MALANG, Tugujatim.id – Nyari tempat wisata di Kota Malang yang murah meriah? Nggak usah bingung. Anda bisa ke banyak tempat wisata yang murah meriah di Kota Malang dengan sajian edukasi untuk anak-anak maupun keluarga. Salah satunya di Pasar Splendid, pasar burung yang terkenal di Kota Malang.
Anda bisa membeli, melihat, hingga menjual berbagai jenis binatang dan makanan binatang di sana. Bahkan, ada juga lho beragam bunga dan bibit tanaman yang bisa dibeli. Pasar ini memang sering menjadi tujuan wisata bagi para pengunjung karena memiliki daya tarik sendiri bagi para pencinta flora dan fauna area Malang maupun daerah lainnya.
Sama seperti usaha lainnya ketika didera pandemi Covid-19, pedagang di Pasar Splendid mengalami penurunan omzet. Salah satunya penjual burung bernama Muhammad Saiful Adzim yang mengatakan, untuk pasokan burung di Pasar Splendid Kota Malang adalah dari setoran orang-orang. Selain itu, juga pendapatannya berbeda-beda, tidak menentu di masa pandemi Covid-19 ini.
“Pasokan burung ya dari setoran orang. Sekarang omzet jualan kami tidak menentu, kadang satu hari ada yang terjual kadang juga tak ada transaksi sama sekali. Turun drastis. Ya karena faktor pandemi sehingga orang jarang datang membeli burung di sini. Berbeda dengan sebelum pandemi, banyak burung yang terjual,” katanya kepada wartawan Tugujatim.id pada Sabtu (12/02/2022).
Pria asal Bojonegoro itu menambahkan, untuk harga burung memang bervariasi tergantung jenisnya.
“Kisaran harga mulai Rp100.000 per ekor, bahkan lebih dari itu tergantung kualitas burungnya” tambahnya.
Pria yang biasa disapa Saiful itu menuturkan, pekerjaan tentu memiliki risiko, dalam hal menjual burung tentu pasti memiliki tantangan tersendiri.
“Risiko atau tantangan memang selalu ada, seperti burungnya mati dan burungnya lepas,” tuturnya.
Hal ini juga dirasakan Yeni Kartika, seorang penjual burung yang sudah 20 tahun bekerja menjual burung. Yeni mengatakan, pasokan burung di Pasar Splendid dibawa dari luar Malang dengan harga yang mereka tentukan.
“Untuk pasokan burung sendiri ada yang kirim, kadang ada yang lewat sini jual dan kami yang beli. Kalau ada orang jual itu harganya kulaan, terus dijual dengan harga kami. Ya kalau misalnya burungnya tidak bunyi, itu kami yang rugi,” katanya.
Perempuan yang biasa disapa Yeni itu mengaku, para pedagang sangat kebingungan di tengah pandemi Covid-19 karena jumlah burung yang terjual sangat minim ditambah beban harga makanan burung.
“Untuk sehari jumlah dan harga burung terjual tidak tentu, ditambah sekarang dalam keadaan pandemi Covid-19. Kadang dalam sebulan tidak terjual. Bahkan, kalau terjual pun hanya satu ekor. Meski tidak terjual, burung-burung tetap diberi makan dan itu yang buat kami rugi,” ujarnya tampak sedih.