Rasa kriuk di setiap gigitan makaroni hingga tingkat kepedasan yang tidak ada duanya, apa lagi kalau bukan makaroni ngehe. Apakah kamu pernah menyangka, bahwa makaroni ngehe bermula dari resep dari Ibunda Ali Dharmawan diTasikmalaya.
Yap, sebenarnya ada kisah panjang di balik suksesnya bisnis makaroni ini. Laki-laki kelahiran 26 September 1985 ini sudah membuka 34 outlet di pulau Jawa hingga Sumatera. Omzetnya menyentuh Rp 6 Milyar setiap bulannya. Keren ya?
Dilansir dari Viral Food Travel, bermula dari niat untuk membahagiakan sang bunda, Ali membawa inspirasi resep makaroni pengganti kue lebaran ini ke dalam ide bisnisnya. Namun, ia mengawali segala proses perjuangannya dengan menjajal aneka jenis pekerjaan, meskipun tujuan awalnya ingin menjadi penulis.
Keputusannya untuk merantau di tahun 2005 di Jakarta sudah bulat, hal tersebut dilakukannya demi bertahan hidup. Hanya berbekal ijazah SMA, ia mencoba menjadi seorang buruh cuci di sebuah kantin pegawai mall di Cinere dengan bayaran Rp 5 ribu perhari.
Gajinya tergolong kecil untuk bertahan hidup di Jakarta, jangankan untuk makan; tempat tinggal saja ia harus menumpang di emperan toko dan masjid di dekat tempatnya bekerja.
Kemudian ia mencoba menjadi seorang penulis skenario sinetron di di rentang tahun 2008 hingga 2011. Nahasnya, di tahun tersebut ibunya jatuh sakit dan memaksanya untuk keluar dari ‘lingkaran setan’ ini.
“Hingga akhirnya saya tidak bisa gini terus, saya juga harus bisa punya penghasilan yang lebih dari karyawan. Satu-satunya cara adalah dengan punya usaha,” ungkapnya dilansir dari website Makaroni Ngehe.
Keputusannya sudah bulat, ia meminjam uang Rp 20 juta dari temannya untuk membuka usaha. Modal nekat ini ia jalani dengan sepenuh hati padahal sama sekali tidak ada tabungan. Dalam video wawancaranya, ia mengungkapkan, “Do or die, ini momennya, dan saya harus berani ambil risiko.”
Perjalanan belum berhenti di sini, ia harus berjuang sendirian mulai dari perjuangan membawa bahan baku dari Tasikmalaya hingga menggoreng dan menjaga toko.
“Pertama kali saya jualan, enggak ada yang beli karena itu produk baru. Yang ada orang cuma lewat terus ngefoto karena namanya unik, ngehek,” tuturnya.
Tapi lama kelamaan orang menjadi tahu karena rasanya yang khas dan pelayanan dari Ali yang ramah di sekitar Universitas Bina Nusantara, Anggrek. Hasilnya, hingga saat ini ia berhasil menawarkan aneka menu mulai dari makaroni, bihun, otak-otak, mi kriuk, usus, hingga cimol.
Inspirasi nama ngehe sebenarnya berasal dari atasannya yang mengungkapkan bahwa kinerja Ali yang ngehek alias dianggap kerjanya tidak benar. Hal tersebut turut menginspirasinya untuk menamai makaroni ini, supaya tidak kembali pada masa-masa ngehe dulu kala.
Ketika ditanya mengenai kunci kesuksesannya, ia mengatakan bahwa passion itu penting. “Karena semua hal yang sudah dilakukan dengan passion pasti akan ditekuni dan akan menghasilkan kesuksesan pada akhirnya,” ucapnya.
Setelah omzet Rp 6 miliar per bulan ia pegang, Ali mulai mengembangkan passionnya. Kini, ia menjalani mimpinya, baru-baru ini ia menerbitkan bukunya. Agustus 2019, sebuah buku berjudul NGEHE terbit, itulah bukti kisah suksesnya.