MALANG, Tugujatim.id – Cuaca ekstrem di Malang Raya akhir-akhir ini terjadi. Karena itu, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) merilis siaran pers potensi di Indonesia, termasuk cuaca ekstrem di Malang Raya, periode 2-8 Oktober 2022. BMKG menganalisis dinamika atmosfer akan mengakibatkan potensi cuaca ekstrem hingga sepekan ke depan.
BMKG mengungkapkan cuaca ekstrem sebelumnya pada Agustus 2022, hujan yang mengguyur Kota Malang dan Kota Batu akan maju lebih awal yaitu pada akhir September dan minggu awal Oktober. Hujan yang turun akan memiliki intensitas di atas normal.
Untuk puncak musim hujan area Kota Malang dan Kota Batu diprediksi akan terjadi pada Desember 2022-Januari 2023. Sedangkan Kabupaten Malang, khususnya area selatan, puncak hujan berlangsung hingga Februari 2023.
Untuk prediksi cuaca ekstrem di Malang Raya, sifat hujan dibagi menjadi tiga kategori. Yaitu, curah hujan atas normal (AN) jika lebih dari 115% di atas normal. Kategori curah hujan normal berada pada rentang 85-115% terhadap curah hujan normal. Sedangkan kategori bawah normal (BN), nilai curah hujan kurang dari 85% terhadap normal.
Awas Potensi Banjir di Malang Raya pada Oktober dan November 2022
Cuaca ekstrem di Malang Raya, membuat beberapa wilayah akan mengalami banjir kategori menengah. Beberapa wilayah di Kota Malang yang disebutkan BMKG ialah Kecamatan Lowokwaru, Sukun, Blimbing, dan Klojen.
Untuk wilayah Kabupaten Malang seperti Kecamatan Ampelgading, Bantur, Bululawang, Dampit, Dau, Gedangan, Gondanglegi, Kalipare, dan Karangploso. Selain itu, wilayah Kasembon, Kepanjen, Lawang, Ngajum, Ngantang, Pagak, Pakis, Pakisaji, Pujon, Sumbermanjing Wetan, Sumberpucung, Tirtoyudo, Turen, Wajak, Wonosari.
Penyebab Majunya Musim Hujan 2022/2023
Penentuan awal musim hujan didasarkan pada jumlah curah hujan dalam satu dasarian (10 hari) yang diikuti dua dasarian selanjutnya. Jika curah hujan sama atau lebih dari 50 milimeter, dianggap sebagai awal musim hujan. Dapat dikatakan maju, mundur, atau sama setelah dibandingkan dengan periode 1991-2020.
Prakiraan cuaca dan musim hujan 2022/2023 menunjukkan bahwa sebagian besar wilayah mengalami awal musim hujan yang lebih cepat yaitu sebanyak 326 area dari total 699 Zona Musim (ZOM). Pada September hingga November 2022, ada 417 ZOM yang akan mulai diguyur hujan. Sedangkan wilayah lain sebanyak 124 ZOM diprakirakan sama terhadap normal dan wilayah mundur terhadap normal sebanyak 76 ZOM.
Pertumbuhan awan hujan disebabkan aktifnya gelombang atmosfer seperti Madden Jullian Oscillation (MDO), gelombang kelvin, dan gelombang Rossby Ekuatorial. Peningkatan awan hujan akan menyebabkan potensi curah hujan dengan intensitas sedang-lebat disertai kilat/petir.
Berdasarkan perkiraan berbasis dampak, Jawa Timur termasuk dalam kategori siaga di mana berpotensi terdampak hujan lebat. Potensi hujan juga tak lepas dari pertumbuhan awan Cumulonimbus (CB) di beberapa wilayah seperti Laut China Selatan, Bagian Barat Sumatera, hingga Laut dan Pulau Jawa dengan persentase cakupan maksimum 50-75%.
Persiapan Dini Siaga Cuaca Ekstrem dan Banjir di Malang Raya
BMKG telah mengeluarkan rekomendasi pada pihak terkait dalam rangka persiapan menghadapi musim hujan yang telah dimulai. Di antaranya, memastikan infrastuktur dan sistem tata kelola sumber daya air telah siap menghadapi peningkatan curah hujan.
Selain itu, BMKG juga merekomendasikan pihak-pihak terkait untuk menggencarkan komunikasi dan melakukan koordinasi secara intensif kesiapsiagaan bencana hidrometrologi. Pemerintah setempat dan masyarakat diharapkan memonitor informasi perkembangan cuaca dan peringatan dini cuaca ekstrem di Malang Raya dari BMKG.
Tak ingin kejadian banjir bandang di Desa Bulukerto, Kecamatan Bumiaji, pada 2021 terulang kembali, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) dan warga setempat telah melakukan perbaikan aliran air dan drainase. Namun, revitalisasi yang di Dusun Sambong hanya bersifat darurat.
BPBD Kota Batu menyampaikan pada Tugu Malang, partner Tugu Jatim, selain Desa Bulukerto, ada beberapa titik rawan banjir seperti Sungai Beru dan Sungai Paron hingga di kawasan permukiman di Kelurahan Sisir dan Kelurahan Temas.
Tak hanya itu, Kota Batu juga dihantui potensi tanah longsor di 7 titik seperti di Desa Giripurno, Kelurahan Songgokerto, dan Desa Gunungsari. Soal itu, BPBD sudah memasang 12 unit Early Warning System (EWS) di setiap lereng Gunung Arjuno.
Dalam pantauan sebelumnya, Pemerintah Kota Malang dan Dinas Pekerjaan Umum Penataan Ruang Perumahan dan Kawasan Permukiman (DPUPRPKP) Kota Malang juga telah membuat sudetan untuk mengurangi genangan air.
Beberapa sudetan yang telah dibangun berada di Jalan Dieng, Jalan Kelapa Sawit, Bukirsari, Terusan Dieng, Lodan, Kemirahan, Panorama, Bajang Ratu, Klayatan gang 3, Mayjen Sungkono (PCP), Belakang RST (kali kutuk), Polowijen, Jalan Tenaga, Pasar Gadang, Jalan S Parman (utara Hotel Atria), dan Jalan Letjen Sutoyo.