BOJONEGORO, Tugujtaim.id – Beberapa waktu terakhir, warga Bojonegoro dekat bantaran Sungai Bengawan Solo resah dengan perubahan warna sungai yang menghitam. Dinas Lingkungan Hidup Bojonegoro mengungkapkan, perubahan warna tersebut diakibatkan pencemaran limbah industri ciu dari hulu sungai.
“Kami ini juga korban dari pembuangan limbah dari hulu Sungai Bengawan Solo. Di daerah Solo sana kan banyak pabrik-pabrik, nah kalau yang mencemari Bengawan Solo sekarang ini adalah pabrik industri ciu,” kata Kasi Konservasi, Mitigasi dan Rehabilitasi Lahan DLH Bojonegoro, Moh.Hanif saat dikonfirmasi.
Menurutnya, pencemaran limbah di Bengawan Solo memang sudah menjadi langganan setiap tahunnya, namun kata dia, pencemaran dengan skala besar terjadi pada tahun ini.
“Kalau pencemaran dalam skala besar terjadi pada Agustus kemarin. Dan akibat dari pencemaran itu sampai menyebabkan ikan mati, air berwarna hitam, dan juga bau amis,” ungkapnya.
3 Bulan, 8 Kali Pencemaran di Sungai Bengawan Solo
Bahkan, dari bulan Juni hingga Agustus 2021, Dinas Lingkungan Hidup Bojonegoro mencatat, telah terjadi pencemaran hingga 8 kali, hal tersebut juga menyebabkan kematian ikan.
Hanif menjelaskan, perjalanan arus air yang tercemar limbah dari daerah Solo Jawa Tengah yakni hulu yang disinyalir menjadi tempat awal pembungan limbah, hingga Ngraho Bojonegoro diperkirakan berjalan selama 4-6 hari, sementara dari Ngraho sampai Padangan berjalan selama 4 hari.
“Semakin ke arah timur, semakin warna pekat hitamnya sudah memudar, kalau sampai Lamongan sudah coklat seperti teh,” katanya.
Banyak Ikan Mati

Pencemaran limbah menyebabkan kematian ikan di Sungai Bengawan Solo justru dimanfaatkan warga, ikan-ikan tersebut diambil untuk dikonsumsi.
“Warga di Bojonegoro yang dekat dengan aliran sungai Bengawan Solo, mereka memanfaatkan keadaan, mereka mengambil ikan-ikan tersebut. Kalau orang-orang menyebut dengan istilah ‘Pladu’. Tapi kalau ikan sudah mati satu malam tidak diambil, karena sudah busuk,” ujar Hanif.
Namun dengan adanya peristiwa ini, secara ilmu kesehatan, Hanif tidak bisa memastikan apakah ikan tersebut layak dikonsumsi atau tidak.
“Banyak orang yang bertanya, ikan yang terkena limbah itu bisa dikonsumsi atau tidak? Saya belum bisa memastikan. Karena kami belum ada tempat untuk menguji ikan-ikan tersebut. Tapi secara nalar, ikan-ikan tersebut kan mati karena limbah, kalau dikonsumsi otomatis berbahaya. Tapi saya tidak bisa bilang berbahaya karena belum ada dasarnya yang memperkuat,” tuturnya.
Hanif menuturkan, pihaknya telah berkoordinasi dengan dengan beberapa pihak untuk melakukan pencegahan terhadap pembuangan limbah di Sungai Bengawan Solo.
“Kami sudah berusaha untuk berkoordinasi dengan DLH (Dinas Lingkungan Hidup) Provinsi, KLHK (Kementerian Lingkungan Hidup), BBWS (Balai Besar Bengawan Solo), yang punya kewenangan kan KLHK untuk bagaimana kelanjutannya. Tapi sampai saat ini hasilnya belum maksimal,” ungkapnya.
Dengan adanya peristiwa ini, Hanif berharap pihak terkait bisa membuang limbah dengan bijak, dengan melakukan pengolahan terlebih dahulu agar lingkungan tidak tercemar.
“Pihak yang berwenang bisa berbenah diri, karena ini kan sumber air untuk masyarakat. Kalau sudah tercemar seperti ini kan masyarakat juga yang terkena dampaknya,” katanya.
Meski dinyatakan sebagai sungai kelas 2, artinya tidak bisa dikonsumsi bahkan tidak layak untuk dipakai mandi, namun Hanif menuturkan, kalau diolah dengan baik dan ramah lingkungan maka bisa digunakan.
“Kalau sudah tercemar dan hitam seperti ini kan juga susah buat diolah,” pungkasnya.
Sebagai informasi, dikutip dari SuaraSurakarta, Polres Sukoharjo telah menetapkan dua tersangka dalam kasus pembuangan limbah alkohol (Ciu) di Bengawan Solo.
Dua tersangka tersebut adalah J (36) dan H (40), yang merupakan warga Kecamatan Polokarto, Kabupaten Sukoharjo.
Kapolres Sukoharjo AKBP Wahyu Nugroho Setyawan mengatakan, penetapan tersangka dilakukan setelah tim Opsnal Tipidter Polres Sukoharjo mendapatkan informasi mengenai pembuangan limbah di wilayah Polokarto.
“Setelah diselidiki, petugas mendapati dua tersangka H dan J melakukan pembuangan limbah dengan sarana dua unit mobil pik-up. Kemudian keduanya diamankan beserta barang bukti ke Polres Sukoharjo,” kata Kapolres di lokasi kejadian pembuangan limbah, Jumat (17/9/2021).