SURABAYA, Tugujatim.id – Tercatat dari Januari hingga Maret 2024, penyakit demam berdarah dengue (DBD) di Jawa Timur mencapai 6.515 kasus. Angka penyakit DBD ini mengalami kenaikan yang signifikan dibanding tahun lalu sebanyak 9.401 dalam kurun waktu setahun.
Kepala Dinas Kesehatan Jawa Timur Erwin Astha Triyono mengatakan, faktor penyebab terbesarnya adalah karena musim hujan.
“Trennya naik, pemicunya adalah musim hujan. Meski demikian, kami tidak boleh menyalahkan alam begitu saja karena yang terpenting adalah pemberantasan sarang nyamuk,” katanya saat di Grahadi, pada Rabu (27/03/2024).
Untuk kasus ini, Dinkes Jatim mewaspadai kondisi kesehatan anak-anak. Pasalnya, suhu tubuh yang fluktuatif bisa menjadi salah satu ciri anak terkena penyakit DBD.
““Karena DBD ini kerap menipu artinya pada hari ketiga–keempat panasnya turun, biasanya si anak akan main. Padahal panas hari ketiga dan keempat ini ancaman muncul dalam bentuk shock atau pendarahan,” ujarnya.
Karena itu, Erwin mengimbau kepada orang tua agar melakukan monitoring kesehatan anak. Sebab, risiko terburuk penyakit DBD bisa menyebabkan pasien pendarahan sehingga perlu adanya deteksi dini.
Baca Juga: Terbaik! 11 Daftar Politeknik di Jawa Timur, Cetak Tenaga Ahli Perkapalan hingga Perkeretaapian
“Cuma dua ancaman (shock dan pendarahan) tidak bisa diprediksi, maka monitoring harus dilakukan bisa di rumah sakit atau tenaga kesehatan kalau di rumah. Kalau ada tanda-tanda DBD lebih baik ke rumah sakit atau puskesmas,” terangnya.
Selain menekankan pencegahan melalui aksi 3 M (Menguras, Menutup dan Mendaur Ulang) untuk mencegah pengembangbiakan nyamuk Aedes Aegypti, Dinkes Jatim juga meminta masyarakat lebih aktif melakukan fogging.
“Timing sangat diperlukan untuk fogging. Jangan sekal-sekali fogging karena keinginan. Tapi saat ada kasus dan membutuhkan,” ujarnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News Tugujatim.id
Writer: Izzatun Najibah
Editor: Dwi Lindawati