pembuangan Limbah Tambak

Dwi Linda

JEMBER, Tugujatim.id – Menanggapi aksi unjuk rasa warga beberapa waktu lalu, DPRD Jember menggelar sidak bersama beberapa organisasi perangkat daerah ...

Mengusahakan Pertolongan Ilahi.

Kisah Hidup Pendiri Wardah Resmi Tayang di YouTube, Ini Sinopsis Film “Mengusahakan Pertolongan Ilahi”

Dwi Linda

SURABAYA, Tugujatim.id – Kisah hidup Nurhayati Subakat, sosok di balik kesuksesan PT Paragon Technology and Innovation, hadir dalam film bertajuk ...

Khofifah.

Khofifah-Emil Silaturahmi ke Rumah Jokowi usai Retreat di Magelang, Ini Isi Petuahnya!

Dwi Linda

SURABAYA, Tugujatim.id – Gubernur dan Wakil Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa-Emil Elestianto Dardak usai mengikuti retreat di Magelang, Jawa Tengah, ...

Mudik gratis 2025.

Tak Ada Mudik Gratis 2025, Dishub Kota Malang Fokus Bangun Lahan Parkir di Kayutangan Heritage

Dwi Linda

MALANG, Tugujatim.id – Kabar kurang menggembirakan datang dari Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Malang. Pihaknya memastikan tidak menyediakan mudik gratis 2025 ...

Pelaku mutilasi wanita asal Blitar.

Update! Pelaku Mutilasi Wanita asal Blitar dalam Koper Merah: Mulai Menyesal, Kerap Menangis saat Ingat Anak

Dwi Linda

SURABAYA, Tugujatim.id – Rohmat Tri Hartanto alias Antok, 33, pelaku pembunuhan dan mutilasi Uswatun Khasanah, 29, seorang sales promotion girl ...