Tugujatim.id – Buku Ensiklopedia Musik Indonesia jilid I Ambon dan Maluku ini membawa pembaca merasakan suasana Kota Ambon melalui lagu dan musik 1980-1990. Meskipun tidak berkunjung langsung ke kota penghasil rempah-rempah terbaik tersebut. Singkatnya, jauh di mata tapi dekat di lagu.
Demikian pemaparan Siti Zurinanis ahli antropologi budaya Universitas Brawijaya dalam acara launching buku Ensiklopedia Musik Indonesia dalam rangka memperingati Hari Musik Nasional melalui zoom meeting pada Rabu (9/3/2021).
Dalam pemaparannya, perempuan yang akrab disapa Zurin itu menyampaikan bahwa buku tersebut melibatkan peran orang banyak dalam proses pembentukannya. Mulai dari mahasiswa yang bertugas sebagai penerjemah dan interpretasi lirik lagu.
Kemudian ada dosen yang bertanggung jawab dalam hal monitoring dan melakukan pengkajian lebih lanjut. Lalu dari pihak MMI (Museum Musik Indonesia) yang bertugas sebagai pihak penyelenggara program dan menyediakan koleksi album yang akan dijadikan sumber. Serta, AMO yang berperan sebagai konsultan dalam hal penerjemahan dan pengetahuan tentang Ambon.
Kota Ambon yang terkenal sebagai Kota Musik memang tidak bisa dipisahkan oleh musik sejak dini. Karena musik di kota itu telah menjadi elemen penting yang melekat dalam kehidupan sosial kultural masyarakat Ambon. Sehingga, tidak heran jika musik selalu hadir dalam keseharian orang di sana. Hal inilah yang menjadi alasan mengapa Ambon menjadi tajuk utama dalam pembentukan buku ensiklopedia ini.
Zurin juga mengungkapkan dalam penulisan buku itu tidak mudah, karena harus melalui pengkajian mulai dari interpretasi hingga menjadi ensiklopedia.
Mulanya 267 album musik Ambon terkumpul dari MMI berwujud album rilisan fisik piringan hitam, kaset, dan DVD. Setelah itu, kumpulan album itu dipertimbangkan mengenai kondisi, koleksi yang masih dalam keadaan baik, aksesibel dan akhirnya tersaring sebanyak 6 buah album yang berisikan 106 lagu yang siap digunakan.
“Dari 106 lagu itu didigitalisasi kemudian liriknya ditulis kembali dan diterjemahkan dalam bahasa Indonesia yang dituangkan dalam bentuk narasi,” ujarnya.
Ia melanjutkan, buku ensiklopedia tersebut mengangkat tujuh tema besar yaitu kisah perantauan, hubungan kekerabatan dan pela gendong, keindahan Pulau Maluku, Ambon dan dunia maritim, folklore, dansa, dan cinta.
“Proses interpretasi yang sudah dilakukan teridentifikasi 7 tema besar yang berkaitan dengan siklus hidup orang Ambon,” lanjutnya.
Pada saat yang sama, pemateri kedua yang juga berasal dari antropologi budaya Universitas Brawijaya, Franciscus Apriman. Dia menuturkan buku ensiklopedia itu bisa diringkas dalam tiga tema yang diangkat sebagai pembahasan termasuk tema keperempuanan yang muncul dalam lagu Ambon. Misalnya, cantik dan manis yang tidak hanya sebagai simbol romantika saja.
“Tema yang ada dalam buku sebenarnya berkaitan, seperti lagu Ambon yang sering menggunakan ungkapan cantik dan manis ini sebenarnya tidak berhubungan dengan romantika lawan jenis saja tetapi sebagai simbolisasi tanah Ambon yang berkaitan dengan kerinduan pada kampung halaman, yang banyak melukiskan kesulitan hidup di perantauan. Sedangkan hidup di Ambon digambarkan dengan penuh rasa suka cita, pesta, dansa, dan cinta,” tutupnya.
—
Terima kasih sudah membaca artikel kami. Ikuti media sosial kami yakni Instagram @tugujatim , Facebook Tugu Jatim ,
Youtube Tugu Jatim ID , dan Twitter @tugujatim