TUBAN, Tugujatim.id – Naiknya harga kedelai impor berdampak terhadap produksi tahu di Kabupaten Tuban. Sejumlah pengusaha tahu merasa kelimpungan dengan harga kadelai yang sudah mencapai Rp 11 ribu perkilogramnya. Mereka harus memutar otak untuk mempertahankan usahanya tersebut.
Seperti yang dialami UD Barokah milik Wardam (74), warga Kelurahan Panyuran, Kecamatan Palang, Tuban. Usaha Dagang yang sudah memproduksi tahu hampir 27 tahun ini mengeluh dengan mahalnya harga kedelai impor yang menjadi bahan dasar pembuatan usahanya.
Biaya produksi yang dikeluarkan setiap harinya tidak cukup untuk memberikan penghasilan lebih bagi pekerjanya. Sehingga mau tidak mau, Wardam harus merumahkan beberapa karyawan yang ikut dengannya.
“Sebelumnya 12 orang, kemudian berkurang 6 orang. Dan kini hanya tinggal 2 pekerja,” ungkap Wardam kepada Tugu Jatim, Senin (21/2/2022).

Untuk menyiasati agar bisa bertahan, Wardam menaikan harga jual dan memperkecil ukuran tahunya. Biasanya dijual Rp 20 ribu percetak dengan ukuran 48 cm persegi. Kini naik menjadi Rp 27 ribu, dengan tebal tahu yang lebih tipis lagi.
“Produksinya Rp 2 juta perhari. Lah, pendapatannya tidak untung juga tidak rugi. Cukup berikan rokok ke pekerja,” ucap Wardam.
Wardam juga menambahkan, kalau dulu bisa memproduksi hingga bahan satu ton kedelai. Tapi kali ini, hanya sampai 1,5 kwintal saja.
“Kalau dulu sampai kirim hingga Tuban barat (Tambakboyo, Bulu, hingga Rembang Jateng, red) sampai dengan Lamongan utara,” ucapnya.
Pihaknya berharap pemerintah segera turun tangan dan membuat kebijakan untuk menstabilkan harga. Setidaknya seperti harga semula berkisar Rp 7 ribuan perkilogramnya.