MALANG, Tugujatim.id – Bencana longsor Pujon-Ngantang secara berturut-turut ternyata bukan saja karena intensitas hujan yang tinggi. Tapi, bencana yang terjadi selama empat hari berturut-turut di perbatasan Kecamatan Pujon dan Ngantang, Kabupaten Malang, sejak sepekan lalu diduga adanya alih fungsi lahan hutan menjadi perkebunan. Akibatnya, akses jalur utama penghubung Malang-Kediri terganggu.
Perubahan alih fungsi ini seperti tampak dalam video unggahan seorang content creator video drone bernama Niko Channel. Dia mendokumentasikan lokasi longsor hingga di hulu bagian atas. Ternyata, di perbukitan paling atas ada hamparan kebun.
Lahan hutan ini menjadi tanah perkebunan diduga menjadi penyebab bencana longsor Pujon-Ngantang sejak Sabtu (25/02/2023) hingga Selasa (28/02/2023). Bahkan, material tebing setinggi 50 meter itu menutup akses jalan utama Malang-Kediri.
Aktivis lingkungan pun menyuarakan soal temuan lahan kritis ini. Menurut Manajer Kampanye Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Jatim Lila Puspitaningrum, pihaknya sudah sering menerima laporan terkait pembukaan lahan di wilayah Pujon sepanjang jalur utama Malang-Kediri.
Istimewanya, lahan di sana banyak yang menjadi wilayah pengelolaan Perhutani. Kondisi yang sama juga banyak ditemui di jalur penghubung Pujon-Ngantang menuju Kediri dan sepanjang jalan penghubung Dampit-Lumajang.
Idealnya, longsor tidak akan terjadi ketika di bagian teratas tebing masih ada banyak pohon penyangga.
”Kondisi ini hampir sama terjadi ketika banjir bandang di Kota Batu dulu,” ujar Lila.
Berdasarkan data di Perum Perhutani menyebutkan daerah hutan yang beralih fungsi atau tergolong lahan kritis di Kabupaten Malang mencapai 10 ribu hektare. Rinciannya, hutan lindung seluas 2.435 hektare, hutan konservasi 2.012 hektare, dan hutan produksi 5.621 hektare.
Dia kini meminta jajaran terkait untuk mengembalikan fungsi lahan sehingga tidak terjadi bencana longsor Pujon-Ngantang yang memutus jalur penting Malang-Kediri.
Sementara itu, Kabid Kedaruratan dan Logistik BPBD Kabupaten Malang Sadoni Irawan mengatakan, penyebab longsor yang terjadi di sana tidak sepenuhnya akibat alih fungsi lahan. Berdasarkan koordinasi dengan pemdes dan Muspika Pujon, alih fungsi hutan menjadi lahan perkebunan itu sudah terjadi sejak puluhan tahun lalu.
”Sudah terjadi sejak puluhan tahun yang lalu (alih fungsi lahan hutan). Tapi tidak itu saja, karena yang cuaca ekstrem juga menjadi penyebab terjadinya longsor,” jelas Sadono saat dihubungi pada Sabtu (10/03/2023).
Pasca longsor, Muspika Pujon, Pemdes Sukomulyo, dan Perhutani kemudian menutup lahan tersebut.
”Senin (05/03/2023) juga telah dipetakan dan ditanam bibit tanaman keras di lahan kritis tersebut,” imbuhnya.