TUBAN, Tugujatim.id – Produksi jagung di Kabupaten Tuban yang melimpah setiap tahun, ternyata berbanding terbalik dengan kondisi harga daging ayam dan telur yang makin mahal. Padahal, seharusnya momen ini bisa dimanfaatkan dengan baik. Salah satunya menjalin kerja sama antara produsen ayam petelur maupun daging ayam dengan produsen jagung.
Berdasarkan data Dinas Ketahanan Pangan Pertanian dan Perikanan (DKP2P) Kabupaten Tuban pada 2021, produksi jagung 758.213 ton dari total luas lahan 135.762 hektare. Produksinya naik beberapa digit dibanding tahun sebelumnya 2020 yang tercatat 726.585 ton dari total luas lahan 129.750 hektare.
Hal inilah yang ingin dibangun Kepala Dinas Koperasi, UMKM, dan Perdagangan (Diskopumdag) Tuban Agus Wijaya. Menurut dia, sampai saat ini sudah ada komunikasi antara petani jagung Serikat Petani Indonesia (SPI) dengan Koperasi Konsumen Petani Indonesia Tuban dengan Koperasi Peternak Ayam Petelur Blitar.
“Jadi terjadi simbiosis mutualisme. Mereka butuh supply jagung untuk pakan. Sedangkan kami butuh untuk menjual keluar dengan harga yang flat, tidak naik turun,” ucap mantan Kabag Humas dan Protokol Pemkab Tuban ini.
Agus melanjutkan, dirinya berupaya mengondisikan inflasi harga komoditas ini yang memang membutuhkan proses. Dia mencontohkan seperti komoditas hasil pertanian cabai misalnya.
Harga tidak bisa dikondisikan dalam sesaat, dia mengatakan, harus komunikasi antar daerah penghasil. Pun sama kondisinya dengan ayam pedaging maupun petelur.
“Kalau kami sendiri, supply telur dari lokal, ketika dikalkulasi ternyata sangat mepet hasilnya. Jika ada kendala sedikit pasti terpengaruh. Begitu pula ada permasalahan pasokan di Blitar, peternak lokal terkena imbasnya,” terangnya.
Dia berharap, harus ada kompetitor pabrik pakan lokal yang bisa bersaing. Harapannya ini bisa menjadi jalan keluar dalam mengatasi permasalahan harga daging ayam dan telur.
“Jadi nanti kalau ada pabrik lokal. Komukasinya ya hanya di tingkat lokal saja (supply ke Tuban, red),” terangnya.
Dia melanjutkan, peternak tidak lagi bergantung pada harga pakan impor. Proses ini masih dalam tahap pembahasan. Harapannya, BUMD bisa ikut berperan.
“Rencana kami ingin buat di belakang resi gudang, Dusun Pakah, Desa Gesing, Kecamatan Semanding, Tuban,” ujarnya.
Diberitakan sebelumnya, hampir empat bulan terakhir, harga daging ayam dan telur di Kabupaten Tuban mengalami penyesuaian harga baru. Semula harga normal daging ayam potong Rp28 ribu dan Rp25 ribu telur ayam.
Kini harga baru yang bertahan selama berbulan-bulan itu di kisaran Rp40 ribu-Rp42 ribu untuk daging ayam broiler per kg dan Rp30 ribu-Rp 32 ribu bagi telur ayam ras.
Penyebab bertahannya komoditas harga ini diduga karena adanya kartel pakan ternak yang dapat memainkan harga keduanya.
Writer: Mochamad Abdurrochim
Editor: Dwi Lindawati