TUBAN, Tugujatim.id – Musibah banjir luapan Sungai Bengawan Solo membuat para petani di Kecamatan Rengel, Kabupaten Tuban terpukul. Mereka mengalami gagal panen dan rugi puluhan juta rupiah akibat ratusan hektare sawahnya terendam banjir.
Salah seorang petani terdampak, Handoko, warga Desa Sawahan mengaku kehilangan lebih dari satu hektare lahan padi yang sebenarnya tinggal 10 hari lagi bisa dipanen. Namun banjir datang dan merendam tanaman padinya yang menguning.
“Sudah siap panen, tinggal 10 hari lagi. Tapi ya, semuanya habis terendam. Nggak ada yang bisa diselamatkan,” ujar Handoko dengan nada lesu, Kamis (27/2/2025).
Modal Dari Pinjaman Bank
Kerugian yang dideritanya tak hanya sebatas hasil panen yang gagal. Tetapi modal yang digunakan untuk menanam padi berasal dari pinjaman bank. Tanpa hasil panen, harus mencari cara lain untuk melunasi utang tersebut. Satu-satunya pilihan yang tersisa adalah menjual ternak yang selama ini menjadi simpanannya.
“Saya modal dari bank, sekarang panennya gagal. Terpaksa jual ternak buat nutupi utang,” keluhnya.
Tak hanya Handoko, banyak petani di wilayah terdampak mengalami nasib serupa. Dari tujuh desa yang terendam banjir di Kecamatan Rengel, diperkirakan lebih dari ratusan hektare sawah terkena dampaknya. Sebagian besar lahan tersebut memang belum ditanami, tetapi sekitar 30 persen petani masih memiliki padi yang siap panen dalam waktu dekat.
Yang lebih menyedihkan, Handoko menyebut sudah hampir tiga kali musim tanam ia gagal panen akibat banjir tahunan ini. Ia merasa belum ada uluran tangan nyata dari pemerintah untuk membantu para petani yang terus merugi.
BACA JUGA: Banjir Sungai Bengawan Solo Rendam Tujuh Desa dan Ratusan Hektare Sawah di Tuban Terancam Gagal Panen
“Ini yang ketiga kalinya. Setiap kali musim panen, banjir datang dan merendam sawah. Kalau begini terus, kapan petani bisa untung?” tuturnya dengan nada kecewa.
Menurutnya, jika air baru surut pada awal Maret, maka petani harus menunggu hingga akhir Mei untuk mulai menanam lagi. Artinya, mereka harus bersabar lebih lama sebelum bisa kembali bercocok tanam dan mendapatkan hasil.
Di tengah kondisi ini, petani berharap ada solusi jangka panjang dari pemerintah agar banjir tahunan tidak terus menghancurkan mata pencaharian mereka.
Bagi mereka, ini bukan hanya soal gagal panen, tetapi soal keberlangsungan hidup yang semakin terjepit di tengah ketidakpastian.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News Tugujatim.id
Reporter : Mochamad Abdurrochim
Editor: Darmadi Sasongko